95. Mimpi Buruk yang Kembali

2570 Words

“Mas, make up-ku gimana? Cantik atau enggak? Berlebihan atau enggak?” Mas Rifqi berdiri, lalu menatapku dari atas sampai bawah. Matanya juga menyipit, tampak kalau dia sedang menilaiku dengan serius. “Mas, buruan, ih!” “Cantik. Perfect!” “Enggak berlebihan, kan?” “Enggak, kok. Beneran cantik. Bumil makin hari emang makin cantik.” Aku tersenyum. “Bisa aja, deh! Jadi terharu, saya, Pak.” “Serius, sayang. Kamu cantik pakai baju itu. Bener kata Mama, selera fashion-mu memang bagus. Mas jadinya ketularan karena kamu yang milihin.” “Justru aku diajarin Mama, tahu, Mas. Mama tuh selera fashion-nya juga bagus. Udah sejak beliau muda. Lihat aja foto-foto Mama dulu.” “Iya, sih. Mama pakai baju apa aja kelihatan bagus.” “Karena beliau sepintar itu pilih baju yang cocok dengan badan beliau.”

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD