Sesekali Jenie melirik Rama yang sejak mengendarai mobilnya keluar dari kediaman, hanya diam tak mengucap sepatah kata. “Berhenti melihatku seakan kau berencana membunuhku,” ucap Rama tanpa menoleh. Ia sadar jika sedari tadi Jenie kerap mencuri pandang ke arahnya. Jenie menekuk wajah dan bersedekap d**a. “Apa kau tak bisa bicara lebih lembut pada seorang wanita?” gerutunya. Rama melirik Jenie sekilas. Jika dipikir, mulutnya memang amat pedas akhir-akhir ini terutama pada Jenie. “Mulutmu itu seperti landak, berduri dan menusuk sampai ulu hati,” ujar Jenie mengeluarkan keluh kesahnya. Ia tahu Rama yang berkuasa tapi, kenyataannya Rama juga membutuhkannya. “Agar kau tidak berpikir jatuh cinta padaku. Pernikahan ini hanya sementara dan sandiwara. Aku tidak ingin ambil resiko kau mengg