Catatan 43

1493 Words
Aku ingin bertanya kepada seseorang yang mungkin membaca catatan ini di luar sana. Apakah kau pernah ada di fase tidak percaya kepada orang lain sedikitpun? Bahkan ketika orang itu mengatakan sesuatu yang memiliki kesan jujur sekalipun kau tetap tidak dapat percaya kepadanya. Ya, aku sedang berada di fase itu hingga hari ini. Masih hangat dalam ingatanku apa yang dikatakan oleh Alea kemarin. Ia meminta maaf dan merasa menyesal sudah berpikir bahwa aku berniat merebut Zayn darinya. Sekilas memang apa yang ia ucapkan terkesan jujur, tetapi ketika aku telisik lebih dalam, ada kepalsuan yang aku tangkap dari cara ia menatapku. Apakah aku hanya terlalu mencurigainya? Terlalu waspada? Atau mungkin memang ada sesuatu di balik perkataannya? Entahlah. Aku merasa, daripada percaya kepada orang lain lalu ditipu, lebih baik tidak percaya kepada siapapun sehingga aku dapat membuktikan jika kecurigaanku ternyata salah. Apa yang terjadi antara aku, Alea, dan Sheera di apartemenku kemarin tidak berhasil membuat perasaanku menjadi lebih baik. Aku masih tetap merasa berkabung saat mengawali hari pagi ini. Pikiranku masih saja kacau, padahal aku dan Max bukanlah seorang teman lama. Sesuatu yang berbeda saat ini hanyalah Alea bersikap sopan kepadaku di permukaan setelah apa yang terjadi kemarin. Hari ini Sheera menghubungiku lagi dan mengatakan jika ia baru saja menemukan sesuatu yang menarik di internet. Awalnya, aku tidak memiliki ekspektasi tinggi terhadap apa yang dimiliki oleh Sheera, namun aku merasa tidak ada salahnya jika mencoba untuk mengiyakan ajakan gadis berambut pendek itu untuk menonton apa yang ia temukan di internet bersama-sama. Sekitar satu jam setelah Sheera menghubungiku, aku mendengar suara pintu apartemen diketuk. Tidak salah memang, Sheera dan Alea kembali datang hari ini. Ketika aku melihat Alea, aku merasa sedikit bingung dan terkejut. Aku berpikir jika seharusnya Alea tidak ada di tempat ini. Jujur saja setelah kejadian kemarin, aku masih belum bisa bersikap terlalu ramah kepada perempuan jal*ng satu ini. “Hai, Madame!” sapa Sheera dengan nada ceria. “Hai, Lilia,” sapa Alea. Aku baru sadar satu hal hari ini. Sejak kemarin, wanita s*mpanan Zayn ini tidak pernah memanggilku dengan sebutan Madame dan langsung memanggil namaku. Setelah menyadari hal itu, aku merasa bahwa wanita satu ini tidak memiliki sopan santun kepadaku, karena nama panggilan Lilia hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu dan aku tidak rela jika Alea memanggilku dengan nama itu. Sayangnya, lagi-lagi aku tidak bisa asal mengeluarkan emosi dan nada keberatan karena akan merusak sesuatu yang sudah mulai terbangun. Mungkin yang bisa aku lakukan hanya mengeluarkan sindiran-sindiran halus untuk wanita ini. “Alea? Wah sejak Zayn di rumah sakit, kau terlihat sedikit bebas berada di luar ya?” sindirku dengan nada rendah. Memang kalimatku terdengar lembut di telinga, namun sayangnya kalimat itu terasa menusuk di hati. Alea yang aku yakin bahwa ia merasa tersindir, hanya membalas ucapanku dengan senyum manis, namun aku mencium ada rasa kesal di baliknya yang tidak ingin ia tunjukkan padaku secara langsung. “Kau juga terlihat semakin akrab dengan Sheera ya?” lanjutku. Namun Alea tetap tidak bergeming dan hanya tersenyum padaku. “Madame, lihat ini!” Suara renyah Sheera memenuhi