Dokter Anya menerima pesan dari Tiffany, dimana Tiffany memberitahukan tempat kencan untuk nanti malam.
Waktunya pukul delapan malam, dan letaknya berada di restoran hotel ternama. Sebenarnya dokter Anya sedikit tidak siap, takutnya nanti dirinya akan ditolak karena penampilannya dan juga dirinya yang bukan apa-apa. Tapi jika dirinya tidak mencoba untuk keluar dengan orang lain, maka dirinya tidak akan pernah bisa lepas dari jeratan mantan kekasihnya.
***
Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, dokter Anya keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah almari untuk mencari pakaian ganti.
Ketukan pintu yang terdengar diikuti suara Tiffany tentu saja membuat dokter Anya bersuara, meminta temannya itu untuk langsung masuk saja.
"Aku membawakan pakaian yang cocok untuk dipakai." Kata Tiffany sembari memperlihatkan paperbag di tangannya.
"Kamu memberikan bajumu untukku?" Tanya dokter Anya tak percaya.
Meskipun begitu, dokter Anya berjalan mendekati Tiffany untuk mengambil paper bag itu dan melihat isinya.
"Aku membelinya secara khusus untuk dokter Anya." Kata Tiffany memberitahu.
Tidak ada yang lebih bahagia dibandingkan Tiffany, bagaimanapun juga jika semua ini nanti berhasil, dirinya tidak memiliki saingan lagi untuk mendapatkan Kriss, kecuali makhluk sialan yang sekarang tengah diapeli oleh Kriss.
"Apakah kamu bercanda? Kamu membelikan dalaman seperti ini?" Tanya dokter Anya tidak percaya saat melihat set dalaman sexy yang dibelikan oleh Tiffany untuknya.
"Kalian bertemu di sebuah hotel yang pandai menjaga rahasia, jadi siapa tahu nanti kalian akan mampir? Apalagi besok weekend?" Balas Tiffany menjelaskan.
Dokter Anya yang mendengarnya tentu saja langsung diam, tidak percaya dengan pikiran Tiffany yang sudah jauh ke sana.
"Sekarang cepat ganti baju, aku yang akan mengantarkan dokter Anya nanti." Kata Tiffany memerintahkan.
Dokter Anya pun tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain menurut.
Dokter Anya melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya, setelah itu dokter Anya langsung memakai dalaman yang diberikan oleh Tiffany.
"Jangan bercanda, lepas dulu hang tagnya." Kata Tiffany memberitahu.
"Ini pakaian mahal, jadi aku tidak bisa melepaskannya dengan mudah." Balas Dokter Anya memberitahu.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja gemas, Tiffany mendekati dokter Anya dan membantunya untuk melepaskan hang tag dan membuangnya ke tempat sampah.
"Jangan bilang dokter Anya akan membiarkan orang lain untuk melihatnya." Keluh Tiffany pelan.
Sedari tadi, Tiffany terus memperhatikan tubuh dokter Anya secara terang-terangan. Ada bagian dari tubuh dokter Anya yang membuatnya iri, termasuk pada bagian payudaranya. Ukurannya benar-benar memanjakan mata, itu bukan hanya sekedar tipuan bra tapi benar-benar ukuran nyata.
"Bagaimana dokter Anya membesarkan dua anak manis itu?" Tanya Tiffany penasaran.
"Ah, tidak tahu juga. Dulu tidak seperti ini." Jawab dokter Anya tidak tahu.
"Apakah buatan mantan?" Tanya Tiffany lagi.
Dokter Anya yang mendengarnya tentu saja langsung tertawa, bagaimanapun juga kata-kata Tiffany itu benar-benar membuat dirinya tertarik dan ingin tertawa terus.
Dokter Anya berjalan ke arah meja riasnya dan mengeringkan rambutnya, setelah itu dokter Anya menyisir rambutnya hingga rapi.
Tiffany tentu saja masih setia menunggu, bahkan dirinya sekarang dengan santainya berbaring di atas ranjang dokter Tiffany sembari memainkan ponselnya.
"Apakah ada kabar dari Kriss?" Tanya dokter Anya tiba-tiba.
"Dia tidak menghubungiku lagi, bahkan ponselnya juga tidak tersambung. Sepertinya dia sudah mati di telan makhluk sialan itu." Jawab Tiffany yang sebenarnya sangat kesal pada Kriss yang mengabaikannya.
"Jangan bicara seperti itu, bagaimana jika itu menjadi kenyataan, kamu sendiri yang akan menyesalinya." Tegur dokter Anya dengan cepat.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja hanya bisa mengambil napasnya panjang, bagaimanapun juga Tiffany juga khawatir karena tidak bisa menghubungi Kriss. Padahal sebelumnya dirinya masih bisa menghubungi, tapi entah kenapa tiba-tiba tidak bisa dihubungi.
"Haruskah aku menyusulnya?" Tanya Tiffany dengan suara pelan dan juga ragu-ragu.
"Jika itu dapat mengganggu proses penelitiannya, maka lebih baik tidak pergi." Jawab dokter Anya memberikan saran.
"Jika biasanya kamu diajak pergi dan kali ini tidak, mungkin ada suatu hal yang seharusnya kamu tidak boleh ikut campur, atau dia mengkhawatirkan keselamatanmu, apalagi sebelumnya Kriss memberitahu jika itu hal yang membahayakan." Kata dokter Anya lagi.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja hanya diam dan kembali berguling-guling. Bagaimanapun juga Tiffany sedang merindukan Kriss, untuk itu dirinya tidak bisa melakukan apa-apa disaat tidak bisa menghubungi laki-laki itu.
Dokter Anya meneruskan kegiatannya dalam memoles wajahnya dengan riasan tipis. Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat dokter Anya sudah menyelesaikan semuanya.
Tiffany yang melihatnya tentu saja langsung bangun dari tidurnya dan menatap ke arah dokter Anya yang terlihat sangat cantik itu.
"Aku berani bertaruh jika dia pasti akan tertarik pada dokter Anya." Kata Tiffany memberitahu.
"Belum tahu juga, mungkin ada sifatku yang kurang cocok dengannya?" Balas dokter Anya yang masih tidak percaya.
"Kalaupun tidak saling tertarik, coba saja untuk bermalam sehari. Setidaknya dengan begitu dokter Anya memiliki pengalaman dalam berhubungan dengan laki-laki?" Ucap Tiffany memberitahu.
"Itu tergantung apakah dia tertarik atau tidak, bagaimanapun juga aku tidak bisa mengajak seorang laki-laki lebih dulu kan?" Jawab dokter Anya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany.
Tiffany melirik jam tangan yang dipakainya dan menatap ke arah dokter Anya yang sudah siap.
"Ayo berangkat!" Ajar Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya.
Keduanya berjalan keluar dari kamar dan langsung saja menuju parkiran untuk berangkat.
Tiffany masuk ke dalam mobilnya dan menatap ke arah dokter Anya yang terlihat benar-benar cantik.
"Haruskah aku memotret dokter Anya lebih dulu dan mengirimkan fotonya pada Kriss?" Tanya Tiffany pada dirinya sendiri.
Dokter Anya yang mendengarnya tentu saja hanya tertawa. Kadang dokter Anya berpikir jika Tiffany akan membiarkan Kriss bersenang-senang dengannya, tapi kadang dokter Anya juga berpikir Tiffany tidak akan berbagi Kriss dengan siapapun.
"Lebih baik tidak." Jawab dokter Anya yang langsung saja membuat Tiffany menjalankan mobilnya untuk pergi ke tempat tujuan.
Selama perjalanan, Tiffany memberitahu lebih banyak soal sepupunya itu, begitupun dengan dokter Anya yang mendengarkan dengan baik. Dokter Anya juga berharap jika ini akan berhasil, setidaknya tidak masalah jika hanya berpacaran selama beberapa bulan. Dokter Anya tidak berharap akan berhasil sampai pernikahan, karena bagaimanapun juga dokter Anya sadar akan statusnya.
Tiffany menghentikan mobilnya dan menatap ke arah dokter Anya yang sudah bersifat turun dengan melepaskan sabuk pengamannya.
"Dokter Anya akan langsung tahu jika melihat tubuhnya yang besar, karena itu benar-benar akan sangat mencolok nantinya." Kata Tiffany memberitahu sekali lagi.
"Aku akan mengingatnya dengan baik." Jawab dokter Anya dengan cepat.
"Kalau begitu, aku pergi ya, doakan berhasil." Kata dokter Anya lagim
Setelah itu dokter Anya membuka pintu mobil dan segera turun dari mobil Tiffany.
Tiffany bergegas turun dari mobil dan menghampiri dokter Anya.
"Ada apa?" Tanya dokter Anya penasaran.
"Bawa ini juga, jika ada apa-apa dokter Anya bisa memakainya." Kata Tiffany sembari memberikan kartu miliknya pada dokter Anya.
"Pokoknya terima saja, kembalikan nanti jika dokter Anya sudah kembali." Lanjut Tiffany lagi sembari berlari masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya.
Menunggu dokter Anya yang masih tidak mengerti maksudnya. Dokter Anya memasukkan card yang diberikan oleh Tiffany ke dalam tasnya dan berjalan masuk ke dalam hotel.