“Ya ampun, Tante. Banyak bangeeet!” aku sampai menganga kaget ketika melihat Tante Fiza menata oleh-oleh sebanyak satu koper ukuran delapan belas inchi. Koper itu memang kecil untuk membawa barang, tetapi jika diisi full oleh-oleh, akan jadi sangat banyak. Kulihat Tante Fiza memasukkan lumpia, wingko babat, dan masih banyak lagi lainnya. Aku tidak bisa menyebutkannya satu per satu. Belum lagi, masih mending kalau hanya satu atau dua bungkus per masing-masing jenis, ini tidak. Semuanya dilebihkan. “Enggak banyak, kok. Ini kalau ditotal enggak ada tujuh kilo sama kopernya. Aman masuk kabin. Kan perjalanan juga sejam aja. Sampai rumah nanti langsung dibuka, ya?” Aku melirik Mas Rifqi yang saat ini sedang minum kopi sembari menyaksikan Ibunya yang mengemas oleh-oleh untukku. Dia tersenyum p