Dean berjalan di depan lorong sel sambil memperhatikan tiap gerak-gerik orang yang menurutnya mencurigakan. Ia melihat ke setiap sudut sambil mengantarkan makanan ke seluruh tahanan dengan wajah yang santai agar tidak ada satupun dari mereka yang tau tujuannya.
Ia tanpa sengaja bertemu dengan Freddy dan saat ini mereka bertatapan tajam seakan saling berperang. Dean mendorong troli makanan itu sambil memalingkan pandangannya lalu melewati pria tua itu dengan cepat.
"Eh.. Mungkin kau bisa menyuruhnya membersihkan ruangan ku." Ucap Freddy kepada petugas penjara yang mengawasi gerakan Dean dan itu membuat anak itu tersenyum tipis.
"Dengan senang hati, pak." Jawab Dean sebelum petugas itu menjawab pertanyaannya. Ia kembali beradu pandang dengan pria berkulit sawo matang itu dengan tajam hingga melihat Freddy segera mendelik ke arah lain dan meninggalkannya.
"Aku akan membersihkan nya tuan, sangat bersih sekaligus dengan wanita kemarin." Batin Dean lalu tersenyu miring sambil melanjutkan tugasnya hari ini. Ia sudah benar-benar siap untuk berperang bersama Damon dan bersiap keluar dari tempat yang sudah menghakiminya seperti saat ini.
"Aku akan menyusun jadwal mu untuk membersihkan ruangan chief." Petugas kepolisian di negara bagian itu terlihat cukup percaya dengan Dean yang benar-benar memiliki catatan baik di sana sejak dulu. Ia sangat lihai mengambil hati dan mencuri perhatian banyak orang hingga siapapun tidak akan menaruh rasa curiga terhadapnya.
Dean mengangguk dengan pelan lalu mendorong troli makanan kembali ke dapur lalu menyapa orang-orang disana dengan wajah senang seakan ia akan menghirup aroma kebebasan.
Sementara Damon mulai serius bekerja mengumpulkan dan mempelajari ulang semua kasus Dean dengan sangat teliti.
"Jadi kalian diperintahkan untuk langsung menutup kasus ini setelah pembunuhan yang dituduhkan pda Dean ?" tanya Damon sambil memegang bibirnya dan menatap tajam berkas yang benar-benar harus ia pelajari itu. Ia melihat detektif itu mengangguk ke arahnya lalu membantu pria itu membuka lembaran dimana terdapat foto mengenaskan kematian gadis 15 tahun itu.
"Bukti apa yang dimiliki pihak kepolisian hingga mengambil keputusan secepat itu?" tanya Damon sambil menyandarkan tubuhnya di kursi melihat wajah detektif yang sudah lama bekerja untuknya.
"Mereka melihat langsung Dean menyentuh gadis ini dengan pisau yang masih menancap di tubuhnya."Balas detektif itu dengan wajah pasrah.
"Lalu kemana ibu kandung anak ini ? Bukannya dia menikah dengan...
"Dia ibunya dan ia kehilangan seorang putri, otomatis ia sudah menyerahkan semuanya pada pihak kepolisian karna suaminya adalah chief disini." Ucap detektif itu dengan wajah yang mulai tegang seperti ingin menyampaikan sesuatu.
"Apa ? Bukannya...."
"Hm.. Dean itu berkaitan dengan keluarga Chief namun keberadaan anak itu hanya di ketahui beberapa orang dari kepolisian demi menjaga citra baik." Damon menggelengkan kepalanya dan melihat foto gadis itu kembali dengan baik hingga ia melihat sesuatu yang cukup janggal disana.
"Jika ia dinyatakan meninggal hanya dengan luka tusuk, kenapa wajah dan tubuhnya terdapat lebam?" tanya Damon kembali melirik kearah pria yang ada didepannya dengan penuh tanya yang memenuhi benaknya.
"Aku bisa dipecat jika ketahuan membawa berkas ini keluar Damon." Balas detektif itu dengan tegang dan terlihat takut. Ia menyatukan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya pada Damon lalu menelan Saliva yang seakan penuh di kerongkongannya sejak tadi.
"Aku yakin, Chief terkait oleh hal ini dan sejujurnya aku menemukan saksi yang tinggal disana. Dia melihat Dean masuk kerumah sekitar jam 9 malam sedangkan kematian gadis itu diperkirakan setengah jam sebelumnya."
