Pagi itu, tepat tiga bulan kepergian Ammar. Terlihat Kinanti tengah duduk di depan pusara dimana Ammar dikuburkan. Dia tampak menabur bunga, sembari sesekali memperbaiki kacamata hitam yang dia kenakan. ”Kak, aku tahu,kejahatanmu sangat keji. Tapi, setidaknya selama ini, kamu menjalankan semua aktivitas perusahaan dengan benar. Dan hampir saja perusahaan jatuh ke tangan pak Ponan. Untungnya kamu bisa memperjuangkannya. Aku tidak menyangka, kalau kamu termakan bujuk rayu mereka dalam mencari sesuatu yang instan. Harusnya kamu sadar, tidak ada yang instan di dunia ini. Semua butuh perjuangan. Penghianatanmu padaku sebenarnya tidak termaafkan. Tapi, aku juga tak ingin kamu menjalani siksaan yang lebih pedih lagi. Aku hanya ingin menjalani kehidupanku ke depannya tanpa ada dendam di masa lalu

