Bab 1. Rumah Pengantin

1327 Words
Baru saja membuka pintu rumah yang akan dia tempati nanti setelah menikah, tapi Lyra sudah disambut dengan suara desahan disertai erangan yang menjijikan dari kamar tidur di depan sana. Lyra bukanlah wanita bodoh yang tidak bisa mengerti situasi, sudah pasti dia tahu kalau sedang terjadi perselingkuhan, memang siapa yang bisa masuk ke rumah itu kalau bukan dirinya dan tunangannya? Biarpun begitu Lyra masih ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri, perlahan dia melangkahkan kakinya menuju arah pintu. Suara yang membuat telinganya panas makin terdengar jelas sampai rasanya ingin mual. "Katanya kalian berdua akan menikah? Lalu bagaimana denganku?" Sayup-sayup Lyra mendengar pembicaraan kedua insan yang sedang dalam penyatuan, hatinya makin terasa tertekan karena suara wanita yang dia dengar begitu familiar. "Tenanglah, Sayang ... dia hanya tambang emas bagiku, aku sama sekali tidak mencintainya atau menyukainya, aku hanya menginginkan hartanya saja." Perkataan tunangannya membuat luka di hati Lyra semakin dalam. Orang yang selama ini dia cintai, bahkan rela bersedia mendanai hidup pria itu dengan begitu bodohnya. "Setelah menikah aku akan menguras hartanya, setelah itu aku akan menceraikannya dan menikahimu." Sudah tidak tahan lagi mendengar pembicaraan dua sejoli yang beradu peluh, Lyra menendang pintu di hadapannya yang tidak terkunci. "Dasar, pria b*****t ...!" Benar saja, Lyra mendapati tunangannya sedang beradu kenikmatan dengan seorang wanita yang dia kenal sebagai sahabat. "Lyra ...?!" Kedua orang itu langsung menjauhkan diri satu sama lain dalam keadaan tidak sehelai benang pun melekat pada tubuh mereka. "Biar aku jelaskan, ini tidak seperti yang kau lihat." Tanpa tahu malu pria itu langsung menghampiri Lyra, melupakan keadaan dirinya yang tidak memakai apa pun dan sedang dalam masa tanggung. "Berhenti di situ! Kau menjijikan, Sam!" teriak Lyra memerintah untuk jangan mendekat pada Samuel. "Kau salah paham, tadi aku mabuk, lalu melakukan hal-hal yang tidak masuk akal seperti ini," jelas Samuel dengan alasan. "Benar, Lyra. Tadi kami mabuk dan berakhir seperti ini, kau jangan salah paham, kau masih temanku, kan?" timpal Selly. Lyra menggeleng menatap nanar ke mereka berdua secara bergantian, dia merasa makin marah karena sahabat dan tunangannya memberi alasan yang tidak masuk akal menganggapnya seperti orang bodoh. "Tadi kalian mabuk? Lalu sekarang kalian seperti orang sadar yang sedang berkelit atas kesalahan yang kalian perbuat, kalian pikir aku bodoh?! Bodoh jika aku percaya itu hanya salah paham! Kalian berdua benar-benar b*jingan!" pekik Lyra menunjuk ke arah mereka berdua secara bergantian. Samuel bersimpuh di hadapan Lyra dengan wajah yang dibuat memelas sejadinya, pria itu tahu kalau posisinya tidak bagus karena sudah ketahuan sebelum menguasai harta Lyra. "Maafkan aku untuk kali ini saja, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya," ucap Samuel memohon. "Haha, lucu sekali, kau bilang tadi karena mabuk sekarang kau memohon seakan kau melakukan kekhilafan. Mana ada orang mabuk yang bisa dengan mudah masuk ke rumah yang dikunci dan memasukan sandinya dengan benar? Aku yang bodoh atau kalian yang bodoh memberi alasan tidak masuk akal?!" Sudah habis kesabaran Lyra dibuatnya, tapi Samuel berusaha menggapai tangan tunangannya yang selalu menepis kasar dirinya yang tengah berlutut. "Lyra, maafkanlah kami sekali saja, apa persahabatan kita tidak penting bagimu?" sahut Selly yang memegangi selimut menutupi tubuh polosnya. "Berani sekali kau membawa nama persahabatan ke dalam masalah ini! Apa pada saat kau melakukan itu dengan tunanganku, kau memikirkan persahabatan denganku ...?! Tidak!" Lyra menatap nyalang mantan sahabatnya itu. "Kalian para pengkhianat memang sangat cocok sampai cara beralasan pun sama, terus-terusan berkelit dan memposisikan diri sebagai korban padahal kalian yang pelaku utama!" lanjut Lyra. Wajah mengiba Selly berubah jadi marah seketika Lyra menudingnya begitu. "Aku punya alasan kenapa kami melakukan ini, semuanya itu juga karena kesalahanmu yang tidak bisa melayani Sam dengan baik sampai dia harus memintaku untuk memuaskannya, kau bahkan tidak pernah memberinya kepuasan sama sekali!" kilah Selly. Dari tadi Lyra sama sekali tidak mengeluarkan air mata, hanya kekesalan yang tergambar jelas di wajahnya. Sekarang dia malah terkekeh mendengar bagaimana mantan sahabatnya itu terus berkelit. "Hei, wanita bodoh! Bukan salahku jika aku memberi batasan terhadap hubunganku dengannya, atas dasar apa kau ikut campur ke dalam hubunganku?! Sudah bodoh, jalang