Catatan 15

1520 Words
Malam hari setelah Bianka mengantar dua anak yang telah diselamatkan ke Arena, tepat jam 12 malam di Red Coffee telah berkumpul agen-agen yang bertanggung jawab atas kasus penculikan yang tengah menjadi fokus utama The Barista Pusat Kota. Ada aku yang menjadi penanggung jawab utama kasus ini, lalu Nova selaku koordinator, serta Bianka dan Isac sebagai agen yang bekerja di belakangku. Kali ini Isac berani membawa mobil sendiri dari Kota Nelayan karena Bianka meninggalkanku di Red Coffee sejak sore. Awalnya aku tidak mengira jika kasus ini akan menjadi tanggung jawab bersama karena aku terbiasa bekerja sendiri dan menanggung semua resiko sendiri. Namun dengan kembali ke Pusat Kota, aku merasa kembali utuh dan bekerja sebagai tim selayaknya seorang agen pada umumnya. “Rapat kali ini ingin aku buka dengan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada kalian yang telah bekerja dengan sangat baik hingga hari ini. Untuk agen Lilia selaku penanggung jawab kasus ini, silakan laporanmu.” Nova membuka pertemuan tengah malam kali ini dengan resmi. Pertemuan kali ini diadakan di ruang pengunjung Red Coffee, bukan ruang rapat yang biasa digunakan karena aku ingin suasana yang lebih santai dan aku ingin mendapatkan tempat duduk. Aku sangat bosan, setiap kali rapat di tempat ini selalu duduk di atas meja dan agen lain selalu berdiri di tengah ruangan. Karena waktu telah larut malam, Nova mengiyakan permintaanku untuk rapat di depan karena ia merasa aman, tidak ada yang berusaha menyadap. Bianka dan Isac melirik ke arahku ketika Nova memanggil namaku. Aku sadar, kedua agen muda itu masih bergantung kepadaku dalam menjalankan misi kali ini. “Seperti yang aku serahkan kepadamu beberapa hari yang lalu, aku berhasil mendapatkan beberapa informasi terkait beberapa korban dari pelaku yang sedang kita kejar, dan aku sedang melakukan pendekatan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci. Selama ini pekerjaanku bisa dibilang cukup mulus, aku dibantu oleh beberapa agen pribadiku selain bantuan yang diberikan oleh The Barista,” terangku membuka obrolan serius malam ini. “Lilia, awalnya aku ingin meminta bantuanmu menyelidiki kasus ini karena aku berpikir jika kau dapat menyelesaikannya secepat mungkin dan kita dapat menyelamatkan para korban. Tapi kenapa kau sekarang terkesan bermain-main?” Ucapan Nova terdengar berurat kali ini. Maksudku, benar-benar berurat di mana nada bicaranya terdengar memiliki rasa marah di dalamnya. “Kau peduli dengan nyawa manusia, Kak Nova? Sejak kapan?” Bianka menimpali ucapan Nova dengan sinis. “Rin, kenapa kau mengatakan hal itu?” Nova terlihat tidak dapat menerima kalimat yang keluar dari mulut Bianka. “Kau sudah banyak mempermainkanku, Kak Nova. Sejak awal, kau memberikan ujian masuk yang terkesan tidak masuk akal. Kau juga membuatku hampir mati beberapa kali, bukan? Mungkin bukan hanya aku, melainkan juga banyak agen lain di luar sana yang menjadi korban keegoisanmu dalam menyelidiki sebuah kasus.” Bianka bangkit dari tempatnya duduk di salah satu kursi pengunjung, lalu berjalan ke tengah ruangan mendekat ke arah Nova. “AH! Jangan bilang jika kau ingin menyelamatkan semua korban karena ingin citra bersih dari pemerintah?” Bianka melipat tangan ke depan tubuhnya, kemudian menatap Nova dengan tajam. “Sejak kehilangan ingatan hingga hari ini, Bianka masih belum dapat merelakan semua perbuatanmu padanya, Nova.” Aku ikut menambahi kalimat Bianka. Aku pernah mendengar sebuah berita yang menurutku cukup menggemparkan kala itu, di mana ada seorang agen yang berhasil masuk kembali ke dalam The Barista setelah disuntikkan obat amnesia karena melanggar kode etik. Ketika aku mendengar berita itu, aku sempat berpikir jika itu hanyalah karangan dari para agen untuk memanaskan suasana yang kala itu sedang datar tanpa ada berita menggemparkan sama sekali. Namun setelah aku menyelidiki berita itu sendiri, aku menemukan jika apa yang menjadi berita bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan. Hingga saat ini aku masih belum paham bagaimana Bianka mendapatkan ingatannya kembali dan masuk ke dalam The Barista. Isac juga merupakan salah satu saksi kunci yang menyaksikan dengan matanya sendiri bahwa Bianka mendatanginya dan meminta bantuan untuk menyelidiki sesuatu darinya bukan sebagai agen, melainkan sebagai utusan dari Airconst. Ketika mendengar berita itu dari Isac, aku menjadi semakin penasaran dengan sosok bernama Bianka atau Rin. Pencarian informasiku terhadapnya dari kalangan para agen justru melahirkan isu bahwa Bianka akan menjadi generasiku selanjutnya yang memiliki tingkat bahaya yang sama denganku. Perbincanganku dengan Bianka di dalam mobil tadi sore juga menjadi petunjuk bahwa ia membenci sistem penegakan hukum di negara ini, dan membenci cara Nova menjadikan nyawa para agen menjadi mainan. “Kau tidak perlu menjadi orang yang munafik, Nova. Kita semua di sini tahu jika kau adalah orang yang suka bermain dengan nyawa para agen. Sekarang bagaimana jika aku yang bermain dengan nyawa para korban? Ketika misi ini dimulai, kau tidak merasa keberatan dengan apa yang aku lakukan. Tetapi kenapa sekarang kau seakan keberatan? Apakah sekarang kau menjadi orang yang labil?” Aku melipat kaki sambil menghisap rokok mentol kegemaranku, wajah Nova terlihat mulai panik seperti tengah mengalami tekanan dari seseorang di belakang, tidak seperti Nova yang biasanya. “Yang jelas aku ingin kasus ini segera diselesaikan dan korban dapat kembali dalam keadaan selamat. Reputasi kita dipertaruhkan di sini!” Nova mulai menggunakan nada tinggi di dalam kalimatnya. “Jika aku tidak ingin melakukan itu, apa yang akan kau lakukan?” Jawaban santai dariku membuat darah Nova semakin mendidih. “Apa kau akan terjun sendiri ke lapangan?” Bianka tersenyum sinis kepada Nova seiring kalimatku yang meluncur menyudutkan eksekutif presiden The Barista yang terlihat tertekan itu. “Percayalah kepadaku, Nova. Kau tahu jika aku tidak pernah mengecewakan The Barista dalam pekerjaan mencari informasi. Jika nantinya informasi telah lengkap, kalian dapat menyusun rencana selanjutnya.” Nova menghela nafas karena tersudut oleh kalimatku. “Aku sebenarnya khawatir kepadamu, Lilia. Aku tidak ingin kau berakhir buruk di tempat itu.” Nova mencoba merayu, namun ucapannya justru terdengar berbeda arah dengan apa yang ia katakan beberapa saat yang lalu. “Lalu jika aku yang berangkat ke sana, kau mengizinkanku, Kak Nova?” Bianka menimpali. “Menurutku juga cukup berbahaya untuk pergi ke tempat seperti itu sendiri, Madame. Aku mungkin dapat menyarankan kau untuk mencari orang lain yang dapat membantu misi penyusupanmu.” Isac yang dari tadi hanya diam, kali ini ikut