BAB 31 - Bukan Waktunya Marah

1505 Words

Kembali, Afkar memberikan pilihan. Namun, kali ini Iqlima hanya diam. Dia tidak berniat memberi jawaban, tidak juga sedang mempertimbangkan keputusan suaminya. “Terserah. Mas pikirkan saja sendiri ... kenapa malah menyeretku dalam keputusanmu?” Suaranya terdengar dingin, nyaris tanpa emosi. Tanpa menunggu tanggapan, Iqlima berbalik dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Punggungnya membelakangi Afkar, menunjukkan betapa malasnya dia melanjutkan percakapan itu. Matanya terpejam, seolah hendak tidur, tapi pikirannya masih penuh dengan keresahan. Afkar tetap berdiri di tempatnya. Pandangannya mengikuti gerakan Iqlima, menatap lekat punggung istrinya yang diam tanpa minat. Napasnya berat, lalu dia bergumam lirih, hampir tidak terdengar. “Terserah? Apa itu terserah?” Suara itu masih cukup

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD