16

1001 Words
Setelah selesai makan, Kriss pun mulai mengumpulkan semua gambar dan juga barang-barang yang sudah ia kumpulkan selama ini, dirinya perlu mencari tahu tentang perbedaan antara bendungan asli dan juga bendungan yang ada di dalam gamenya. Selain itu dirinya juga harus mencari tahu bagaimana makhluk itu tiba-tiba terlihat di dunia nyata seperti tadi siang. Tapi anehnya, tidak ada yang bisa melihat makhluk itu kecuali dirinya dan Tiffany. Padahal jelas-jelas mereka bisa melihat para petani yang masih berlalu lalang dan melewati tempat itu dengan santai, seolah-olah tidak ada makhluk mengerikan itu yang bisa mereka lihat. "Tolong bantu aku untuk mengawasi berita, tadi aku melihat ada makhluk yang memangsa seorang manusia lagi. Dia berjenis kelamin laki-laki, dan biasanya yang ada di berita, laki-laki itu hanya hilang dan mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Pinta Kriss pada Tiffany yang hanya diam dan menemaninya itu. "Aku tahu, aku akan mencarinya lewat ponselku saja." Jawab Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Kriss kembali fokus pada gambarnya. Satu tumpuk gambar yang ia dapatkan dari bendungan yang ada di dalam gamenya, dan satu tumpuk lagi adalah gambar yang ia selesaikan setelah melihat bentuk bendungan aslinya. Dirinya harus bisa menemukan kesalahannya sebelum semua itu diketahui oleh orang lain. Dirinya juga tidak berniat untuk mengembangkan gamenya lagi, dirinya cukup tahu kalau dirinya memaksakan hal itu, maka akab menimbulkan efek yang sangat tidak baik, apalagi semua itu juga membawa-bawa hidup dan mati seseorang. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam saat Kriss masih mencoba untuk menggambar berbagai sudut yang ia lihat di dalam gamenya tadi, bahkan dia juga menggambar bagaimana makhluk yang tadi ia lihat memakan seseorang dengan begitu ganas. Kriss menatap ke arah Tiffany yang sudah tertidur, awalnya Kriss ingin mencibir wanita itu, bukankah wanita itu mengatakan susah untuk tidur? Lalu kenapa sekarang sudah tidur saja? Setelah berpikir cukup panjang, Kriss pun memilih untuk menahan cibirannya, apalagi setelah dirinya melihat jam berapa malam ini. Kriss meletakkan pensil yang ada di tangannya, tiba-tiba saja dirinya juga merasa sangat ngantuk. Semua ini gara-gara Tiffany yang ikut-ikutan datang dan malah tidur di depannya. Dengan perlahan, Kriss membereskan semuanya dan menumpuknya jadi satu di dalam laci, setelah selesai Kriss pun menatap ke arah Tiffany dalam diam. "Tiff, bangun." Panggil Kriss dengan pelan. Kriss melihat wanita itu tengah menggerakkan tubuhnya, lalu perlahan membuka matanya dan menatap ke arahnya. "Ayo kita pindah, sudah larut malam." Kata Kriss lagi. Tiffany yang mendengarnya pun hanya bisa diam dan menurut, bisa-bisanya laki-laki itu membangunkannya dan tidak menggendongnya dengan romantis. "Kamu sakit kelamin ya?" Tanya Tiffany pelan. Kriss yang mendengarnya pun langsung menoleh, menatap ke arah Tiffany dengan satu alisnya yang naik ke atas. "Kenapa tanya gitu?" Balas Kriss yang tak tahu dengan apa yang dipikirkan oleh Tiffany. "Di mana-mana kalau ada cewek tidur, kamu gendong dia, terus bawa ke kamar. Bukan malah membangunkannya seperti ini." Jawab Tiffany dengan kesal. Kriss yang mendengarnya pun hanya diam, matanya menatap lurus ke arah Tiffany yang terlihat kesal itu. "Aku baru tahu kalau seperti itu." Balas Kriss dengan tampang polosnya. Tiffany yang kesal pun langsung berjalan cepat dan menarik tangan Kriss. Dirinya