memberikan suara. “Bianka, jika kau ada di posisiku, apa yang akan kau lakukan?” Bianka yang sedari tadi fokus melihat ke arah Nova, menoleh ke arahku ketika namanya kusebut. “Yah, jika aku menjadi dirimu, aku akan pergi ke dalam sana seorang diri dan memastikan para korban dalam keadaan yang baik. Di sana, aku yakin terdapat banyak korban lain selain dari orang-orang yang sedang kita cari dan aku tidak ingin mengabaikan orang lain itu. Ketika aku masuk ke sana, aku ingin memastikan dengan mata kepalaku sendiri dan menggunakan segala cara untuk membuat semua korban di sana tetap hidup.” Seperti dugaanku, Bianka pasti dapat mengerti posisiku dan mengambil keputusan yang sama denganku. Bianka, seorang femme fatale yang memiliki pengalaman menyusup ke sarang musuh seorang diri, pasti tahu jika resiko berada di sarang musuh adalah kehilangan nyawa. “Apakah kau telah memikirkan semua resiko yang dapat terjadi, Lilia?” Nova terlihat pasrah dari apa yang yang ia ucapkan. “Jelas sudah.” “Madame Lilia pasti sudah memikirkan segala resikonya, Kak Nova,” ucapku dan Bianka hampir bersamaan. “Hahhh… Baiklah jika kau bersikeras. Isac, apakah kau dapat melakukan sesuatu untuk membantu Lilia?” Nada bicara Nova mulai merendah. “Mungkin aku bisa memberikan bantuan dari belakang sesuai dengan apa bidang yang aku kuasai, Agen Nova.” Isac terlihat tidak antusias dengan rapat ini. Sejak awal rapat dimulai, Isac hanya bersikap datar dan selalu sibuk dengan ponselnya tanpa terlihat memerhatikan apa yang tengah diperdebatkan. Isac memang seusia Bianka, namun ia terlihat lebih kekanak-kanakan jika dibandingkan dengan gadis manis yang tengah tersenyum lebar karena merasa memenangkan perdebatan melawan eksekutif presiden The Barista. “Aku akan mengirimkan agen lain untuk membantumu di tempat itu. Aku merasa agen Silva akan cocok dengan tugas kali ini. Apakah kau setuju, Lilia?” Nova menawarkan bantuan seorang agen lain kepadaku. Silva, adalah agen yang membantu Bianka dalam memecahkan kasus yang ia tangani di masa lalu, meski sebenarnya peran Silva di tempat itu hanyalah sebagai informan cadangan. Tidak banyak informasi yang Silva gali dari misi itu, sedangkan Bianka banyak mendapatkan informasi kunci langsung dari sarang pelaku. “Tidak, terima kasih. Nanti aku akan langsung berbicara dengan Bianka jika membutuhkan bantuan. Aku juga memiliki banyak agen pribadi yang dapat kumanfaatkan. Kau tidak perlu repot membantuku. Terserah jika kau mengatakan bahwa aku melawan wewenangmu sebagai eksekutif presiden, tetapi aku mencium ada aroma yang berbeda darimu jika dibandingkan dengan ketika aku pertama kali datang ke pusat kota untuk menyelidiki kasus ini.” Nova terlihat semakin tertunduk ketika kalimat demi kalimat pedas keluar dari mulutku. “Bianka, Isac, rapat hari ini selesai sampai di sini. Isac, ayo kita pulang ke Seaside Bar.” Aku bangkit dari tempatku duduk, lalu beranjak pergi dari Red Coffee diikuti oleh Isac dan Bianka yang ikut beranjak meninggalkan Nova yang tertunduk di salah satu meja pengunjung. Ada sesuatu yang sangat aneh aku tangkap dari Nova. Aku ingin tahu tentang apa yang terjadi kepada Nova di belakang. Mungkin ada hal-hal yang aku tidak ketahui yang telah terjadi. Sepertinya aku harus mencari informasi lebih lanjut tentang Nova dari agen lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD