Hari pertemuan rekan bisnis besar dari Spanyol, Italia, France, Paris, berbagai mancanegara yang ikut datang menghadiri pertemuan ini. Arsenio, seorang bidang perusahaan otomotif terbesar di London dan juga memiliki berbagai cabang di negara lain. Namun lebih banyak ditunjukkan ke bidang perindustrian kuliner. Ya, walau sederhana, Arsenio orang yang ramah terhadap semua pembisnis lainnya.
Malam ini, keluarga Cornelius dan juga Finna Larasati, datang hadir pertemuan rekan bisnis itu. Sebenarnya Finna tidak terlalu suka dengan pertemuan, karena desakkan dari Arlina, membuatnya ikut. Ya mungkin, dengan ini Finna bisa sedikit terobati.
Deron dan istrinya serta anaknya ikut menyambut hangat para pembisnisan lainnya. Arletta lebih menyukai bersama Finna, karena Arletta tidak terlalu mengerti tentang bisnis orang tuanya. Finna memangku Arletta sembari menikmati hidangan kuliner di atas meja panjang itu.
"Mama, hari ini sangat cantik," puji Arletta melihat wajah Finna hanya di poles sedikit bedak, lipstik pelembab dan rambut sedikit di gerai.
"Oh ya, terima kasih!" dicubitnya hidung mungil itu. Finna hanya bisa melihat sekitar ruangan, melihat orang-orang sibuk berbincang - bincang.
"Arletta!" teriak Finna kecil kemudian mengejar Arletta hingga membuat Finna menabrak seseorang yang lewat.
Bayangkan saja seperti film Hollywood kalau bertabrakan biasanya wanita berputar terus ditangkap sama pria ganteng. (hahhahahaha— tawa jahat). Finna terkejut bukan main, intens mata mereka tidak sengaja dipertemukan, iris mata pria itu biru kelautan. Cukup lama saling bertatapan hingga terdengar suara Arletta di sana.
"Mama!" teriak Arletta melengking, Finna melepaskan dekapan dari pria itu masih menatapnya.
"Maaf. Arletta, jangan lari!" Finna mundur beberapa langkah lalu kembali mengejar Arletta di dekat kolam renang.
∞∞∞
Untuk Finna boleh mengagumkan tempatnya selain gedung, ini bisa dikatakan hotel paling besar di London. Cukup lama menemani Arletta bermain, hingga membuatnya tertidur. Arletta terpaksa ditidurkan salah satu ruangan kamar khusus untuk tamu. Finna menyelimutinya.
Finna mengambil minuman Wine yang terkenal itu di atas nampan para pelayan yang lewat. Merasa suntuk ada di dalam yang tidak di kenal siapa pun, ia pun keluar menghirup udara segar di sana. Deron menangkap bayangan Finna termenung senyum, Deron akan menyusul menyapanya, namun rekan bisnis datang menyambutnya. Arlina menghalangi Deron untuk tidak mendekati Finna. Deron tidak mungkin menolak, semua rekan bisnis adalah kerja sama dengannya. Hingga berbincang - bincang, Deron melupakan Finna yang ada di sana.
Suhu udara memang dingin, Finna lupa membawa sweter untuk menutupi tubuhnya yang terbuka itu. Seseorang datang memakai jaket miliknya di atas kedua pundak yang terbuka itu. Finna sontak menoleh, pria yang tadi ditabraknya
"Terima kasih," sopan Finna senyum pada pria itu.
"Kau sendirian?" tanya Pria itu berdiri di sampingnya.
"Tidak, saya bersama majikanku di sini," jawab Finna jujur.
"Oh ... aku pikir kau bukan wanita terhormat. Dengan penampilanmu, kau seperti ..." Pria itu berhenti berkata memerhatikan penampilannya sedikit terkagum.
"Maaf, nyonya Arlina yang memilih busana ini untukku," lanjut Finna sedikit risih dengan mata pria di sampingnya.
"Hahaa ... aku hanya bercanda, jangan dimasukkan ke hati. Oh ya, perkenalkan namaku Samuel Cristian Mahfud." Diuluran tangannya pada Finna. Finna melirih wajah pria di sampingnya.
Apa ini yang di katakan nyonya Arlina? batin Finna dalam hati.
"Finna Larasati," dibalas sambutan tangannya lalu tersenyum padanya.
"Nama yang cantik, kau sudah lama bekerja di rumah Cornelius? Aku kenal baik dengan nyonya Arlina." Samuel mulai berbincang tentang soal pekerjaan privasi Finna.
"Ya, Anda benar. Mungkin sekitar tiga setengah tahun, Tuan Samuel," ucap Finna sopan.
"Jangan terlalu formal, ini di luar kerjamu. Anggap saja aku dan kau hanya sebatas teman. Sebagaimana kau berbicara dengan temanmu. Aku orang yang enjoy. Jangan terlalu tegang hanya karena tempat ini mewah," kata Samuel pada Finna.
"Baiklah, Tuan—maksud aku, Samuel." Sedikit terbata-bata menyebutkan nama panggilan.
"Hahaha ... kau ini itu benar-benar lucu sekali. Tidak perlu dipaksakan jika kau sulit memanggil namaku. Tetapi, mungkin perkenalan kita bisa lama. Kau suka kuliner?" Samuel tertawa membuat Finna sedikit salah tingkah, lalu mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya, aku suka sekali. Bahkan aku pernah membuat beberapa cake yang aku tahu. Kuliner di sini enak dan sesuai dengan lidahku."
"Oh ya? Wah ... aku tidak menyangka seorang wanita sederhana sepertimu bisa menyukai kuliner di sini," puji Samuel atau menghina, ya.
Finna tetap tidak menyinggung atas ucapannya. Dia memang orang sederhana bukan seorang bangsawan atau pendidikan tinggi.
"Maaf, aku menyinggung perasaanmu. Aku memang terlalu keceplosan. Maaf sekali lagi." Samuel sampai menyatukan telapak tangannya memohon maaf padanya. Finna sampai tidak enak padanya, dia tertawa kecil.
"Iya, sudah. Aku maafkan, hal itu sudah biasa. Siapa juga tersinggung dengan ucapanmu itu. Sudah sewajarnya.”
"Kau ada masalah?" tanya Samuel menebak
"Tidak!”
“Benarkah?”Samuel tidak yakin.
“Apa kau pernah jatuh cinta dengan seseorang walau dia sudah mempunyai keluarga kecil?" Finna bertanya, sekaligus memberi pendapat pada Samuel.
Mungkin dengan ini aku bisa sedikit nyaman dengan pria di sampingku, dia jauh lebih baik daripada Deron, batin Finna dalam hati.
Finna melirih arah gedung itu, Deron masih mesra dengan istrinya berbincang-bincang dengan beberapa rekan bisnis negara lain. Samuel tahu kalau Finna menyukai Deron, tapi siapa sangka kalau orang yang ditugaskan untuk memisahkan mereka berdua.
"Tidak pernah, kau pernah menyukainya?" jawab Samuel kembali melirih.
Dia cantik dan manis, tapi kenapa nyonya Arlina tega memisahkan mereka, apa aku akan sekejam ini memisahkan mereka nantinya. Ya ... mungkin saja. Aku akan mencoba membuat dia jatuh cinta padaku. Aku akan membahagiakannya jauh lebih baik dari Deron, batin Samuel dalam hatinya.
"Iya, kau tahu itu sangat menyakitkan untuk diriku. Di saat aku mendapat kebahagiaan itu, kehancuran itu datang menghampiri," ucap Finna sedih
Samuel tentu mengiba melihat Finna yang menerima kesedihan itu. Satu jari menghapus air mata di wajahnya, Finna terkejut.
"Tidak perlu bersedih, mungkin dia tidak berjodoh denganmu. Masih banyak pria yang rela menerimamu, walaupun kau masih mencintainya. Suatu hari nanti, ya, suatu hari nanti ada pria yang akan mengisi hatimu, dan bisa melupakannya. Jangan terlalu mengharapkan yang tidak pasti, jika memang dia tidak tulus mencintaimu," kata Samuel menatapnya, lalu mendekati wajah Finna.
Terjadilah peristiwa membuat Deron mengepal tangannya menahan cemburu apa yang ia lihat matanya sendiri. Finna dan Samuel berciuman di luar sana. Arlina sedang ke kamar untuk membangunkan Arletta. Finna dapat merasakan sentuhan bibir Samuel yang begitu hangat dan lembut.
"Aku akan membahagiakanmu," ucapnya pelan.