Jodoh untuk Nirmala 2

731 Words
Nirmala tersenyum, kemudian segera memindahkan uang itu ke dalam dompetnya. "Sering-sering aja kayak gini, Mas." "Doain rezeki Mas lancar." Nirmala terkekeh, "Aku bercanda tadi." "Tapi doainnya jangan bercanda." Bibir Nirmala mencebik. Hans tersenyum saat memandangnya sekilas. "Mbak Yulia itu masih belum move on dari, Mas. Masih pengen balikan kayaknya." "Ayo, buruan di makan baksonya. Terus kita segera balik. Ntar telat." Hans tidak menggubris omongan Nirmala. Nirmala segera memotong-motong bakso ukuran besar dalam mangkoknya. Dia tahu, sepupunya tidak ingin membahas lagi tentang ex girlfriend-nya. Karena sudah benar-benar malas atau sedang berusaha melupakan. Secara mereka bersama cukup lama. Tentu banyak kenangan indah yang telah menancap. 🌷🌷🌷 Sedangkan di rumah orang tua Nirmala. Bu Arni baru saja menutup gorden jendela depan saat mobil masuk dan berhenti tepat di halaman. Tidak lama kemudian muncul Bu Maya dan Yulia di depan pintu. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam, mari silahkan masuk." Bu Maya memeluk besannya. Keduanya sempat berciuman pipi. Begitu juga antara Bu Arni dan Yulia. Dengan pengungkapan rasa bersalah, Bu Maya mengutarakan maksud kedatangannya. Percakapan mereka agak canggung, tidak seperti biasanya. Padahal mereka adalah teman lama. "Maaf, Papanya Nirmala lagi istirahat." "Iya, nggak apa-apa, Jeng. Terus Nirmala-nya mana?" "Nirmala sedang cek rutin ke dokter kandungan. Diantar Hans sejak sebelum Maghrib tadi." Bu Maya mengangguk, sedangkan Yulia menunjukkan wajah tegang. Begitu perhatiannya Hans pada adik sepupunya. Ada rasa cemburu timbul ke permukaan. "Maaf, Jeng. Karena masalah ini hubungan kita tidak seperti dulu. Padahal setelah mereka menikah, aku berharap akan mempererat persaudaraan kita jadi keluarga. Aku juga menyesalkan apa yang Brian lakukan pada Nirmala." "Semua sudah terjadi. Habis mau gimana lagi. Hubungan mereka juga sudah selesai." Percakapan mereka memanjang, Bu Maya menyesalkan kenapa Nirmala tidak memberitahu kalau sedang mengandung, tapi malah menggugat cerai. Jawaban Bu Arni bahwa Brian telah mengatakan tidak mau tahu jika Nirmala mengandung, sangat menampar wanita anggun itu. Bu Maya menangis. Amat menyesalkan tindakan putranya yang tidak beradab. Tapi dia juga mengatakan kalau Brian akhir-akhir ini seperti tertekan. Sekarang Brian masih di Pontianak sekitar sebulan, urusan pekerjaan. Mungkin setelah pulang akan menemui Nirmala. Brian juga tahu kalau sekarang Mama dan Kakaknya berkunjung ke rumah Nirmala. Karena dalam perjalanan tadi Bu Arni menghubungi putranya. Penjelasan yang disampaikan Bu Maya hanya dibalas senyuman oleh Mamanya Nirmala. Bagaimanapun juga, sebagai ibu ia juga merasakan sakitnya Nirmala diperlakukan seperti itu. Tapi sebagai ibu dan tuan rumah yang baik, beliau sangat menghargai tamunya. Oleh karena sampai malam Nirmala belum pulang. Akhirnya mereka pamitan. "Sewaktu-waktu Nirmala melahirkan tolong kabari kami, Jeng." Bu Arni mengiyakan. Setelah tamunya pergi, wanita itu masuk ke kamar. Dan beliau sangat panik saat Pak Malik kesakitan memegangi dadanya. 🌷🌷🌷 Pukul 23.00 setelah mengantar pulang Nirmala, Hans langsung ke rumah sakit. Sebenarnya Nirmala mau ikut. Tapi Hans melarangnya. Disamping melihat sepupunya sudah kelelahan, juga karena dia harus jaga kesehatan di kehamilan trimester akhir ini. Suasana malam di rumah sakit tidak baik untuk ibu hamil seperti sepupunya. Hans melangkah cepat di koridor, mencari kamar yang disebut Tantenya waktu ditelfon tadi. "Nirmala, mana?" tanya Pandu yang telah berada di sana. "Aku antar pulang dulu. Besok saja biar kesini. Bagaimana keadaan, Om?" "Papa mendadak kena serangan jantung." Hans prihatin memandang pria dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya. Setelah Pandu keluar untuk beli kopi dan makanan, Bu Arni mengajak Hans duduk di sofa pojok ruangan. Dengan suara pelan, wanita itu menceritakan kedatangan Mama dan Kakaknya Brian. Mungkin saja setelah mendengar percakapan mereka, Pak Malik kaget dan kepikiran hingga membuatnya kambuh. Namun, Bu Arni mewanti-wanti agar tidak menceritakan hal ini pada Pandu. Beliau sangat khawatir sekali kalau putranya itu akan mengamuk pada mereka dan membuat keadaan makin parah. 🌷🌷🌷 Setelah beberapa hari di rawat kondisi Pak Malik kian membaik. Walaupun belum bisa dikatakan sembuh dan boleh pulang. Malam itu semua anggota keluarga berkumpul. Termasuk beberapa kerabat. Mereka bergurau dalam ruangan empat kali empat meter persegi. Pak Malik sangat terhibur, ketika orang-orang terkasihnya ada di situ. Mereka juga memenangkan agar Pak Malik tidak kepikiran soal Nirmala. Namun, tetap saja beliau mengkhawatirkan kehidupan Nirmala setelah putrinya melahirkan dan mungkin saja beliau telah tiada. "Papa, khawatir jika Nirmala dapat suami lagi yang kelakuannya sama kayak Brian. Bagaimana nasib anaknya nanti," keluh Pak Malik. "Apa Hans nggak boleh menikahi Nirmala? Boleh, kan?" ucap salah satu kerabat, yang sepupuan sama Pak Malik, sepupunya Mama Hans juga. Membuat yang ada di ruangan itu kaget. Terutama Hans dan Nirmala sendiri. "Toh, selama ini Hans yang merawat Nirmala. Bagaimana, Hans?" Next ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD