Part 1 - Sebuah Kejadian

1297 Words
Suara dentuman keras terdengar dari persimpangan tiga yang selalu dipenuhi mobil saat jam sibuk, entah kenapa hari itu jalanan lenggang, nyaris kosong. Tidak berlangsung lama, dua mobil yang beradu saling terbalik. Sebuah mobil minibus silver berguling beberapa kali, lalu terhenti dalam posisi atap mobil di bawah. Seorang gadis kecil berbaju merah muda, terhempas cukup jauh menembus kaca mobil yang berhamburan pecah. Badannya telungkup, pipinya menempel di aspal yang panas siang itu, sementara mobil yang dikendarainya terbakar. Aktivitas jalan raya mendadak padat, suara klakson bergantian di bunyikan, memberikan pertanda bahwa harus ada yang menolong kejadian siang itu. Cleo menutup mulutnya yang membulat, ini akan menjadi hari yang panjang untuknya. Cleo mengangkat tangannya, melihat ke jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Sudah menunjukkan angka tiga belas lewat sepuluh, ia sudah terlambat sepuluh menit dari izin jam istirahat nya. Cleo hanya izin lima belas menit membeli beberapa keperluan di mini market. Tapi, kecelakaan itu membuat Cleo terlambat. Cleo mengusap layar ponselnya ke atas, lalu menekan kata sandi yang ia sudah sangat hafal. Cleo menekan kontak ponsel bertuliskan, IGD*. Seorang menjawab panggilan teleponnya, “IGD Rumah Sakit Therapedic Medical Center, ada yang bisa saya bantu?” “Ini Cleo,” ucap Cleo sambil mengunyah Snack jagung di tangannya. Sudah sepuluh menit sejak kejadian mobil Cleo berhenti, kali ini lengkingan sirine ambulance, pemadam kebakaran dan polisi saling beradu, “ini siapa?” tanya Cleo lagi, “Rahmi dok, dokter Cleo ada dimana sekarang? Sebentar lagi ada beberapa pasien masuk, ada kecelakaan beruntun gak jauh dari rumah sakit.” Jawab Rahmi salah satu perawat yang bertugas siang ini. “Ya, aku lihat. Sekitar, hm..” Cleo memanjangkan lehernya, melihat dua mobil yang bergelimpangan di hadapannya. Di depan mobil yang ia kemudikan ada dua mobil, setelahnya baru kecelakaan itu , “ada tiga mobil yang bertabrakan, mobil yang bagus sepertinya ada satu atau dua orang, kalau mobil yang satunya, terbakar, ada sekitar tiga atau empat penumpang. Mobil yang satu, mobil truk besar, sepertinya supirnya tidak terluka parah.” Cleo menyimpulkan dengan penglihatan nya. “Terbakar?” pekik perawat dari sebrang sambungan telepon. “Hm, ya, merah atau hitam*.” Jawab Cleo menyebutkan warna triase* kemungkinan pasien kecelakaan itu, “ada juga anak kecil, merah seperti nya, kurang lebih umur empat atau lima tahun.” Jelas Cleo. “Siapkan intubasi*, hubungi ruang operasi, seperti nya akan ada operasi cito*!” Jelas Cleo. “Hm, baik dok. Rahmi sampaikan. Dokter cepat ke sini atuh, di sini teh cuma ada dokter koas*” “Hufh, oke oke.” Cleo memundurkan sedikit mobilnya, memencet klakson untuk meminta jalan beberpa gerombol orang yang datang hanya untuk menonton, memfoto atau bahkan ada yang hanya menjadikan live di media sosial, tanpa membantu, entah apa yang ada di fikiran mereka. Cleo memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah makan, mengambil tas ranselnya. Ia keluar melihat ke arah TKP. Ambulance dan rumah sakit tempat ia bekerja sudah ada. Cleo memencet tombol kunci pada remote di kunci mobilnya. Tidak menunggu lama, Cleo langsung berlari, ia membenarkan ikatan rambutnya yang sudah hampir terlepas. Ia berharap ambulance dan tim rumah sakit belum pergi. Cleo mempercepat larinya. “Hei, tunggu!” Cleo berlari sambil melambaikan tangan, tentu saja tim medis itu tidak memperhatikan Cleo, karena Cleo berada di kerumunan orang yang ribut berbisik menceritakan kejadian kecelakaan itu. “Hah, hah..” Cleo akhirnya sudah dekat dengan ambulance, “ini Cleo! dokter Cleo!” Cleo menyodorkan id card yang tertempel di saku kemejanya. “Iya dokter,” jawab seorang lelaki yang sibuk memasangkan masker oksigen ke mulut salah satu korban dengan luka bakar. Cleo memperhatikan dua orang yang sudah hangus terbakar, nyaris seluruh badan. Luka bakar yang luas, kadar oksigen di darahnya juga sudah menurun, sedangkan yang satunya sudah tidak ada lagi nafas, namun masih ada denyut nadi. Seorang lelaki, yang sebelahnya seorang wanita mereka tampak sebaya. “Hei!” tiba-tiba lengan Cleo dicengkram, Cleo mengalihkan pandangannya. Seorang lelaki mengenakan jas, di kemeja putih yang ia kenakan terdapat banyak bercak darah. Mata Cleo bertatapan dengan lelaki itu, lelaki itu menatap mata Cleo tajam. Mata yang indah, alis mata yang terusun rapih, hidungnya mancung, kulit lelaki itu juga putih, nyaris seperti boy band Korea yang sering ditonton dokter muda saat jaga malam. “Tolong, tolong gadis kecil itu!” suara parau lelaki jangkung itu menyadarkan Cleo dari lamunannya, “Hah, astaga!” Cleo memaki dirinya sendiri karena tindakan bodohnya, terpana dengan lelaki seperti boy band, bukan tipenya sekali. Cleo mengalihkan pandangan kearah seorang gadis yang sedang di bopong petugas medis. Cleo berlari ke arahnya, beberapa alat yang dibawa di tempel, “Saturasi* masih bagus, pulsasi* juga masih oke. Hanya ada cidera parah pada tulang paha, dan..” Cleo mengamati mata gadis berbaju merah muda itu, sambil menjepitkan alat pengukur kadar oksigen ke salah satu jari anak itu, “ada cidera di matanya. Cepat, bawa ke IGD! Ini butuh penanganan cepat, perdarahan di tulang pahanya akan membuat darahnya banyak keluar.” Perintah Cleo. Cleo berlari menuju mobil ambulance ke tiga, yang membawa anak kecil itu. Karena anak ini yang paling perlu ditangani. Ambulance melaju kencang, duduk di depan Cleo berpegangan pada handle di atas jendela mobil ambulans. Cleo terpaksa merelakan mobilnya ditinggal di depan mini market, karena kesalahan ada padanya. Memang tidak seharusnya dokter jaga meninggalkan IGD. Bila penanggung jawab IGD tau, ia akan kena sanksi. Cleo melirik ke belakang, ingin melihat keadaan anak yang sudah terpasang selang oksigen dan infus. Di sebelahnya ada seorang perawat lelaki, dan.. lelaki berwajah boyband itu ikut! Cleo menggeser jendela yang berada antara bagian belakang mobil dan depan, “Anda, Ayahnya?” tanya Cleo melihat lelaki itu memasang wajah khawatir. Ia menggelengkan kepala, “Bukan, saya yang membawa mobil Ferrari merah.” Cleo memicingkan matanya tanda curiga, “jadi anda yang menabrak?” tanya Cleo penuh selidik. Lelaki itu kembali menggeleng, “bukan, saya berada di jalur benar. Mobil yang dikendarai orang tua anak ini, menerobos lampu merah.” Lelaki itu membela diri. Jelas bukan urusan Cleo siapa yang menabrak tapi yang jelas Cleo baru sekali ini melihat lelaki yang terlihat seperti orang kaya, begitu perduli dengan orang lain, apalagi bukan keluarganya. Terdengar anak itu menangis, masih dengan kedua mata tertutup. “Dia sadar dok!” ucap perawat itu, “Ok, sebentar lagi kita sampai. Memang keadaan umum gadis kecil itu baik, hanya luka di paha dan matanya agak mengkhawatirkan..” jawab Cleo. Iring-iringan mobil ambulance itu masuk ke dalam halaman rumah sakit, langsung berhenti di depan IGD. Cleo turun, dan langsung masuk ke dalam IGD. Tidak menunggu lama, Cleo mengenakan jas putihnya yang sudah berubah warna menjadi warna putih kecoklatan karena sudah usang. Tidak lupa ia menyambar stetoskop ungu andalannya. Cleo merapihkan gerah jasnya sambil berjalan. Beberapa perawat langsung mendorong masuk, Cleo memeriksa keadaan umum gadis itu. “ppp* oke, hanya saja tanda vital nya semakin tidak stabil, kesadarannya juga menurun. Merah! Cepat! Masukan cairan, bersihkan luka, siapkan ruang operasi.” “Baik dok.” Setelah pasien anak-anak itu dipindah kan datang dua pasien yang lain, kedua orang tua gadis kecil itu. Cleo berjalan menuju mereka, “Sini, yang satu saya yang handle.” Radit datang, memegang penlight dan mengarahkan ke dalam mata pasien disebalah Cleo. “Kamu konsulkan saja dulu pasien anak tadi. Biar aku yang tangani ini..” ucap Radit sambil memeriksa keadaan pasien yang tubuhnya habis hangus terbakar. “Tapi, Dit..” “Sudah. Cepat. Pasien aku di bangsal aman. Lagi pula perawat akan menghubungi ku bila ada sesuatu yang urgent.” Cleo mengangguk, lalu berlari kecil masuk ke dalam ruangan IGD. Dan menghubungi dokter spesialis tulang juga dokter mata untuk Konsul pasien yang ia tangani. Radit melihat Cleo dari ruang triase, ia tersenyum, melihat gadis tiga puluh tahun itu begitu cekatan dan sangat bertanggung jawab atas pekerjaannya. *** * IGD (Instalasi Gawat Darurat) * Triase adalah proses penentuan pasien mana yang harus di prioritaskan. Terdiri dari 4 warna. Merah: butuh pertolongan segera, biasanya ada gangguan jalan nafas (kritis), Kuning : butuh pertolongan tapi tidak kritis, Hijau: cidera ringan, masih bisa berjalan. Hitam: tidak tertolong lagi/meninggal. * Intubasi : proses memasukkan alat bantu nafas ke tenggorokan * Cito : segera! * Koas : Co-assisten – dokter muda – salah satu tahapan pendidikan dokter. *Saturasi : tekanan Oksigen pada darah * Pulsasi : denyut nadi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD