Elenora berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit, langkahnya sedikit tergesa. Napasnya masih terasa berat setelah pertemuannya dengan dokter Amaya. Kata-kata wanita itu terus berputar di kepalanya, seolah berusaha mengakar dalam pikirannya. "Berapa uang yang kau inginkan untuk membatalkan pernikahan dengan Elang Dirgantara?" Sungguh penghinaan kejam. Seolah-olah dia adalah w************n yang bisa dibeli dengan uang. Kenapa semua orang menilainya seperti itu? Elang Dirgantara juga menilai dirinya wanita serakah yang sengaja menjebaknya demi uang. Elenora benci sekali. Dia bukan pengejar harta, seperti yang mereka tuduhkan. Harga dirinya terluka. "Nora, kenapa mukamu begitu?" Suara Ayu menghentikan langkahnya. Teman baiknya itu sedang berdiri di dekat meja penerimaan pasien, menata