pula. Lebih baik kau berkaca di cermin dan lihat dirimu baik-baik, kau tidak lebih hanya pemuas nafsu!" hina Lyra. Lyra menjambak wanita yang bukan sahabatnya lagi dengan beringas sampai wanita itu mengerang kesakitan, Samuel bangun dari berlututnya dan mencoba memisahkan mereka berdua. Terlihat puluhan helai rambut Selly rontok di tangan Lyra, tapi rasanya hati Lyra masih belum puas hanya dengan ini. Lyra menatap nyalang ke Samuel yang mencoba merusak balas dendamnya. "Kau membelanya?!" teriak Lyra. "Tidak, bukan begitu, aku—" Belum sempat Samuel melanjutkan kalimatnya, Lyra sudah menampar kuat pipi pria yang dulu dia cintai. Entah sekarang masih mencintai atau tidak karena di hati Lyra emosi lebih dominan sekarang. "Pria tidak tahu diuntung! Memangnya siapa yang membiayai hidupmu selama ini, b******n?! Berani sekali kau bermain di belakangku, kau pikir sudah hebat karena bisa bekerja di perusahaan ayahku, hah?! Tanpa diriku kau hanyalah gembel, ingat asalmu, Sam!" Tidak peduli jika Lyra dibilang wanita tukang mengungkit atau semacamnya karena sekarang dia benar-benar menyesal membiarkan dirinya dibodohi oleh pria yang selama ini bersamanya. Lyra cukup menyadari perubahan raut wajah Samuel yang mengeraskan rahangnya, Lyra tahu persis kalau harga diri Samuel terinjak hanya dengan mengungkit semua bantuannya selama ini. "Apa?! Kau ingin marah padaku, hah?!" ucap Lyra menantang Samuel. Samuel hanya bisa diam dengan wajah kesal menatap Lyra yang menantangnya untuk melawan, tapi mengingat dia tidak punya kekuasaan dibanding Lyra, dia jadi hanya bisa menatap mata wanita itu. "Kalian berdua sangat cocok, kenapa kalian tidak menikah saja? Kenapa harus aku yang menjadi halangan di antara asmara kalian berdua?!" Lyra mendorong Samuel hingga pria itu terduduk di bibir ranjang tepat di samping Selly. "Lyra, berhentilah marah, kami hanya satu kali melakukan kesalahan. Kami tidak seburuk itu sampai kau harus marah seperti ini." Samuel masih berkilah, tapi dia juga mengharapkan Lyra mengiba dirinya. "Siapa yang berani menjamin kalian hanya satu kali melakukannya?! Siapa yang berani menjamin ...?! Rupanya kau memang menganggapku remeh, ya? Aku akan pastikan kau menyesal, Sam!" ancam Lyra. Lyra menjauh beberapa langkah, lalu menatap mereka secara bergantian, tatapannya yang tadinya berkobar emosi jadi meneduh dan juga datar. "Kau ... jalang, mulai hari jangan bersikap mengenalku atau meminta bantuan apa pun dariku, karena aku memutuskan untuk mengakhiri yang kau katakan persahabatan itu, jangan bersikap mengenalku mulai sekarang, ambillah pria itu karena aku sudah tidak membutuhkannya lagi dan terima kasih sudah mengambil sampah yang telah aku buang," ujar Lyra menunjuk Selly dengan tangan gemetar. "Dan kau ... berani sekali kau membawa jalang itu tidur bersama di rumah pengantin yang aku beli untuk pernikahan kita, memangnya kau pikir ini kau yang membelinya sampai kau bisa seenaknya membawa keluar masuk orang lain?!" Kini giliran Samuel yang ditunjuk Lyra. Lyra menurunkan jari telunjuknya, lalu mengangkat tangan kirinya dengan segera melepas cincin yang tadinya terpasang indah di jari manisnya, sedetik kemudian melempar cincin pertunangan tepat mengenai wajah Samuel. "Aku batalkan pertunangan kita dan jangan pernah temui aku lagi, b******k!" teriak Lyra sekuat tenaga. Selly senang mendengar Lyra melepaskan Samuel untuknya, karena memang itu tujuannya, dia ingin mendapatkan Samuel dan segera memisahkannya dengan Lyra karena terlalu lama jika menunggu Samuel bertindak, biarlah kalau perselingkuhan mereka terbongkar sekarang. "Kita bisa bicara baik-baik dulu, jangan gegabah memutuskan secara sepihak nanti akan menyesal di lain hari, pikirkanlah baik-baik!" Samuel memungut cincin yang barusan Lyra lempar. Lyra memandang jijik ke arah Samuel yang terlihat sama sekali tidak risih dengan tubuh telanjangnya yang bergerak tanpa adanya rasa malu, ingin sekali rasanya dia menendang benda yang bergelantungan itu. "Aku? menyesal? Aku menyesal membuangmu?! Kau sedang melawak, ya? Bukan aku yang menyesal, tapi dirimu!" seru Lyra. "Hentikan, Lyra! Hentikan sifat sombongmu itu, jika kau terus bersikap seperti itu tidak akan ada laki-laki yang mau padamu, terlebih lagi dirimu yang kuno selalu tidak mau disentuh sama sekali." Permohonan Samuel yang tadinya meminta pengampunan berubah menjadi penghinaan terdapat Lyra. "b******n! Jika tidak ada pria yang mau denganku, aku bisa membeli banyak pria sepertimu! Akan aku katakan pada ayahku agar dia memecatmu! Selamat menikmati malam menjijikan kalian, aku pamit."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD