Setelah dua bulan berlalu, akhirnya kebenaran terungkap. Jenita sangat lega, melihat Bimo akhirnya di tangkap polisi.
Dia memang harus menanggung kesalahannya dengan mendekam di penjara. Walau bagaimana pun, hal itu tak membuat Ardi kembali ke sisi Jenita.
Jenita menatap datar keluarga Ardi, yang sempat menuduh dirinya sebagai pembunuh. Namun, Jenita mencuragi bahwa Vina juga mengetahui perbuatan Suaminya pada Adik-nya.
Ketamakan Keluarga mendiang Ardi, telah merenggut hidupnya. Jenita yang awalnya tidak ingin menerima warisan dari Ardi, kini ia bertekad untuk melanjutkan hidupnya dengan mengurus Perusahaan peninggalan Suami-nya.
Semenjak kebenaran terungkap, Jenita kembali bangkit. Ia tak mau terlihat lemah lagi, di hadapan keluarga Ardi.
Jenita yakin, untuk kedapannya dirinya pasti akan menerima hal mengejutkan dari Keluarga Suaminya.
***
Sore ini, Jenita pergi ke makam Ardi. Wanita itu membawakan bucket bunga di atas makam Ardi.
"Beristirahatlah dengan Tenang, Mas" Ucap Jenita, meletakkan bucket bunga di atas pusara Ardi.
Tak lama kemudian, Wanita berpakaian serba hitam itu memasuki mobil-nya, bersama seorang supir yang membukakan pintu untuk-nya.
Jenita menghela napasnya, merasa lega. Mulai sekarang, Jenita harus lebih kuat lagi untuk menjalankan Perusahaan. Ia lalu kembali ke Apartemen-nya, setelah seharian berada di Perusahaan.
***
Sementara itu di tempat lain, terlihat dua orang Pria dewasa sedang bermain catur di kediamannya.
Mereka adalah Andra dan Beni. Saat ini mereka sedang menikmati hari santai-nya, dengan bermain catur.
"Sekian lama, akhirnyaa kita menikmati hari libur" Ujar Beni, mengambil pion catur milik Andra.
"Ya, aku pun jadi kesulitan untuk menemuinya" Andra berbicara tidak jelas, dan membuat Beni tak mengerti.
"Itu urusanmu!" Beni berkali-kali mengambil pion catur milik Andra, saat Andra lengah.
"Iya nggak ada alasan lagi. Tapi emang boleh, securang itu? Enak aja! Aku ngga mau main ah!!!" Menyadari telah di bodohi oleh Beni, Pria itu pun kesal dan menyingkirkan papan catur-nya.
"Hahah! Gimana ini? Kamu serius, malam minggu kita hanya di rumah?" Beni terkekeh, di atas sofa.
"Tau ah, bukannya kamu bilang mau menikmati hari libur? Ya udah tidur aja!" Kini Andra memilih menyalakan tv, dari pada mendengar ocehan Beni.
"Menikmati hari libur yang aku maksud itu bukan tidur! Astaga, Tuan Arthur benar-benar polos. Pantas, kalau dia ngga tertarik padamu!" Cibir Beni, menggoda Andra.
"Heh, apa maksudmu? Tau apa kamu tentangku???" Andra merasa kesal, dengan sindiran Beni untuknya.
"Hahaha, kalau begitu ayoo temani aku bersenang-senang"
"Cih, pergi aja sendiri! Aku mau tidur!!!" Timpal Andra, melempar bantal pada Beni.
"Ayolah, Tuan Arthur!" Sambil tertawa, Beni mengejar Andra yang sedang berjalan menuju kamarnya.
Kedua orang Pria itu tinggal di Apartemen yang sama. Hanya berselisih satu lantai saja, bagi Beni untuk pergi ke Apartemen Andra.
"Pergi sana!" Sergah Andra melantangkan suaranya.
Pria itu kesal dengan Beni, yang terus mengekorinya. Mereka berdua tidak dekat dengan banyak orang, sehingga mereka saling bergantung satu sama lain.
Selang beberapa jam kemudian, akhirnya Beni keluar dari gedung Apartemen bersama Andra.
Setelah cukup lama membujuknya, akhirnya Andra mau menerima ajakan Beni untuk ke Bar.
"Ck, tinggal ikut aja. Banyak drama!" Cetus Beni, memasuki mobil di bagian kemudi.
"Heh, memangnya orang mana yang pergi ke Bar jam 9 malam? Gila ya!" Andra menanggapinya sambil menggerutu.
"Halah, tetap saja. Kamu banyak drama!" Kini Beni mulai menyalakan mobilnya.
"Kalau begitu aku ngga jadi ikut ah!"
"Ah, iya-iya! Kamu ngga banyak drama. Duduk aja yang tenang!" Beni segera melajukan mobilnya, menuju ke Bar favoritnya.
Di antara kedua Pria itu, memang selalu terjadi cekcok. Namun itulah ciri khas mereka! Justru kalau mereka tidak ada interaksi, artinya mereka sedang tidak baik-baik saja. Namun sayangnya, itu jarang terjadi.
Beberapa menit kemudian, Beni menepikan mobilnya di depan gedung. Keduanya mulai memasuki Bar, yang di dalamnya sudah ramai.
Begitu masuk, lampu mulai redup dan terdengar suara jedag jedug, yang membuat tubuh Beni bergerak sendiri, mengikuti alunan musik.
namun itu tidak terjadi dengan Andra, ia tetap berjalan dengan tenang sambil mencari tempat untuk duduk.
Begitu menemukan tempat, Kedua pra itu duduk. Lalu terdapat seorang pelayan yang menyambut mereka.
Seperti biasa, Beni memesan satu botol alkohol untuk mereka berdua.
Beni sangat bersemangat, memihat Para wanita cantik dan sexy berjoget di hadapannya.
"Inilah yang di namakan hari libur, Haha" Semakin malam, Beni semakin bersemangat.
Mereka berdua menikmati beberapa teguk alkohol, sambil menatap para Wanita cantik menggoyangkan pinggul-nya.
Beni yang di pengaruhi alkohol pun, berjalan menghampiri segerombolan Wanita yang tengah berjoget itu.
"Hei, awas kalau kamu berulah!" Timpal Andra meneriaki teman-nya.
Pria itu kini menuang kembali botol berisi alkohol ke dalam gelasnya. Namun sayangnya, botol tersebut telah kosong.
Andra yang sedang kalut pun, akhirnya memesan kembali alkohol untuk menemaninya.
"Minta di temani, tapi malah aku yang sendirian! Dasar Beni sialan!" Umpat Andra, memerhatikan Beni yang sedang asyik, di kelilingi para Wanita.
Tiba-tiba Andra beranjak dari tempat duduknya. Sejenak, Pria itu oleng karena pengaruh alkohol.
"Mau kemana kamu, Ndra?" Teriak Beni dari kejauah.
"Toilet!"
Pria itu tampaknya kebelet, sehingga terburu-buru untuk ke toilet.
***
Akhirnya setelah menuntaskan hajatnya, Andra keluar dari toilet. Namun dalam perjalanan menuju ke mejanya, ia melihat seorang Wanita tengah di ganggu oleh Pria genit.
"Ah sialan, ada-ada aja orang gila disini!" Gumam-nya mengumpat, sambil berniat untuk menolongnya namun juga Enggan membuat keributan.
Kebetulan situasi tempat itu cukup gelap dan sepi, karena para pengunjung Bar sedang sibuk berjoget.
Teriakan minta tolong wanita itu pun tak dapat di dengar, kecuali oleh Andra yang berada tak jauh darinya.
"Lepas! Jangan macam-macam denganku, atau kamu akan menyesal!" Tutur Wanita itu dengan berani.
Namun tindakannya justru membuat Pria itu semakin ingin mengganggunya.
"akkkh... Tolong!"
"Beraninya kamu mengancamku! Teriak minta tolong? Memangnya siapa yang mau menolongmu? Lagi pula, suamimu sudah perg! Haha, panggil saja dia barangkali dia akan datang menolongmu" Ucap Pria kurang ajar itu, dan berhasil membuat Andra murka.
Begitu mendengar kata bahwa Suaminya telah meninggal, Andra langsung mengingat seseorang.
Tentu saja dia teringat dengan Jenita. Andra menyalakan sebatang rokoknya lebih dulu, sebelum menolong Wanita itu.
Pria itu melangkah lebih mendekat, pada dua orang yang berada di ruang remang-remang itu.
Ketika langkahnya semakin mendekat, Andra melihat wajah yang tak asing baginya. Benar, dia adalah Jenita. Wanita yang sedang di ganggu oleh Pria kurang ajar.
Seketika itu, Andra melayangkan bogem pada Pria yang hampir mencium Jenita.
"Sampah sialan!!!" Umpat Andra, dengan rokok yang menempel di mulutnya.
"Hei, siapa kamu? Mengganggu orang pacaran aja!" Pria yang tersungkur itu, kini beranjak dan berpura-pura menjadi pacar Jenita.
"Apa? Pacar? Haha yang benar saja! Memangnya siapa yang mau punya pacar buruk rupa sepertimu!" Andra yang dalam pengaruh alkohol pun, bebicara sedikit melantur.
"Sialan! Siapa kamu???" Pria kurang ajar itu kini bergantian, melayangkan pukulan pada Andra.
Namun begitu, Andra berhasil menghindar dan kembali menghadiahi bogeman pada Pria itu.
"b******k! Beraninya kamu ngaku-ngaku kalau dia pacarmu!!!" Andra yang murka kembali mengangkat kakinya, untuk menendang Pria itu.
Namun tindakannya berhasil di hentikan oleh Jenita.
"Cukup! Jangan mengotori diri anda, dengan berurusan dengannya" Ucap Jenita, terlihat gemetar karena ketakutan.
"Ka-kamu ngga apa-apa kan?" Andra tanpa sadar menyentuh wajah Jenita, karena gemetaran.
"Ya, saya baik-baik saja Tuan Andra" Jawab Jenita, merasa aman.
Mendengar jawaban melegakan itu, membuat Andra memeluk Jenita. Syukurlah, dia baik-baik saja. Batin Andra, di bawah kesadarannya.
"Awas kalian!!!" Pria kurang ajar itu lalu pergi, setelah rencananya di gagalkan oleh Andra.
Sementara itu, Jenita menjadi bingung. Mengapa tiba-tiba Andra memeluknya?
***
****
Next---