76. Gunung Es yang Mencair

1910 Words

“Kenapa, sih, Mas Arfa sama Mas Rifqi pakai berantem segala!” aku tidak bisa menyembunyikan emosiku yang meledak-ledak. Untuk meredakannya, aku sampai menghela napas berulang kali. Ini saja, masih tak berhasil. “Kalian ini kaya anak kecil aja, tahu, enggak!” Waktu itu, tepatnya saat aku kepergok digendong Mas Rifqi, kupikir mereka akan berkelahi, tetapi ternyata tidak. Giliran sekarang kupikir mereka akan ngobrol dengan kepala dingin, malah tahu-tahu sudah baku hantam. Baik Mas Arfa ataupun Mas Rifqi sama-sama membiru di bagian wajah. Overall, lebih parah Mas Rifqi karena bibirnya kembali robek setelah enam tahun berlalu. Kurasa, Mas Rifqi hanya memberi perlawanan seperlunya. Tadi aku hanya sempat melihatnya meninju Mas Arfa sekali dan itu langsung memberi bekas yang lumayan. Sedangkan u

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD