Ian menggandengku yang berjalan keluar dari gang dengan tertatih tatih, ditemani oleh Kelly dan Yanni yang dari tadi menunggu di luar rumah, ke arah mobil hitam Ian sudah menunggu di pinggir jalan besar. Di dalam mobil, Ian mengelus luka di pelipisku yang sudah kering dan menggumpal menyatu dengan rambutku. Alisnya makin berkerut ketika mengangkat telapak tangan kananku yang berbalut saputangan kotor milik Rio. “Kau harus menemui dokter, Kyra. Lukamu cukup serius. Kita temui salah satu temanku saja di rumahnya. Dia sebetulnya dokter kandungan, tapi mungkin bisa membantu merawat lukamu.” Tidak menunggu aku mengangguk, pria itu mengeluarkan handphonenya dan mencari nomor telepon temannya. Di angkatnya perangkat itu ke telinganya sambil menunggu adanya jawaban dari ujung sambungan. Tak