benar-benar harus memeriksa apakah Kriss benar-benar laki-laki atau tidak. Tiffany menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang aneh di depan kamar Anto, dirinya bukan anak kecil jadi tahu persis jika itu adalah suara desahan seorang wanita. Tapi kenapa di mess ini? "Kamu tahu ini suara apa?" Tanya Ke Tiffany pada Kriss. Kriss hanya menaikkan kedua bahunya, menjelaskan pada Tiffany jika dirinya tidak tahu. Tiffany pun memilih untuk membuka pintu kamar Anto dengan pelan, Tiffany sangat tahu, Anto jarang sekali mengunci pintunya, entah itu karena lupa atau sengaja. Tiffany terdiam, menatap ke arah wanita yang menggerakkan tubuhnya di atas Anto dengan tampilan wajah yang sedikit erotis. "Ayo kita pergi." Ajak Tiffany lagi seraya menarik tangan Kriss ke arah kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, Tiffany pun melepaskan tangan Kriss dan mengunci kamarnya. Matanya menatap ke arah Kriss yang masih diam. "Tadi kamu tahu apa yang mereka lakukan?" Tanya Tiffany pada Kriss. "Kamu pikir aku tidak tahu?" Balas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany menurunkan pandangannya dan menatap ke arah aset milik Kriss yang terlihat mengembang. "Ayo kita lakukan yang seperti itu." Ajak Tiffany tanpa basa-basi. "Jangan harap aku mau." Jawab Kriss dengan tegas. Tiffany yang mendengarnya tentu saja kesal, dengan cepat dirinya berjalan ke arah Kriss dan ingin menariknya ke ranjang. Kriss menolak, dirinya tidak lagi nurut dengan tarikan Tiffany. "Jangan berpikir untuk melakukannya padaku, kalau kamu memang benar-benar ingin melakukannya aku tidak masalah jika harus memanggil Anto untukmu." Kata Kriss dengan pelan dan tajam. Kriss memilih untuk melepaskan tangan Tiffany dan berlalu begitu saja meninggalkan kamar Tiffany. Demi apapun, Kriss benar-benar tidak ingin terjebak dalam dunia itu. Dirinya bisa saja santai karena Tiffany sendiri yang menyerahkan tubuhnya. Lalu bagaimana dengan nanti? Dirinya takut ketagihan dan juga kehilangan semua hal yang sudah ia rencanakan. Dirinya ingin sukses dan membuktikan pada orang tua yang sudah membuangnya. Kriss berhenti di depan pintu kamar Anto dan terdiam cukup lama, mendengarkan suara yang sebenarnya sudah pernah ia dengar. Tiffany sendiri hanya diam saja setelah mendapatkan penolakan dari Kriss. Betapa malunya dia yang sudah merendahkan dirinya sendiri seperti itu. Lagi pula kenapa juga Kriss harus menolaknya lagi dan lagi. Tiffany berjalan ke arah ranjang dan mengumpati Anto dengan kesal. Andai saja Anto tidak main didalam mess, pasti dirinya sudah lupa jika tujuan awalnya tadi untuk menggoda Kriss. Di dalam kamarnya, Kriss memegang asetnya pelan, mengelus miliknya dengan hati-hati. Dirinya bahkan juga sudah ter*ngsang saat baru mendengar suaranya. Apalagi jika sudah melakukannya. Malam itu, entah Tiffany ataupun Kriss sama-sama tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang tadi mereka lihat. Tiffany yang malu akan penolong Kriss dan Kriss yang merasa tertekan dengan miliknya yang masih saja berdiri. Akhirnya, untuk pertama kalinya Kriss memberanikan diri untuk memanjakan miliknya dengan tangannya sendiri, dulu dirinya tidak punya waktu untuk memikirkan miliknya karena perutnya terus memberontak karena kelaparan. Tapi sekarang, dirinya bahkan bisa merasakan apa itu yang namanya ter*ngsang dan ingin melakukannya secara sungguhan meskipun di dalam hatinya masih merasa takut untuk melakukannya. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD