Tiffany melenguh saat merasakan jari-jari kasar menggerayangi tubuhnya. Tubuh telanjangnya benar-benar di jamah oleh dua tangan kasar yang menyentuhnya dengan sangat baik. Gundukan kembarnya di cengkram dengan nikmat oleh tangan kasar itu. Jempolnya yang kasar bergerak mengusap puncaknya secara terus-menerus. Membuatnya benar-benar melenguh nikmat karena hal itu.
"Kriss," lenguhnya saat merasakan lidah laki-laki itu sudah menyapu puncak gunung kembarnya.
Tiffany semakin menggila saat merasakan kenyotan bibir Kriss pada gundukan kembar miliknya. Benar-benar nikmat dan juga membuatnya ketagihan.
Tiffany membuka matanya cepat, napasnya benar-benar memburu setelah mengalami mimpi basah yang begitu membuatnya merasa semua itu sangat nikmat. Jemari lentiknya bergerak menyentuh puncak gunungnya, meremat miliknya sendiri karena masih terangsang dengan mimpinya sendiri.
"S*al." Gumam Tiffany dalam hati yang langsung saja berlari ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Dirinya benar-benar tidak akan puas sebelum menyelesaikan birahinya sendirian. Salahkan saja Kriss yang terus menolaknya dalam berhubungan. Laki-laki dekil itu benar-benar akan ia jadikan fantasi permainan tunggal di dalam kamar mandinya.
Malam sudah tiba, jam menunjukkan pukul delapan malam saat Kriss membuka matanya setelah istirahat yang cukup panjang. Badannya juga merasa enakan karena dirinya bisa tidur dengan sangat nyenyak tadi. Bahkan dirinya saja sampai lupa bermimpi apa gara-gara tidurnya sangat nyenyak.
Kriss bangun dan memilih untuk ke kamar mandi lebih dulu, mencuci wajah dan juga membuang air kecil. Setelah ini dirinya akan makan camilan dulu sebelum akhirnya melanjutkan penelitiannya. Besok masih hari libur jadi dirinya memiliki banyak waktu untuk melanjutkan penelitiannya.
Setelah dari kamar mandi, Kriss pun langsung mengambil plastik yang berisi roti dan juga soda yang tadi ia beli untuk ia bawa ke ruang game miliknya.
Selama ini Kriss cukup nyaman karena tidak ada orang yang mengganggunya di dalam ruangan itu. Bahkan, hampir semua orang tidak peduli dengan keberadaannya.
Tiffany keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuh, setelah memuaskan birahinya sendiri, Tiffany juga memilih untuk mandi sekalian. Meskipun tidak cukup puas dengan permainan jari jemarinya, tetap saja dirinya bisa bernapas lega karena birahinya akhirnya turun. Tiffany juga sudah memutuskan untuk menginap di kamar Kriss malam ini, ah setidaknya dirinya juga harus menggoda Kriss agar Kriss juga merasakan bagaimana sengsaranya merasakan birahi sendirian.
Tiffany berjalan ke arah almari dan mengambil baju seksi miliknya, dulu sekali Anto pernah sangat ingin memaksanya memakai pakaian itu karena Anto sangat tertarik melihatnya, tapi sekarang dirinya akan menggunakan pakaian itu untuk menggoda Kriss yang sudah menghantuinya dalam mimpi.
Bayangan-bayangan tentang jemari kasar Kriss yang menyentuhnya tentu saja hampir membuat dirinya gila. Membayangkan adanya rasa sakit dan juga geli saat mendapat sentuhan dari tangan itu. Belum lagi dengan wajah tampan dan juga milik Kriss yang belum ia ketahui bentuknya. Ingatkan Tiffany untuk melihat jempol jari Kriss agar dia bisa mengukur seberapa besar milik laki-laki itu.
Setelah selesai berpakaian, Tiffany pun mengambil jaket dan keluar dari kamarnya. Dengan langkah pelan dirinya berjalan sedikit mengendap-endap menuju ke kamar Kriss. Tentu saja akan sangat berabe jika Anto melihatnya menggunakan pakaian seperti itu, bisa-bisa bukan Kriss yang senewen malah Anto yang akan memp*rkosanya.
Setelah merasa aman, Tiffany pun langsung berlari dan masuk ke dalam kamar Kriss. Semuanya benar-benar tidak berjalan lancar saat dirinya tidak menemukan keberadaan Kriss di dalam kamarnya. Tiffany menghela napasnya panjang, bisa-bisanya dirinya kecolongan dan tidak bisa menemukan keberadaan Kriss di dalam kamar messnya.
Tiffany berpikir sebentar, memikirkan di mana keberadaan Kriss saat ini. Kepalanya yang kecil itu akhirnya ingat akan kata-kata Kriss sore lalu yang mengatakan ingin mencoba gamenya lagi. Game sialan yang akan membuat hancur dunia jika ada orang yang tahu. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya laki-laki itu membuat game yang membahayakan orang yang memainkannya.
Akhirnya dengan banyak perhitungan, Tiffany pun memutuskan untuk bergabung bersama Kriss di dalam ruangan gamenya. Meskipun tempat itu sedikit sempit, tapi lumayan juga untuk istirahat, apalagi tempat itu juga tidak pernah dikunjungi oleh orang lain kecuali Kriss dan dirinya.
Tiffany berjalan ke arah ruang game milik Kriss yang Tak jauh dari kamar mess milik Kriss. Dulu tempat game itu hanyalah sebuah gudang tidak terurus, tapi tiba-tiba saja dirombak menjadi ruangan game khusus untuk Kriss yang sangat suka bermain game itu. Jika dipikir-pikir lagi, kehidupan Kriss memanglah sangat santai dan juga tidak banyak beban pikiran sepertinya. Laki-laki itu hidup sesuai dengan kemauan dan juga pikirannya, tidak ada tekanan sedikitpun dari orang lain. Contohnya seperti dirinya yang harus menjaga sikap di depan orang lain untuk nama baik ayahnya.
Tbc