apartemenku yang sepi. Gadis ceria itu menyelonong masuk kemudian duduk di sofa yang ada di bagian depan apartemenku, lalu mengeluarkan ponsel dari tas kecil yang ia bawa untuk ditunjukkan padaku. Aku dan Alea mendekat ke arah Sheera untuk ikut melihat apa yang ingin ditunjukkan olehnya. Ketika melihat sesuatu yang sedang tayang pada ponsel Sheera, aku justru merasa bingung. Aku menengok ke arah Alea, wanita itu juga menunjukkan raut wajah yang serupa denganku. Setelah saling menatap beberapa saat, akhirnya aku dan Alea kembali memfokuskan diri untuk menonton ponsel Sheera. Sebuah tayangan siaran langsung dari seorang perempuan cantik yang sedang mukbang (berinteraksi dengan penonton sambil makan dengan porsi besar) terlihat sangat menyenangkan untuk ditonton. Si penyiar terlihat atraktif, ceria, dan sangat ramah kepada para penonton setianya. Tidak jarang penonton memberikan hadiah berupa mata uang virtual kepada si penyiar sebagai apresiasi padanya karena ia telah memberikan hiburan yang disenangi oleh penonton. Semakin aku melihat tayangan itu, semakin aku tidak menemukan sesuatu yang aneh dan menarik. Aku hanya melihat wanita biasa yang berpakaian cukup terbuka melakukan siaran yang biasa saja. Ketika aku menengok kembali ke arah Alea, perempuan itu hanya mengangkat bahu tanda ia juga tidak mengerti letak hal menarik yang dikatakan oleh Sheera. "Hei Sheera, aku sama sekali tidak mengerti, kenapa kau menunjukkan tayangan ini padaku?" celetukku kesal. Aku memang terbiasa bertindak tidak sopan kepada gadis yang telah membuang sifat manusianya ini. "Ssst!" Sheera mengacungkan tangannya tepat di depan wajahku. Tatapan Sheera terlihat serius, seakan ia sedang tidak dapat diganggu kali ini. Gadis polos itu terus saja menatap layar ponselnya lekat, sementara aku dan Alea tetap dilanda kebingungan. Hingga satu ketika, "Dia datang! Lihatlah, lihatlah!" Sheera berteriak kegirangan. Aku dan Alea semakin bingung dengan sikap yang ia tunjukkan, padahal aku tidak melihat ada keanehan dalam tayangan video itu. "Lihat, pahlawan bertopeng sedang beraksi! Bacalah!" seru Sheera sambil menunjuk sisi pojok kiri bawah layar ponselnya di mana kolom komentar sedang dipenuhi oleh tulisan penggemar si penyiar. "Madame, Nona Alea, fokuslah pada pengguna yang ini," ucap Sheera sambil menunjuk satu baris komentar dari seseorang dengan nama pengguna Mr.Fantastic. Semakin aku memperhatikan apa yang ditunjuk oleh Sheera, aku semakin tidak dapat memahami apa yang ingin Sheera tunjukkan padaku. Bahkan gadis itu sampai merasa kesal karena dua wanita di kanan dan kirinya tidak kunjung mengerti dengan apa yang ia maksud. Aku terus memicingkan mata, khawatir melewatkan sesuatu yang mungkin ditunjukkan secara rahasia. Tapi lagi-lagi aku tidak dapat memahami apapun. Sikap diam yang kutunjukkan bersama dengan Alea membuat Sheera yang berharap aku mengerti tanpa ia bicara menjadi semakin kesal. ia menoleh ke kanan dan kiri sambil mengerutkan dahi dan memanyunkan bibir. “Kalian benar-benar tidak dapat menangkap sesuatu? Ah dasar payah!” gerutu Sheera. “Tidak,” sahutku dan Alea serempak. “Hahhh… wanita paruh baya memang tidak dapat diandalkan!” Gadis itu kembali menggerutu. Aku dan Alea melirik ke arah Sheera dengan kesal, ingin rasanya segera membunuh gadis ini. Namun sayang, gadis muda ini terlalu berharga sehingga aku tidak dapat membunuhnya begitu saja. “Madame, Nona Alea, lihatlah apa yang ditulis oleh Mr.Fantastic dari awal,” ucap Sheera sambil mengetuk beberapa kali layar ponselnya. Aku memicingkan mata, melihat dengan seksama apa yang tertulis di sana. Mata rabunku mulai tidak dapat diajak bekerja sama untuk melihat tulisan berukuran kecil. Namun samar-samar aku mulai dapat membaca apa yang Mr.Fantastic tulis di sana. Beberapa kali memang komentar dari Mr.Fantastic tergeser oleh orang lain, tetapi Sheera berkata padaku agar terus fokus pada komentar satu pengguna tersebut. Inilah komentar-komentar dari Mr.Fantastic yang berhasil aku ingat. “Badanmu bagus sekali!” “Ukuran sepatumu berapa? Aku ingin membelikanmu sepatu!” “Tali sepatu warna apa yang kau inginkan?” “Untuk ukuran makan seperti monster, bagaimana kau masih bisa tetap kurus?” “Hidupmu kau gunakan untuk apa setiap hari?” “Beban hidupmu mungkin sedikit ya? Makanya kau dapat tetap kurus dan cantik seperti ini!” “Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan perhatianmu, Cantik?” “Nafs* makanku benar-benar meningkat saat melihat siaranmu!” “Tanganku sampai gemetar melihat makanmu yang lahap sekali itu!” “Undang aku ke siaran langsungmu! Aku akan memberikan hadiah yang besar untukmu!” “Aku yakin, kau sangat cantik di dunia nyata, tidak kalah cantik dibanding ketika dalam siaran!” “Namamu akan selalu aku sematkan dalam piring makanku!” Komentar-komentar acak yang seakan tidak memiliki makna khusus tersebut sama sekali tidak dapat aku mengerti. Otak jongkokku sama sekali tidak dapat diandalkan. Sheera bahkan semakin kesal setelah mengetahui jika aku dan Alea masih tetap tidak dapat memahami apa yang Mr.Fantastic coba untuk katakan. “Ah, dasar wanita tua tidak berguna!” Alea kembali mengumpat tepat di hadapan orang yang ia singgung. “Apakah aku harus menjelaskan semuanya? Tidak dapat kah kalian berpikir sendiri?” lanjut Sheera sembari mendengus kesal. Tidak lama setelah komentar terakhir itu dikirim, Mr.Fantastic kembali menulis sebuah komentar yang sama sekali tidak berkaitan dengan semua yang telah ia tulis di atas. Komentar itu berbunyi, “jika kau menerima pesan dariku, maka angkat jari kelingkingmu.” Tidak lama setelah itu, si penyiar benar-benar mengangkat jari kelingkingnya ke depan kamera. Aku terkejut dan bingung harus bersikap seperti apa. Otak pendekku berpikir jika komentar-komentar yang ia tulis di atas mengandung pesan tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang tertentu. Untuk memastikan hal itu, aku meminta Sheera menggulir kembali halaman komentar ke atas. Butuh waktu cukup lama hingga akhirnya Sheera berhasil sampai pada komentar pertama Mr.fantastic hari ini. Komentar itu berbunyi, “Hai, Sayang, aku datang. Aku hanya ingin memastikan jika kau melakukan segalanya dengan baik. Aku telah hadir di siaranmu setiap hari, aku yakin suatu saat kau akan menyadari pesan-pesan yang aku kirimkan.” Aku, Sheera, dan Alea saling pandang. Sheera yang sudah mengetahui pesan tersembunyi dari Mr.Fantastic tetap saja memandangku dan Alea dengan tatapan kesal. Gadis muda ini benar-benar berekspektasi tinggi terhadap dua wanita paruh baya di sampingnya, namun sayang dua wanita ini terlalu bod*h untuk dapat mengerti maksud tersembunyi dari komentar-komentar tersebut
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD