Saat ini orang-orang terlihat mengelilingi pemakaman Troy yang sengaja terletak tidak jauh dari kediaman Alex. Stella yang merasa benar-benar terpukul kini tidak mampu mengangkat kakinya untuk beranjak dari sana, Ia merasakan tangan Liora menyentuh bahunya mencoba untuk menguatkan dirinya.
"Ayo Stella. Kau harus kuat kasian suami dan anak mu." Liora mengelus lengan wanita itu lalu melihat Stella yang tiba-tiba memeluknya erat.
Suara tangisan wanita itu kini terdengar sangat berat dan kencang berbeda dari sebelumnya.
"Kenapa dia meninggalkan ku dengan cara seperti ini." Stella bicara dengan suara yang terdengar memilukan dan bergetar didalam pelukan Liora. Sungguh rasanya baru kemarin mereka hidup tenang namun kenapa saat ini tuhan memisahkan dengan cara yang tragis.
"Dulu, aku meninggalkan dia karna permintaan orang tua ku, apa dia ingin balas dendam sekarang ?" Tanya Stella kembali dengan suara yang semakin parau dan lemah.
"Stella, kau harus kuat dia akan lebih sakit jika kau begini."ucap Liora sambil mengusap punggung wanita itu dengan sangat lembut.
Stella ingat bagaimana ia bertemu kembali dengan Troy pada masa itu dan pria itu menanyakan kabarnya dengan cara yang biasa.
"Kau terlihat baik-baik saja."
"Aku bahkan tidak menjawab saat itu Troy, aku hanya diam dan meninggalkan mu. Harusnya aku mengatakan aku tidak baik Troy, Aku sangat merindukan mu dan sangat senang melihat mu kembali." Stela membatin sambil berusaha mengusap gundukan tanah itu.
"Ayo Stella, kau harus kuat demi Ruth." Liora membuat wanita itu mengangguk dengan pelan lalu melihat ke arah anaknya yang tampak kacau karna kehilangan orang yang menjadi inspirasinya selama ini. Liora membantu Stella untuk bangkit dari tempat itu dan melirik ke arah Alex yang masih setia berada disana.
Seketika sebuah memori yang tidak akan pernah di lupakan oleh mereka terlintas disana. Alex ingat betul pertama kali ia berjalan di Los Angeles dan berkenalan dengan pria itu.
"Kenapa kau ingin bekerja dengan ku ?"
"karna kau baik."
"Orang mengatakan aku kejam, Troy."
"Tidak. Kau bahkan tidak pernah memarahi ku, Aku yakin orang marah karna ada sebabnya."
Alex mengingat jelas percakapan itu di kepala nya, saat itu hanya Troy yang mengerti dirinya, memahami sikapnya dan menunjukkan padanya bahwa kesetiaan itu sangat mahal.
"Aku bahkan tidak bisa membiarkan mu selangkah saja keluar dari rumah ku, tapi ternyata -- kau malah meninggalkan ku selamanya. Bahkan aku tidak bisa mengembalikan mu le tempat ku Troy. Sekarang katakan apa yang harus aku lakukan ? Putri mu membenci ku." Batin Alex sambil menundukkan kepalanya dan melirik ke arah Ruth yang masih memeluk erat nisan tanpa berhenti menangis sejak tadi.
"Saat ini duniaku serasa berhenti berputar Troy. Kau sahabat sejati ku selamanya tenanglah disana dan tunggulah aku di surga kelak. Terimakasih karna sudah menjadi bagian tawa ku, amarah ku, sedih ku bahkan kau membuat hati ku sangat hancur. Teruslah bayangi aku seperti dulu Troy, tunjukkan ku jalan yang harus aku tempuh selepas ini." Batin Alex lagi sambil mengusap kedua matanya yang mulai terasa basah. Sementara Damon hanya menahan semua itu sambil memeluk Daven yang ia jadikan sebagai penenang.
"Ayo. Berikan Daven pada ku uruslah Ruth." Liora yang kembali ke sana menarik Daven yang senyap dalam ketidakmengertiannya sejak tadi. Damon melihat Liora mendekati Alex dan mengajak suaminya untuk pulang.
"Sebentar Liora."Alex melepas pegangan tangan istrinya dan mendekati Ruth yang sulit di atasi.
"Ayah mu menitipkan ini untuk mu, ini ia buat saat kau berusia 4 tahun." Ruth melihat ke arah Alex dan melihat sebuah kotak kecil itu lalu perlahan meraih benda itu.
"Terimakasih karna sudah mengizinkan ku untuk mengantarkan ayah mu."Alex melihat Ruth membuka kotak kecil itu tanpa menghiraukannya lalu memilih berdiri dan memutar tubuhnya untuk pulang mengikuti Liora.
"Aku harap kau memeriksa semuanya daddy, Jangan biarkan sarang ular tumbuh dirumah mu." Damon bicara dengan tegas ke arah Alex membuat mereka saling pandang dalam keadaan yang terlihat semakin kacau.
"Maksudmu ?" tanya Alex penasaran dengan ucapan anaknya itu.
"Kau membuat sarang dirumah mu, dan kini ular itu mengambil satu kaki mu. Jika kau tidak membakar sarangnya aku yakin tangan mu, mata mu kemudian diri mu juga akan bernasib sama." Ucap Damon yang berusaha memperingati Alex dengan kalimat yang sulit dimengerti.
"Kau mencoba menuduh Ian ?" tanya Alex membuat Damon segera menoleh ke arahnya dan perlahan mendekatinya.
"Jangan pura-pura menutup mata mu daddy, Mulai saat ini aku tidak akan diam dan jangan coba-coba menghentikan ku. Aku tau betul saat ini daddy berusaha melawan ku." Ucap Damon seakan menyatakan perang dingin pada ayahnya sendiri, Ia melihat Alex yang terdiam dan menelan Saliva nya dengan kuat.
"Kau hanya cemburu pada Ian." Balas Alex membuat Damon tersenyum tipis.
"Aku rasa pria itu yang cemburu pada ku. Karna Ruth itu milik ku." Balas Damon membuat Alex kembali diam.
"Aku peringatkan daddy. Sebelum tangan mu dipotong seperti ini, buka matamu." Ucap Damon lalu memutar tubuhnya dan melihat Ruth yang menyimpan hadiah kecil berbentuk kalung dari ayahnya itu.
"Ayo pulang Ruth." Ajak Damon lalu melihat Wanita itu hanya diam.
"Kau mau bangun sendiri atau aku paksa." Ruth menoleh ke arah Damon dan ia malah duduk seperti orang yang bersantai disana.
Melihat itu, Damon geram dan langsung mendekati wanita itu. Ia menarik kuat tangan Ruth dan mendapat perlawanan kasar dari wanita itu.
"Damon lepas. Aku tidak mau tinggal dengan mu." Ucap Ruth membuat pria itu semakin memperlakukan ia dengan kasar. Damon memegang tubuh wanita itu dan menggendong Ruth di bahunya dengan kuat. Ia merasakan pukulan wanita itu sangat kuat pada punggungnya namun hal itu sepertinya tidak berpengaruh pada Damon.
"Dasar berengsek. turunkan aku Damon, aku tidak mau ikut." Ruth melihat dirinya semakin jauh dari lokasi pemakaman itu hingga merasakan Damon melemparnya masuk ke dalam mobil dengan cepat.
Ruth melipat tangannya dan memilih untuk tidak memperdulikan Damon yang kini sudah masuk kedalam mobil untuk bersiap pulang ke rumah. Mereka hanya diam dan tampak saling marah karna sebuah alasan tidak jelas hingga menguntungkan salah satu pihak yang melihatnya.
Damon memarkirkan mobilnya dan keluar dari sana tanpa menghiraukan Ruth yang terpaksa memilih ikut turun dan masuk kedalam rumah.
"Anak dan ayah sama saja, egois hingga membuat nyawa orang lain melayang." Ucap Ruth pada Damon saat melihat pria itu meraih gelas untuk melepas dahaganya.
"Harusnya kau berfikir sebelum bicara seperti itu." Balas Damon sambil menenggak minuman nya.
"Memang benar apa yang dikatakan ayah mu, Kau hanya cemburu pada Ian. Harusnya aku berjodoh dengannya bukan dengan mu." Ucap Ruth spontan membuat Damon yang geram langsung melempar gelas ke tembok dan hampir mengenai Ruth.
"Kau mencoba memancing ku Ruth?" tanya Damon membuat Ruth terdiam disudut sana dan melihat pecahan kaca di mana-mana.
"Jangan mengira karna aku mencintai mu maka aku akan menerima semua tuduhan dan perlakuan mu Ruth. Ingat aku bisa membenci mu hanya dalam satu detik. Jadi harusnya kau sadar sebelum aku benar-benar muak terhadap mu." Damon bicara sangat dekat dan tegas pada Ruth yang terlihat hanya menyatukan kedua tangannya karna menahan rasa takut.