Duar
Bak disambar petir di sore hari, Fatur langsung terduduk lemah di sofa dekat meja kerja tuannya, saat mendengar jika tuannya tidak membutuhkan hasil rekaman videonya. Fatur langsung terduduk lemah di sofa karena merasa usahanya ternyata tidak membuat tuannya bangga, tapi justru malah sebaliknya, padahal Fatur sudah berharap jika tuannya akan mengatakan jika pekerjaan ku patut diacungi jempol.
"Berikan," Titah Sean sambil mengangkat tangannya, meminta ponsel yang sempat disodorkan oleh Fatur, Fatur memberikan ponsel tersebut dan meletakkan tepat di telapak tangan Sean. Sean langsung menekan play di layar ponsel Fatur, lumayan lama Sean melihat hasil rekaman video tersebut, mungkin Sean melihat keseluruhan tanpa ada yang terlewati. Fatur sendiri tidak bisa menebak ekspresi yang ditunjukkan oleh tuannya. Sean langsung mengembalikan ponsel Fatur setelah diam-diam Sean menyalin hasil rekaman video itu ke ponselnya sendiri. Sean memberi isyarat dengan tangannya agar Fatur keluar dari ruangan nya dan menyuruh untuk pulang terlebih dahulu tanpa harus menunggunya seperti biasa. Dengan senang hati, Fatur langsung melangkah keluar dari ruangan tuannya dan langsung pulang tanpa berpamitan, saking senangnya. Yah, karena Sean jarang-jarang bersikap baik dan menyuruh Fatur pulang lebih awal seperti saat ini, jadi Fatur langsung pergi dan takut jika tuannya akan berubah pikiran dan akhirnya tak jadi tidur tenang seperti yang tadi di bayangkan. Selepas kepergian Fatur, Sean kembali memutar rekaman video Gabby dengan Moana tadi.
"Aku tidak tau kenapa kakek ngotot ingin menjodohkan aku denganmu gadis kecil, bahkan kakek sangat menyukaimu. Akan ku buat kau mundur secara perlahan tanpa aku yang harus memaksa untuk berpisah nanti." Ucap Sean dengan suara pelannya seperti sedang berbisik dengan lawan bicaranya. Sean tersenyum dengan wajah devil nya saat rekaman tersebut memperlihatkan wajah cantik Gabby yang dihiasi oleh senyum yang sangat manis. Sean langsung melempar ponselnya ke meja kerjanya tanpa takut akan rusak, pikiran Sean kembali buruk saat mengingat sang mantan, Paula. Karena pikiran sudah tidak bisa untuk konsentrasi dalam bekerja, akhirnya Sean memutuskan untuk pulang, karena selain Sean yang tidak konsentrasi, hari juga sudah mulai gelap. Sean langsung pulang, seperti biasa, Sean lebih suka pulang menginap di apartemen nya.
Keesokan harinya. Pernikahan Gabby dan juga Sean tinggal satu hari, Gabby saat ini tengah mengurung diri karena masih berharap neneknya akan membatalkan pernikahan nya, namun, sudah Gabby lakukan berbagai ancaman agar neneknya mau membatalkan pernikahan nya tetap tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkan.
"Gabby, apa kamu tidak kuliah, ini sudah jam 08?. " Tanya Feli dengan nada berteriak tepat di depan pintu kamar Gabby,
"Gabby will stop studying, Grandma. Dan Gabby akan melanjutkan kuliah jika pernikahan Gabby dibatalkan," jawab Gabby dengan nada berteriak juga tanpa membukakan pintu untuk neneknya,
"Its ok, tidak masalah. Berhenti atau tetap lanjut kuliah, tidak akan ada yang namanya pembatalan pernikahan." Ucap Feli dengan tegasnya yang tak mau termakan oleh ancaman Gabby. Gabby yang mendengar ucapan neneknya mendengus kesal,
"Nenek jahat," teriak Gabby sambil terus memukul bantal empuknya. Sedangkan Feli langsung pergi begitu saja tanpa membujuk Gabby. Gabby langsung turun dari kasurnya dan langsung mengambil tas dan handphone nya, lalu pergi tanpa berpamitan, bahkan saat pelayan pribadi bertanya akan kemana, Gabby acuh saja tanpa menjawabnya. Gabby langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju rumah Moana terlebih dahulu untuk menjemput nya.
Setelah Gabby sampai di rumah Moana, Gabby langsung menyuruh satpam di rumah Moana meminta agar Moana segera keluar, Karena Gabby tidak akan masuk dan memilih menunggunya di luar. Saat Gabby melihat Moana, dengan segera Gabby membuka pintu mobilnya dan keluar, lalu melempar kunci mobilnya pada Moana yang segera di tangkap oleh Moana.
"Kamu baik-baik saja Gab?," Tanya Moana sambil membuka pintu mobil Gabby tepat di samping kemudi.
"Gue gak mau tau, pokoknya besok, tepatnya hari pernikahan gue, gue mau kita langsung melancarkan rencanakan kita," ujar Gabby dengan seriusnya setelah Gabby sudah masuk ke dalam mobil sepenuhnya. Sedangkan Moana hanya diam saja tanpa menanggapi ucapan sahabatnya. Mereka pun langsung meluncur ke kampus untuk menimba ilmu.
Jam 07 malam, Gabby baru saja sampai di rumah, dan Gabby langsung menyuruh supir di rumahnya untuk mengantar sang sahabat ke rumahnya seperti biasanya. Gabby masuk dengan wajah yang ditekuk, karena masih tidak bisa menerima perjodohan itu, apalagi pernikahannya akan dilaksanakan besok. Gabby melihat neneknya tengah di pijat oleh pelayan pribadinya, Gabby langsung melengos menaiki anak tangga tanpa menyapa neneknya seperti biasa. Feli yang melihat perubahan Gaby langsung menurunkan kedua kakinya yang di pijat oleh Yuana dan berdiri mendekat ke arah Gabby.
"Sejak Gabby membuang sopan santun nya pada nenek?," Tanya Feli sambil terus mendekat ke arah Gabby yang sedang menghentikan langkahnya sebelum menaiki tangga.
"Gabby tidak melihat ada Nenek, maaf." Ucap Gabby lemah, lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan langkah yang dipercepat. Feli yang melihat tingkah Gaby yang tak seperti biasanya hanya geleng-geleng kepala. Sehabis Gaby membersihkan diri, Gaby langsung merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memeluk foto kedua orang tuanya. Gabby tidak menangis namun juga tidak tersenyum, Gaby hanya memeluk foto kedua orang tuanya sambil menatap kosong ke langit-langit kamar nya, entah apa yang dipikirkan Gabby, atau memang langit-langit kamarnya begitu menarik sampai Gabby tidak melepaskan tatapannya dari langit-langit kamarnya. Pandangan Gabby seketika buyar saat mendengar suara yang memanggil namanya.
"Nona, saya membawa makan malam Anda kesini." Ujar Ina, pelayan yang di khususkan hanya melayani Gabby saja.
"Masuk Bik," teriak Gabby tanpa membukakan pintu untuk Ina. Ina mendorong pintu dan masuk dengan nampan yang sudah berisi makan malam untuk Gaby. Gabby hanya menyuruh Bik Inah untuk meletakkan makan malamnya di nakas, Bik Inah pun menurut, lalu pergi setelah tidak ada lagi tugas dari Gaby. Gabby masih belum beranjak dari ranjangnya dan tak menyentuh makan malam yang sudah disediakan oleh Bik Inah hingga jam 10 malam, bahkan mata Gabby tidak terpejam walau semenit pun.
Keesokan paginya, suasana di rumah Gabby sudah ramai dan sudah di sulap menjadi istana. Rumah yang tidak ada hiasan atau tidak ada bunga di seluruh penjuru, sekarang rumah itu sudah dipenuhi oleh bunga mawar serta hiasan lainnya yang biasa digunakan untuk pernikahan konglomerat. Feli juga dengan antusias nya menuruni anak tangga dengan langkah yang pelan. Para MUA juga sudah tiba di rumah Feli sejak pagi-pagi buta, intinya, semua serba mewah dan sangat direncanakan sekali. Feli mulai memerintahkan Yuana untuk mengantar para MUA ke kamar sang cucu, Gabby. Yuana langsung melangkah mendahului para MUA itu, dan memintanya agar mereka mengikuti langkahnya. Para MUA mulai melangkah menuju kamar yang ditunjukkan oleh Yuana, Yuana membukakan pintu untuk para MUA dan mempersilahkan mereka untuk masuk dan menunggu Nona Gabby yang katanya sedang mandi. Para MUA pun masuk, dan berdiri saja di depan cermin, tepatnya di meja rias Gabby.
"Katanya Nona Gabby sedang mandi, tapi kok tidak ada suara ya?," Tanya salah satu rekan MUA pada rekan yang lainnya,
"Entah, udahlah, Kita tunggu saja, siapa tau Nona Gabby sedang berendam dan merilekskan tubuh nya untuk persiapan nanti malam." Jawab salah satu diantara MUA yang lainnya. Mereka hanya saling tersenyum menanggapi candaan mereka. Hingga dua jam lamanya mereka menunggu, akhirnya mereka memutuskan untuk mengeceknya di kamar mandi.
Ceklek
"Kosong," lirih Laras, yang melihat kamar mandi kosong tanpa menemukan Gabby.
"Tidak ada Nona Gabby di kamar mandi, segera beritahu Nyonya Feli atau Bik Yuana." Titah Laras sebagai ketua MUA. Salah diantara keempat MUA itu, turun dan memberi tahu Feli.
" Maaf Nyonya, kami tidak menemukan Nona Gabby, bahkan di kamar mandi dan di seluruh kamar tidak ada." Ucap salah satu MUA itu, yang membuat Yuana dan juga Feli saling pandang. Feli langsung mengeluarkan keringat di seluruh dahi serta wajahnya saat mendengar Gabby tidak ada di kamarnya. Feli takut, jika Gabby benar-benar nekat pergi, apalagi sebentar lagi keluarga Antoro atau dari pihak pengantin pria akan segera datang, penghulu juga sudah standby. Dengan langkah yang cepat, Feli langsung menuju kamar Gabby, hasilnya memang sama seperti yang dikatakan para MUA tadi.
"Gabby…" geram Feli sambil mencengkram kuat ujung sprei kasur Gabby. Saat Feli sedang menahan amarah karena kehilangan Gabby, tiba-tiba ada Bik Inah yang menghampiri Feli.
"Maaf Nyonya, di bawah keluarga Tuan besar Antoro sendang menunggu Anda." Beritahu Ina yang kembali membuat geli mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Feli kembali mengambil langkah lebar dan menuruni anak tangga tanpa mengingat kondisinya.
"Fel, ayo kita langsung saja, semua sudah siap kan?," Ucap Antoro dengan senyum kebahagian, serta Sean yang sudah duduk di depan penghulu.
"Anto, ini gawat." Ucap Feli dengan paniknya,
"Apanya yang gawat?," Tanya Antoro yang seketika sudah luntur raut wajah bahagia nya.
"Gabby tidak ada di kamarnya." Beritahu Feli yang membuat Antoro seketika matanya membola. Sean yang mendengar ucapan Feli langsung berdiri dengan wajah yang sudah memerah.
"Kurang ajar."