Ruth memeluk erat foto ayahnya yang terlihat tersenyum dengan sangat bahagia, disana ia melihat bagaimana kehidupan Troy semasa hidupnya yang selalu memberi ketenangan bagi seorang putri seperti dirinya.
Perlahan tetesan air mata jatuh dan membasahi bingkai foto Troy lalu dengan cepat Ruth mengusap kembali bingkai itu agar tidak terlihat basah.
"Ayah, kenapa kau harus pergi secepat ini, baru saja kau mengatakan bahwa kau menyayangi ku, menyayangi kami tapi kenapa kau malah meninggalkan ku." Ucap Ruth yang merasa sangat kehilangan sosok yang ia banggakan itu.
"Kemarin, kau mengatakan kalau kau sangat beruntung memiliki putri secantik diri ku kan ? Heh ? Tapi sekarang bagaimana caranya aku mengatakan aku beruntung memiliki ayah yang seperti mu? Jawab ayah, kenapa kau hanya diam?" tanya Ruth sambil memukul bingkai foto milik ayahnya tersebut dan kembali memeluk benda itu sangat erat. Ruth menundukkan kepalanya disana sambil menangis kencang tidak peduli saat ini mata wanita itu terlihat semakin bengkak dan kacau.
Damon duduk di sudut kamarnya sambil memegang sebuah gelas yang cukup besar ditangannya. Ia memegang gelas itu dengan kuat sambil memegang keningnya yang terasa sakit karna memikirkan begitu banyak masalah yang datang secara bertubi-tubi.
"Ini sudah kelewatan, aku tidak akan tinggal diam dan aku harus keluar dari zona ku." Batin Damon terlihat berambisi dengan sesuatu hal.
"Jika cara ku gagal dan tidak membuat mereka mundur, maka aku akan menjadi iblis untuk membalas semua ini. Kaki di balas kaki, tangan di balas tangan dan nyawa harus di balas nyawa. Lihat saja nanti, jika aku mendapatkan kalian semua aku bersumpah--- aku akan menghancurkan siapapun kalian." Ucap Damon dengan nada dingin sambil mengepal tangannya dengan sangat erata lalu berjalan keluar kamar dan tanpa sengaja ia bertemu dengan Ruth yang menatapnya dengan tajam.
"Apa kau puas sekarang Damon ?" tanya Ruth membuat pria didepan nya itu tersenyum tipis dengan seringai menakutkan.
"Sepertinya kau lupa kenapa aku melakukan hal ini Ruth, apa kau ingin aku mengingatkan nya kembali ? Atau sekedar mengenang memori kita di Santorini ?" tanya Damon menatap tajam wajah Ruth yang terdiam tidak bersuara karna ucapan pedas yang di lontar kan Damon.
"Kenapa diam? Mencari cara untuk menyalahkan ku ? Atau mencari celah untuk menyerang ku ? Harusnya kau buka mata mu dengan lebar mana orang yang hanya memanfaatkan mu atau orang yang berusaha menjaga mu." Ucapan Damon kini membuat Ruth menelan Saliva nya dengan kuat, Lama mereka saling bertatapan akhirnya Ruth memutuskan untuk tetap pada egonya dan ia memilih untuk meninggalkan Damon disana tanpa peduli dengan ucapan pria itu.
Ruth yang berjalan menjauhi Damon akhirnya berhasil melihat Alex yang baru saja keluar dari kamarnya. Alex mengehela nafas dan melihat Ruth mendekatinya dengan pelan lalu tiba-tiba berhenti sejenak.
"Aku kira, kau bisa menjaga ayah ku sama seperti dia menjaga mu. Tapi ternyata tidak ! Aku salah besar karna terlalu percaya pada mu." Suara Ruth yabg bergetar membuat Alex menunduk karna ia merasa ucapan wanita yang berdiri didepannya saat ini adalah benar.
"Aku....
"Kau tau kenapa aku marah ? Kau tau kenapa aku kecewa ?" tanya Ruth kembali memotong ucapan Alex membuat pria paruh baya itu menoleh ke arahnya kembali dengan rasa penasaran.
"Karna ayah ku pergi dengan cara yang mengenaskan dan aku berfikir betapa sakitnya ia malam itu, betapa berharapnya ia dengan sebuah pertolongan tapi ---- ternyata tidak ada satupun yang datang membantunya. Tidak ada satupun yang membalas kesetiaannya." Ucapan Ruth rasanya benar-benar menampar terkhusus pada Alex terhadap kematian Troy.
"Ya, aku akui aku gagal."
"Tidak. Kau bukan gagal tapi kau terlalu sepele, kau terlalu naif dan kau terlalu arogan dan kauuu....." Ruth yang bicara dengan nada tinggi berhenti dan berusaha menetralkan kembali nafasnya yang terengah. Ia melihat Alex masih diam lalu pria itu tiba-tiba saja menjatuhkan dirinya kebawah dan meletakkan kakinya di lantai, bersujud pada Ruth yang menanggung rasa kecewa.
"Jika kau ingin menghukum ku. Silahkan tapi---- biarkan aku mengantarkan sahabat ku ke tempat nya untuk terakhir kali." Jawab Alex membuat Ruth mengusap air matanya yang terus mengalir tanpa henti melihat Alex yang kini berdiri dengan lututnya disana.
"Aku hanya ingin melihatnya terakhir kali. Setelah ini aku akan mencari pelakunya."
"Percuma ! Kau fikir dengan menemukan pelakunya kau bisa membawa ayah ku kembali ? Hah ?? Kau fikir dengan begini kau bisa membuat ku tidak membenci mu ?" tanya Ruth dengan suara tinggi dan bergetar hebat. Ia mengenggam tangannya dengan kuat sambil meluapkan seluruh amarahnya saat ini.
"Jika kau marah dan kecewa pada ku itu tidak masalah bagi ku, tapi bagi ku kau tetap putri kebanggaan dan aku mohon jangan pernah membenci ku." Suara Alex mulai parau membuat Ruth ikut terduduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis kembali disana. Ia tidak bisa membayangkan jika saat ini kehidupan hangat yang ada dirumah ini sejak kecil kini berubah menjadi duka yang berkepanjangan.
"Jika kau membenci ku , maka aku tidak akan sanggup Ruth. Itu sama saja seperti Troy yang tidak ingin lagi disamping ku. aku juga terluka Ruth dan aku bisa apa ?" tanya Alex sambil memukul dadanya dengan kuat hingga mendengar wanita it semakin menangis keras disana.
Ruth yang masih menangis merasakan sebuah tangan lembut menyentuh pundaknya seakan menyuruhnya untuk bangkit. Ia menoleh cepat dan menata sosok yang sangat di benci oleh Damon itu.
"Bangunlah. Kau tidak boleh seperti ini Ruth. Ayah dan anak mu membutuhkan mu." Ucap Ian hingga wanita itu kembali berdiri dari tempatnya dan mengusa bulir air mata yang terasa hangat di wajahnya. Ia melihat Ian mendekati Alex dan melakukan hal yang sama pada Ruth.
"Ayo tuan, antarkan sahabat mu. Aku yakin dia sangat ingin kau melakukan itu." Ucap Ian lalu melihat Ruth menatapnya sejenak lalu beralih ke arah Alex dan memilih pergi dari sana.
"Ayo." Ajak Ian pada Alex yang hanya mengangguk dengan pelan lalu mengikuti perintah Ian yang tidak seharusnya.
"Kau sudah lama disini ?" tanya Alex .
"Tadinya aku sudah pulang, karna anak mu tidak suka sekali melihat ku. Tapi mengingat banyak hal aku memilih kembali kesini." Balas Ian sambil tersenyum tipis ke arah Alex yang hanya diam.
"Sepertinya dia sangat percaya padaku. Aku yakin kedepannya semua akan berjalan mudah." Batin Ian sambil melirik ke arah Alex dengan kemenangan besar yang ia peroleh saat ini.