Chapter 9

647 Words
Selesai makan malam, Arletta menarik tangan Finna masuk ke kamarnya. "Mama sini, deh," panggilnya, bukan sebutan "Maid" tapi "Mama" Finna mengikuti jejaknya sampai di kamarnya, Arletta mengeluarkan buku di tas, lalu diperlihatkan pada Finna. Finna menerimanya, dan membuka buku gambar itu. Mata Finna melebar sempurna, sebuah gambar sebelah kiri Deron, tengah Arletta, kanan Finna. Saling bergandengan tangan. "Aku gambar ini, aku berharap Maid benar-benar jadi Mama aku," celoteh Arletta. Deron yang berdiri di ambang pintu, ikut masuk, dan duduk di samping Finna. Arletta tertawa bahagia. Diciumnya pipi Finna, Arletta di pangkuan Deron, Deron juga mencium pipi anaknya. ∞∞∞ Finna masih berdiri di depan pintu ruangannya sedikit remang, Deron paling suka dengan gelap terang. Finna membawa minuman untuk tuannya. Deron menutup laptopnya menatap Finna lebih berbeda, apa karena matanya saja lebih berbeda. (terlalu gombal) Finna meletakkan minuman di atas meja kerjanya. Kemudian untuk kembali, Deron sudah menunggu angan-angan detik melihat Finna. Tetap saja tidak peka. Dengan gemasnya Deron, menarik pinggang duduk di pangkuannya. "Tu-an ...." gugup Finna, "Ssstt ..." ditempelkan jari telunjuk di bibirnya. Finna menatap mata intens. Finna menyukai iris matanya indah. "Apa aku terlihat tampan di matamu?" goda Deron berbisik pelan, Finna bergeming masih bisa mendengar. Finna ingin turun, tapi ditahan olehnya, cukup lama bertatapan mata, Deron mendekati wajahnya, untung di ruangannya gelap. Kali ini Deron lebih lembut mencium bibirnya. Finna terhanyut dalam ciumannya, diam, menutup mata. Deron tersenyum miring. Elusan punggung tangannya meraba seluruh tubuhnya. Dilepas bajunya, lalu bra-nya, tinggal rok selutut, Deron melirih ke bawah, dia bingung kenapa dua kembarnya masih kencang. Ini yang ia suka dengan wanita berbeda. Masih padat, dan kenyal. Diremas, namun lumatan bibir masih sibuk masing-masing. Deron sibuk dengan kegiatan olahraga tangannya. Satunya lagi, masuk di dalam roknya, karena masih dalam pelindungan balutan, Jadi sulit memasukkan jari ke liang vaginanya. Deron mengangkat tubuh Finna dengan mudah duduk di atas mejanya. Finna memegang kedua bahu lebar itu. Roknya naik setengah di pinggang, Celana dalamnya memang buat Deron terusik. Ditarik paksa celana itu yang membalut penghuninya. Lepas jatuh di lantai. Finna memeluk Deron mengelamkan wajah di lehernya. Dengan begini Deron bisa leluasa memasukkan jarinya yang berotot besar ke liang v****a tersebut. Belum juga dimasukkan, Deron memainkan dulu. Menggesek-gesek, Finna merespons tubuhnya Mengerat pelukannya. Finna hanya bisa mengerang, Deron suka dengan desahan Finna, Satu jari bebas masuk ke liang vaginanya. Finna meremas baju Deron hingga kusut. Sedangkan Deron menyingkirkan sisa rambut yang turun dari ikatan itu. Ditinggalkan kissmark di sana. "Mendesahlah, Sayang ... Aku mencintamu," bisik Deron menggigit telinganya karena geram. Sesuai perintah Finna pun berteriak. Terengah-engah nafas memburunya.. Finna menahan desahan walau dia berada di dalam ruang kerja majikannya. Deron menyeringai senang bisa membuat calon istrinya mendesah. Ia tidak berlama-lama, mungkin Finna akan klimaks untuk pertamanya. Deron membaringkan tubuhnya di atas sofa ukurannya. Wajahnya memerah, lemas, tidak bertenaga. Dengan begini Deron bisa memuaskan dirinya. Dilepaskan rok yang mengganggu banget. Bugil sempurna. Untuk Deron tetap utuh lengkap dengan pakaiannya. "Tuan ..." Finna melirih, Deron mulai memainkan tubuhnya lagi. "Ssstt ... aku hanya minta kau mendesah," katanya pelan. Finna pasrah, tidak kuat lagi, tubuhnya sudah dimiliki oleh Deron, Deron terus bermain, menjilatinya tanpa ampun, seluruh tubuh Finna penuh tanda merah kissmark. Tidak sedikit pun yang bisa memisahkan tubuh darinya. Finna terus mendesah lemah, Deron menurunkan celananya, lalu membuka kedua kaki Finna untuk menyempit ke pinggulnya. Finna pasti tidak menolak Membiarkan Deron menggenjotkan sesuai dengan naik turun, dua kembar pun ikut bergerak. Deron mencium dan meremasnya. Finna menjambak rambut Deron. Deron tidak peduli rasa sakit. Asal dia bisa memuaskan. Deron mulai merasakan di dalam menyempitnya. Finna mengerang hebat menyebutkan namanya. Keberasamaan mereka meracau di ruangan itu penuh irama. Finna mencapai puncak beserta Deron juga akan pelepasan. Setelah hubungan panas berlanjut, akhirnya Deron jatuh di tubuh Finna, ia menindihnya, mereka terengah-engah bersamaan. Milik Deron masih tertanam di v****a Finna. Berhenti sejenak, Deron bangun dari tindihannya lalu menarik miliknya dari liangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD