Hotel Marlyn

1021 Words
Setelah hampir di lecehkan orang yang tidak di kenal, Jenita kini baik-baik saja. Namun Wanita itu kebingungan, saat Andra tiba-tiba bersikap tak seperti biasanya. Andra memeluk Jenita dengan erat seolah sangat mengkhawatirkannya. Meski itu memang benar, tetapi Andra melakukannya di luar kendali. Dirinya di pengaruhi alkohol, dan membuatnya sangat murka saat Jenita di ganggu oleh seseorang. "Anda baik-baik saja kan?" Tanya Jenita, melepas pelukan Andra, dan hanya di jawab dengan anggukkan kepala. "Dia mabuk!" Jenita memapah Andra, untuk meninggalkan tempat itu. Hingga kini mereka duduk di atas sofa, Jenita tampak kesulitan memapah tubuh jangkung Andra. "Astaga, orang ini berat banget!" Gumam-nya, dengan napas tersengal. Kini Jenita memerhatikkan tiap sudut Bar, untuk menemukan Dara. Namun tampaknya Dara sedang asyik berjoget. "Aku harus gimana ini?" Wanita itu semakin kebingungan, ketika melihat Andra yang memejamkan matanya di atas sofa. "Tuan, tuan Andra... Dimana rumah anda?" Jenita mencoba menanyakan alamat rumah Andra, Meskipun mungkin akan sulit mendapatkan jawabannya. "Rumahku? Bukannya rumahku ada di lantai bawah rumahmu? Jangan banyak drama kamu!" Sergah Andra, mengira bahwa Jenita adalah Beni. "Apa sih? Dia salah ngira, aku orang lain atau gimana?" Gumam Jenita, kesal. Andra sama sekali sulit di ajak bicara saat ini. Jenita lalu kembali memerhatikan sudut Bar, ia bahkan tak menemukan Dara di kerumuan banyak orang yang sedang clubbing. "Dara, dimana sih?" Gumamnya tak menemukan keberadaan Dara. "Tuan, anda disini dulu sebentar ya? Saya mau cari teman saya dulu" Jenita yang kebingungan pun, berencana meninggalkan Andra di meja yang kosong. Karena tak mendapatkan jawaban, Jenita pun bergegas ke mejanya untuk mencari Dara. Namun sayangnya, Dara sama sekali tak terlihat. Ia tahu, bahwa Dara mungkin sedang menikmati clubbing-nya. Alih-alih menunggu Dara yang tak pasti, Jenita akhirnya memungut tasnya dan kembali menghampiri Andra. Tetapi sebelum itu, Dara meneguk minumannya sebelum akhirnya kembali ke tempat Andra berada. Tak butuh waktu lama, Bagi Jenita untuk sampai ke tempat Andra. Posisinya masih sama, yaitu menyender di sofa sambil memejamkan matanya. "Tuan? Apa anda mendengar saya?" Tanya Jenita sekali lagi. "Hmm..." "Ya, katakan dimana alamat rumah anda?" Meski hanya mengigau, namun Jenita memiliki harapan untuk tau alamat rumah Andra. "Hmmm, Apartemen cempaka putih lantai 20" Jawab Pria itu dengan suara igauan. "Oke, mari saya antar anda pulang!" Wanita itu lebih dulu menghela napasnya, sebelum mengangkat tubuh jangkung Andra. Dengan susah payah, Jenita membawa Andra ke mobil-nya. Kesadarannya saat ini masih penuh, karena Jenita hanya meneguk sedikit alkohol malam ini. "Huft, berat banget!!! Kenapa juga aku bawa orang ini? Ah gila, dia kan sudah menolong ku!!!" Gerutu Jenita, menutup pintu mobil, bagian belakang. Kini Wanita bersiap untuk mengemudikan mobil-nya, menuju ke Apartemen Cempaka putih. Tempat tinggal Andra. **** Beberapa menit kemudian, Tibalah Jenita di Apartemen tersebut pada pukul dini hari. Karena kesulitan membawa tubuh Andra, ia pun meminta penjaga keamanan Apartemen untuk membantunya membawa tubuh Andra ke lantai 20. Kali ini Andra benar-benar mabuk. Entah berapa banyak yang ia minum bersama Beni. "Pak, makasih ya. Maaf merepotkan" Tutur Jenita, setelah tiba di lantai 20. "Iya Nyonya, sama-sama. Kalau begitu saya permisi, mari..." Security itu pun pergi, setelah mengantar Andra. "Nyonya... Kedengarannya aneh! Tapi bodo amatlah" Gumam Jenita, kembali memapah tubuh Andra. "Tuan, berapa pasword pintu anda?" Tanya Jenita, dengan kesabarannya. "0212," Jawabnya, sambil menutupi mulutnya. "Ughh" "Heh, jangan muntah! Plis, tolong jangan muntah dulu!!!!" Sergah Jenita mengalihkan kepalanya dari Andra, namun tangannya tetap melingkar di perutnya. 