"Tenangkan dirimu, jangan banyak berhalusinasi." Ucap Nenek itu meminta Kriss sadar.
Kriss memegangi dadanya yang berdebar tak karuan. Nenek itu kembali masuk ke dalam dan mengambilkan air minum untuk Kriss.
Kriss yang melihat nenek itu kembali dengan cepat tentu saja langsung menoleh, menatap ke arah ruangan yang terlihat layaknya sebuah rumah, berbeda dengan yang tadi ia lihat.
"Minumlah!" Ucap nenek itu sembari memberikan gelas berisi air pada Kriss.
Kriss mengambil gelas itu dengan tangan bergetar, Kriss menatap ke arah jam yang ada di ponselnya dan melihat waktu yang sama. Itu berarti apa yang tadi ia lihat bukanlah halusinasi, dan anehnya Kriss tidak bisa menemukan jawaban dari apa yang ia lihat tadi.
Cukup lama Kriss terdiam untuk menenangkan dirinya sendiri, hingga akhirnya Kriss memutuskan untuk meminum air itu dan meludahkannya saat merasakan asinnya air yang ia minum.
"Apa yang kamu rasakan?" Tanya nenek itu yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Kriss.
"Asam tandanya kamu akan mati, pahit tandanya kamu akan mati, manis tandanya kamu akan selamat dengan salah satu bagian tubuhmu yang terluka, dan asin kamu akan selamat dari kematian yang tidak akan kamu lupakan." Kata nenek itu menjelaskan.
"Pulanglah, kamu tidak akan sanggup menghadapinya sendirian." Lanjut nenek itu lagi.
Kriss tentu saja tidak bisa berkata-kata lagi, Kriss menatap ke arah nenek itu dengan menggelengkan kepalanya. Jika semua yang ia lihat tadi nyata, maka apa yang dikatakan nenek itu juga pastinya kebenaran. Kriss sudah memutuskan untuk meneruskan misinya dan pulang dengan selamat sekalipun dirinya harus melewati kematian yang katanya mengerikan.
Malamnya Kriss sudah mendapatkan tekanan untuk istirahat. Seperti yang dikatakan oleh penduduk desa di sana, nenek itu memang menyewakan tempat untuk tinggal.
Kriss menatap ke arah salah satu penghuni tempat sebelahnya yang katanya baru datang kemarin dan belum bisa memancing karena hujan.
Padahal Kriss tidak merasa jika kemarin hujan, tapi penghuni sebelahnya itu benar-benar mengatakan jika kemarin hujan sangat deras.
"Pemilik tempat ini begitu cantik, aku pikir aku akan tertarik padanya jika dia masih lajang." Kata laki-laki yang tengah merokok itu.
Kriss tentu saja terdiam, entah dirinya yang aneh atau gimana, yang pasti apa yang ia lihat dengan orang lain benar-benar berbeda.
"Kenapa? Kamu juga tertarik padanya?" Tanya laki-laki itu sembari menoleh ke arah Kriss.
"Tidak, aku sudah memiliki kekasih." Jawab Kriss berbohong.
"Suasana di sini sangat tenang, rasanya aku ingin tinggal di sini dan meninggalkan kota yang menyesakkan." Kata laki-laki itu lagi.
"Lihatlah, dalam jarak tempuh 15 menit, kita sudah bisa melihat bendungan yang terkenal dengan ikannya yang besar. Meskipun banyak orang yang bilang bendungan ini banyak memakan korban aku tidak mempercayainya. Semua itu hanyalah takdir, dan tidak ada yang tahu kapan kita akan pergi ataupun kembali bereinkarnasi." Lanjut laki-laki itu lagi.
"Kalau aku percaya jika bendungan ini ada penunggunya." Kata Kriss memberitahu.
"Banyak artikel yang mengatakan jika orang-orang hilang itu ketemu setelah beberapa hari setelah menghilang. Masalahnya dia ketemu di daratan dan bukan di dalam air, yang artinya dia mati bukan karena tenggelam. Bukankah aneh jika dia tiba-tiba hilang dan mati begitu saja?" Lanjut Kriss menjelaskan lagi.
"Itu memang benar, mungkin orang itu bersikap tidak sopan hingga membuat penghuni sini kesal dan marah, untuk itu dia disembunyikan dalam beberapa hari dan ketemu dalam keadaan meninggal. Bukankah wajar jika beberapa tempat seperti ini memiliki penghuni?" Jawab laki-laki itu setuju. Tapi laki-laki itu tidak setuju jika semua yang datang ke sini tidak akan bisa kembali, karena sebelumnya pun dirinya sudah pernah datang dan kembali datang untuk melihat bendungan ini lagi.
Deringan ponsel yang terdengar membuat Kriss beranjak dari duduknya dan berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Kriss menutup pintunya dan mengambil ponselnya yang masih berdering.
Kriss menatap ke arah nama Tiffany yang tertera di layar ponselnya.
"Apakah kamu artis? Kamu bahkan tidak mengirimkan pesan untuk memberikan kabar!" Teriak Tiffany begitu panggilannya diterima oleh Kriss.
Kriss yang mendengarnya tentu saja memutuskan untuk menutup telinganya dan mengambil napasnya panjang.
"Aku baru saja mendapatkan tempat untuk istirahat." Kata Kriss memberitahu.
"Banyak hal yang aku lihat hari ini, dan semua itu berbeda dengan apa yang orang lain lihat." Lanjut Kriss memberitahu.
"Apa yang kamu lihat?" Tanya Tiffany penasaran.
"Aku masuk ke dalam gue yang ada disekitar bendungan. Aku pikir aku benar-benar masuk hingga sudut terdalam, tapi saat melihatnya lagi aku hanya berada di rumah seorang nenek yang memiliki tempat ini, lalu saat aku bicara dengan teman di samping kamar, dia bilang jika hari ini hujan deras. Padahal aku tidak sedikitpun merasa jika hari ini hujan, lalu lagi, dia mengatakan jika pemilik penginapan ini seorang wanita cantik, padahal yang aku lihat adalah nenek-nenek yang menakutkan." Jawab Kriss menceritakan.
"Aku tidak tahu siapa yang benar, tapi aku bener-bener mengalami semua itu." Kata Kriss mencoba untuk meyakinkan Tiffany.
"Bukankah itu mengerikan? Tidakkah kamu ingin kembali saja? Aku jadi khawatir." Tanya Tiffany yang tentu saja tidak ingin kehilangan Kriss yang sudah mengalami banyak hal aneh itu.
"Aku akan kembali dengan selamat, jadi kamu jangan khawatir." Jawab Kriss kembali kepikiran dengan apa yang tadi dikatakan oleh nenek itu.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu hari ini? Apakah lancar?" Tanya Kriss balik.
"Seperti biasa, belum ada titik terang yang jelas dan juga belum ada kemajuan." Jawab Tiffany menjelaskan.
"Kamu lagi apa?" Tanya Kriss pelan.
"Aku ada di kamarmu dan mencium bantalmu karena merindukanmu." Jawab Tiffany memberitahu.
"Pergilah keluar untuk minum atau bersenang-senang agar tidak terasa lama saat menungguku kembali." Kata Kriss memberitahu.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja langsung menganggukkan kepalanya setuju, Tiffany benar-benar tidak bisa menolak permintaan seperti itu hanya saja Tiffany tidak bisa melakukannya sekarang.
"Aku akan mengenalkan dokter Anya pada sepupuku, dia seorang duda dan mereka akan bertemu lusa nanti." Kata Tiffany memberitahu.
"Apakah kamu cemburu? Kamu menyesal karena tidak menyentuhnya?" Tanya Tiffany dengan cepat.
"Jangan bicara omong kosong, mana mungkin aku cemburu. Dokter Anya sudah seperti kakak buatku, jadi aku ikut senang jika dia bertemu dengan laki-laki yang tepat." Jawab Kriss dengan santainya.
"Jika pertemuan itu berhasil, aku akan mengucapkan selamat nanti." Lanjut Kriss memberitahu.
"Rasanya lega karena kamu memberikan tanggapan seperti itu. Aku benar-benar menyukaimu." Ucap Tiffany tanpa malu-malu lagi.
"Pergilah tidur, sudah larut malam." Kata Kriss pada Tiffany.
"Baiklah, kamu juga istirahat agar besok merasa segar." Balas Tiffany sedikit kecewa karena perasannya diabaikan begitu saja.