"Kenapa kau tidak membuka ini dan memilih tutup mulut ?" tanya Damon penasaran lalu melihat detektif itu segera mengedarkan pandanganny di tiap tempat.
"Seseorang tewas terbunuh saat mencoba mengungkap kasus ini Damon. Kau pun bisa saja dalam bahaya jika ikut campur. Ingatlah anak dan istri mu membutuhkan mu jadi lebih baik kau tidak perlu susah payah menolong orang." Ucap detektif itu mencoba memperingati Damon agar tidak masuk ke dalam urusan Dean dan menyebabkan masalah besar.
"Tapi aku membutuhkan anak itu." Balas Damon dengan pandangan dingin sambi mengela nafasnya yang terasa berat.
"Apa yang kau rencanakan?" tanya pria itu kembali lalu mengeluarkan nametag bertulisan Rival disana. Lalu melihat Damon menatapnya dengan cukup lama.
"Tidak ada, aku hanya prihatin dengannya." Damon selalu waspada pada siapapun terhadap sebuah rencana sama hal nya dengan Alex. Mereka enggan mengatakan apa yang ada di fikiran mereka agar semua berjalan sesuai tujuan.
"Jika itu alasan mu, lebih baik kau tidak ikut campur Damon." Pria itu bangkit dari tempatnya dan mendekati Damon lalu menepuk bahu pria itu sebagai tanda peringatan keras.
Damon terlihat melamun sambil melihat foto gadis yang menjadi korban pembunuhan sadis itu seksama hingga ka sedikit terkejut saat mendengar ponselnya berbunyi di balik jaketnya.
Ia tersenyum sejenak saat melihat nama Ruth disana dan segera mengangkat ponsel itu. Suara Daven langsung terdengar kuat disana hingga Damon sedikit berfikir tentang apa yang dikatakan detektif barusan.
"Hey, katakan pada ayah mu. Cepatlah pulang." Suara Ruth memerintah Daven yang berada didalam dekapannya membuat bayi kecil itu hanya bicara tidak jelas.
"Tunggu sebentar lagi nak. Sebentar saja." Ucap Damon dingin sambil tetap melihat ke arah berkas dihadapan nya saat ini.
"Damon anak mu terus mencari mu." Ucap Ruth membuat Damon tersenyum mendengar itu.
"Kau pintar sekali menyuruh ku pulang Ruth. Katakan saja kalau kau merindukan ku jangan jadikan Daven sebagai alasan." Damon terlihat ingin bercanda agar membuat perasaannya tenang saat ini.
"Tidak. Aku sama sekali tidak merindukan mu. Jadi cepatlah pulang." Bentak Ruth agar Damon yakin dengan ucapannya.
"Aku pulang sebentar lagi sayang. Tunggulah." ucapan Damon yang tenang membuat Ruth diam lalu mengecup pipi Daven yang semakin membulat.
"Byeeee." Ucap Ruth lalu mematikan ponselnya dan kembali fokus pada Daven yang mengigit jemari kecil miliknya.
Damon mengemasi berkas itu dan memutar bola matanya di setiap tempat sambi berfikir banyak hal soal Dean, Alex dan kuarga kecilnya.
"Jika aku berhenti maka Sella akan bebas dan penabrak daddy tidak tertangkap lalu harapan Dean akan musnah, tapi jika aku tetap mencari ini sepertinya Daven dan Ruth bisa terancam." Batin Damon sambil menghel nafasnya cukup berat dengan keadaan yang serba salah seperti ini. Ia tidak ingin seorangpun terluka ataupun hal ini bisa menjadi Boomerang di kehidupan nya nanti.
---
"Pria ini orang yang gila dengan kekuasaan dan ia sangat suka berdekatan dengan orang-orang yang memiliki uang Damon." Jelas Neels pada Damon soal Freddy yang ia kenal selang beberapa waktu kemarin.
"Hey! Apa kau tidak masalah jika aku mengincar bagian keluarga mu sendiri Neels ? Dia itu kakak kandung ayah mu dan kau punya hubungan erat dengan wanita ini." Damon memotong ucapan Neels dan mempertanyakan sesuatu yang harusnya ia tanyakan agar tau apa yang dirasakan oleh Neels terhadap tindakan yang ia ambil.
"Tidak. Aku tidak masalah karna dia juga banyak sekali melukai orang banyak. Dia pantas di hukum." Balas Neels sambil menaikkan tangannya lalu melihat Damon dengan tatapan yang penuh ambisi.
"Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?" tanya Damon lalu melihat pria itu menyandarkan tubuhnya di kursi lalu menghel nafas.
"Aku harap kau tidak ragu hanya karna aku Damon. Sungguh aku ingin wanita itu segera tertangkap atau mungkin dia harus merasakan bagaimana hidup menderita seperti ku dulu." Neels mengepal tangannya dengan kuat mengingat betapa tersiksanya ia dulu hingga harus melakukan tindakan kriminal.
"Baiklah. Kau mengatakan kalau Freddy menyukai uang kan ?" tanya Damon lalu melihat Neels mengangguk pelan.
"Menurut ku, dia bukan orang sembarangan Damon dan aku rasa hanya ayah mu yang bisa menangani ini."
"Kau meremehkan ku Neels." Damon tersenyum karna pria dihadapannya saat ini benar-benar tidak tau apapun soal hidupnya hingga bicara seperti itu.
"Bukan Damon. Maksudku....
"Aku akan menangani Freddy dan mulai saat ini kita adalah musuh." Damon memotong ucapan Neels hingga pria itu mengerutkan keningnya dengan heran.
"Musuh?" tanya Neels
"Ya kita harus terlihat bermusuhan agar aku bisa mendekati pria itu, Aku yakin dia sangat tau jika aku dan kau sering menemui Dean. Lalu kedepannya aku tidak akan melihat Dean hingga masalah ini benar-benar selesai." Ucap Damon menjelaskan mekanisme awal dari pergerakan mereka selanjutnya.
"Apa yang akan kau lakukan Damon?" tanya Neels sangat penasaran. Damon diam sejenak lalu memutar bola matanya ke tiap tempat lalu kembali ke arah Neels yang menunggu jawabannya.
"Aku, Aku akan menaklukkan dunia Neels. Membuat dunia bertekuk lutut sekaligus membuat orang lain menyorot ke arah ku, yaa aku yakin begitulah cara ku untuk melindungi Ruth dan Daven." Balas Damon berkata dengan yakin pada Neels yang tidak mengerti apa rencana Damon kedepannya.
"Baiklah aku akan mendukung apapun untuk mu Damon." Ucap Neels membalas senyuman tipis Damon yang terlihat terpaksa saat ini.
"Aku pualng dulu, ini sudah malam Ruth dan Daven pasti menunggu ku." Ucap Damon segera beranjak dari tempat itu dengan cepat untuk menemui keluarga yang sangat ingin ia lihat setiap hari. Keluarga yang membuat ia berani dan kuat dan hidup dengan lebih baik.
Ruth langsung tersenyum saat membukakan pintu untuk Damon sambil menggendong Daven yang ikut senang setelah kepulangannya.
"Haaaayy.. Kemarilah nak." Damon meraih tubuh Daven lalu mencium wanitanya seperti biasa, Ia memberi kehangatan pada keluarga itu dan terlihat tanpa beban disana.
"Kau kenapa lama sekali?" tanya Ruth sambil melingkarkan tangannya di lengan Damon yang kekar dan kuat.
Pria itu melepas pegangan Ruth lalu memeluk wanita itu dengan erat.
"Maaf, aku sedang punya banyak pekerjaan Ruth." Damon mengusap puncak kepala wanita itu dengan lembut lalu melihat Daven ikut bersuara seakan mengomelinya.
"Kau mengatakan apa nak ? Hm ?" tanya Damon sambil mengusap rambut tipis daven.
"Dia mengatakan kau ayah yang payah karna pulang larut seperti ini." Balas Ruth membuat Damon hanya menghela nafas.
"Ini baru jam 8 malam Ruth, apa kau ingin berjalan-jalan ?" tanya Damon pada Ruth yang langsung menggelengkan kepalanya cukup kuat.
"Kalau begitu kita nonton TV saja." Sambung Damon dan tetap melihat Ruth menggelengkan kepalanya.
"Aku mau menelpon ayah ku, aku sangat merindukan nya Damon." Ucap Ruth lalu mencari ponsel suaminya itu dari balik jaket.
"Aku akan menggunakan ponsel mu, jaga Daven yah dan dia sedang buang air tolong cuci yah nanti." Ruth tersenyum renyah lalu melihat Damon langsung membulatkan matanya. Sementara Ruth langsung meninggalkan Daven bersama Damon dan mencari tempat untuk menelpon Troy.
Ruth menelpon Troy berkali-kali sejak tadi siang, namun tidak satu panggilan pun dijawab oleh ayahnya itu hingga Ruth mencoba menelpon dengan ponsel Damon.
Saat ini sudah panggilan ke enam ia lakukan hingga akhirnya suara Troy terdengar kurang jelas dari sudut sana.
"Ayah, kemana saja ? Aku menelpon mu terus menerus." Ucap Ruth dengan suara yang khawatir.
"Aku sedang berkemas nak, Besok ayah akan berangkat ke Alaska menyusul yang lainnya." Ucap Troy membuat Ruth merasa lega karna ternyata ayahnya itu baik-baik saja saat ini.
"Ada urusan apa kalian ke sana?" tanya Ruth penasaran.
"Hanya pekerjaan kecil, Aku tidak bisa pergi bersama karna tadi barang ku tinggal dirumah." Ucap Troy melihat rumah besar yang kini sepi tanpa bodyguard itu.
"Hm baiklah. Jaga diri mu dan jangan lupa makan." ucap Ruth dengan semangat membuat Troy hanya mengangguk dan memegang dadanya yang sesak.
"Dimana anak dan suami mu ?" tanya Troy tidak mendengar suara Daven seperti biasa.
"Damon sedang mengurus Daven di toilet, sesekali pria itu harus diberi pelajaran." Ucap Ruth masih terlihat bahagia seperti biasa.
"Hm.. Aku sangat merindukan Daven, belum tentu aku bisa mendengar suaranya lagi." Troy bicara dengan spontan membuat Ruth tidak senang mendengar perkataan barusan.
"Apa maksud ayah? Kalian bisa datang kapan pun kesini atau menjemput kami disini." Ruth sedikit bicara dengan nada tinggi pada Troy dan mendengar helaan nafas pria itu.
"Aku hanya berkata kemungkinan, Ingat pesan ku Ruth jadilah wanita kuat untuk anak dan suami mu, Ayah sangat menyayangi kalian." Troy kembali bicara dengan suara yang pelan membuat Ruth terdiam dan melihat ke arah Damon yang berjalan sambil menggendong Daven yang sudah dalam keadaan bersih.
"Ayah aku tutup dulu, nanti aku akan menelpon mu kembali." Ucap Ruth lalu mematikan ponsel nya dan berjalan mendekati anak dan suaminya itu.
Troy menghela nafasnya lalu kembali meneliti keadaan rumah sepi itu sekali lagi mengingat semua memori yang pernah ada disana. Saat ia sedang sibuk memperhatikan Troy mendengar sesuatu jatuh dari kantor Alex yang tertutup rapat.
Troy mengerutkan keningnya dan menarik stik golf yang terletak disana sejak dulu lalu berjalan pelan menuju ke arah sumber suara. Ia memegang gagang pintu itu dan membukanya dengan cepat hingga merasakan tangan besar menariknya masuk kedalam ruangan gelap itu.
"Siapa kau ? Apa yang kau lakukan disini ?" tanya Troy mulai mencari Stik golf yang terlepas dari tangannya.
"Mencari ini ?" tanya Sosok yang memungut apa yang dicari oleh Troy.
"Kau ?" tanya Troy dengan pelan saat mendengar suara yang sangat khs baginya.
"Ya. Ini aku dan ini hadiah untuk mu." Sosok misterius itu memukul wajah Troy dengan stik golf dengan sangat kuat hingga pandangan pria itu kabur. Troy berusaha mundur dan merangkak untuk menyelamatkan diri namun tangan kuat sosok itu menangkapnya kembali lalu mendorong tubuh Troy hingga terpental ke tembok.
Sosok itu melihat Troy mengeluarkan darah dari mulutnya dan lemah tak berdaya disana.
"Kenapa kau melakukan ini ?" tanya Troy dengan suara yang sesak sambil terbatas hingga melihat sosok itu berjongkok ke arahnya.
"Aku akan menghabisi kalian satu persatu mulai hari ini dan di mulai dari kau tuan." Ucap sosok itu dengan nada yang dingin lalu kembali berdiri dan langsung memukul Troy dengan stik golf itu membabi-buta hingga suara teriakan Troy perlahan pelan dan hilang.
Sosok itu segera meninggalkan rumah Alex setelah merasa puas melakukan itu. Ia masuk ke mobilnya kembali dan melepas masker wajahnya dan sarung tangan yang ia gunakan barusan. Sosok itu segera menjauhi rumah Alex dan pergi ke suatu tempat untuk menghancurkan semua barang bukti atas apa yang ia lakukan barusan.