'Ceklek' Akhirnya mereka berhasil masuk ke rumah Andra. Bersamaan dengan itu, Andra memuntahkan isi perutnya yang hanya berisi cairan. Seketika, Wajah Jenita berubah menjadi marah. Wanita itu tentu merasa jijik, karena baju sekaligus tubuhnya terkena mutahan Andra. "Ah, sial!" Umpat Jenita, melempar tubuh Andra ke sofa. Ada rasa menyesal karena telah mengantar Andra pulang. Namun, Jenita juga merasa harus membantunya. Bagaimanapun, Andra-lah yang membantunya menemukan pelaku pembunuhan Suami-nya. Jenita kembali menghela napasnya, dan memapah Andra ke ranjang-nya. Setelah berhasil membawa Andra ke kamarnya, Jenita pun merasa lega. Netranya lalu memerhatikan tiap sudut ruangan kamar Andra, yang terbilang rapih. Lalu, ia menyadari jika bajunya basah dan kotor karena terkena muntahan Andra. "Ih, bau banget!" Jenita mendesis, mencium bau tak sedap di tubuh-nya. Wanita itu tak bisa pulang dalam keadaan kotor seperti saat ini, hingga Jenita nekat mencari pakaian milik Andra untuk ia pakai. "Ah, gila! Bisa-bisanya aku begini di rumah seorang Pria!" Sekali lagi Jenita mengumpati dirinya sendiri, karena bertindak terlalu jauh. Jenita tak bisa begitu saja, membuka lemari Andra, karena hal tersebut di anggapnya tidak sopan. Akhirnya, Jenita menyambar kemeja putih milik Andra yang berjejer secara menggantung di gantungan baju. "Ah tauk, ah. Dari pada bau!!!" Wanita itu lebih dulu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selain itu, Jenita juga mengenakan Kemeja milik Andra, sebagai pakaian ganti miliknya yang terlanjur kotor. Tak lama kemudian, Jenita akhirnya keluar dari kamar mandi. Kini tubuhnya menjadi sedikit lebih wangi dari sebelumnya. Sebelum pergi, ia melirik Andra yang masih tertidur pulas di ranjang-nya. "Kalau besok dia ingat semuanya, dia pasti akan menyesal!" Timpal Jenita, sebelum meninggalkan Kediaman Andra. Wanita itu kembali ke kediamannya, tanpa memikirkan Dara. Sahabatnya. **** Sementara itu di tempat lain, Dara yang mabuk berat pun terpaksa pulang ke hotel. Namun, ada seorang Pria di samping-nya yang juga sama-sama mabuk berat. Keduanya baru saja bertemu di Bar, saat clubbing tadi. "Jujur saja, di antara banyaknya wanita tadi, siapa yang paling cantik?" Tanya Dara, bergelayut manja pada Pria itu. "Tentu saja kamu. Memang siapa lagi?" Pria itu pun menjawab, di bawah kesadarannya. "Coba cium aku kalau itu benar!" Dara sama sekali tak memikirkan resiko akibat perbuatannya. Hingga akhirnya terjadilah pertempuran gulat, antara dua orang Pria dan Wanita di kamar Hotel Marlyn. Keduanya telah tertarik satu sama lain, dan bersepakat untuk menyewa kamar hotel seperti saat ini. Malam panas itu pun di lalui oleh dua orang itu, tanpa ada paksaan maupun keterpaksaan. **** Hingga kini hari telah berganti. Suara ponsel berdering nyaring, membangunkan seseorang yang masih tertidur pulas. Berkali-kali panggilan itu tak mendapatkan jawaban. Hingga sampai kebeberapa kali, Pria itu mulai mengerjapkan matanya. Samar-samar ia membuka matanya. Bayangan klip semalam pun mulai terlintas di otak-nya. Satu persatu ingatan itu membuat dirinya tersadar, dan segera beranjak dari ranjang. Kedua matanya seketika membelalak sempurna. "Gila!!!! Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan???" * * Next---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD