Erlan merasakan otot rahangnya mengejang, menelan saliva dengan susah payah. Bahkan senyumnya terlihat sangat kaku seperti seorang penjahat yang menghadapi sidang pertamanya dengan disaksikan orang yang mengetahui semua kejahatannya. “Mas Erlan enggak—“ “Stop Valery, papi sedang tanya Erlan,” potong ayah Valery membuat wanita itu mengatupkan mulutnya. Pengusaha sukses bernama Triatmadja itu tampak geram dengan menantunya yang menurutnya terpaksa menikahi putri tunggalnya. “Saya enggak ngerti maksud papi apa?” tanya Erlan sambil tersenyum, berusaha menutupi getir. “Belakangan papi dan mami tahu kalau kamu enggak pulang ke rumah, sementara kami mengecek jadwal kamu di kantor ... dan papa kamu bilang kamu selalu pulang ontime?” “Papi? Untuk apa sih papi lakukan itu?” seloroh Valery. “P