“Sekarang dia sudah tau, dan itu darimu. Dia pasti marah dan kecewa dengan saya. Saya susul dia dulu.” “Sorry, Graysen..saya benar-benar tidak tau.” “Lupakan.” Setibanya di depan gedung pesta, mata Graysen langsung menyisir area luar yang masih cukup ramai itu. Hingga ia menemukan Rahza dan berhasil menghentikan Rahza tepat waktu. “Rahza, tunggu!” BRAKK! Suara itu berasal dari pintu taksi yang hendak Rahza masuki. Susah payah Rahza menghentikan taksi, Graysen malah dengan mudahnya menyuruh sopir taksi untuk meninggalkan calon penumpangnya ini. Alhasil, mobil taksi itu pun melaju. Meninggalkan sepasang kekasih yang tengah bertengkar atau akan bertengkar hebat itu. “Om!? Aku mau pulang.” “Saya antar karena kamu merupakan tanggung jawab saya dan soal itu..s–saya bisa jelaskan.” Gray

