Kisah Derfin. Part 10.

995 Words

Gara-gara kejadian beberapa menit yang lalu, Marissa merengut dia memilih untuk duduk di salah satu Cafe tak jauh dari kantor majikannya. Benar bete banget baginya sekarang, apalagi lutut yang masih terluka itu belum kunjung kering. Salah satu kakinya mengetuk lantai berwarna cokelat itu terdengar membuat para pengunjung ada di tempat ini sedikit risi dan terganggu. "Sepertinya kau sangat kesal sekali?" Muncul seseorang menarik kursi seberang duduk berhadapan dengannya. Dua bola mata milik Marissa menatap sangat sengit padahal dia tidak sedang ingin bertemu muka menyebalkan itu. "Aku tahu, aku salah. Tidak perlu menatapku seperti itu," lanjutnya lagi di balik topeng palsu mencerminkan bahwa dia sedang tidak ingin bertengkar. "Aku ingin pulang!" seru Marissa mengangkat suara nada yang sa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD