Ravel tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini. Dua jam yang lalu, Salwa menerima lamarannya. Sekarang ia tidak bisa tidur, padahal sudah pukul satu malam. Ravel meraih ponselnya di atas nakas dan membuka galeri foto. Ia melihat kembali fotonya bersama Salwa tadi. Gadis itu sangat cantik, berkali-kali Ravel terpesona pada Salwa. Tiba-tiba Ravel teringat dengan ucapan Aksa beberapa hari yang lalu yang menyuruhnya untuk mengabari jika Salwa menerimanya. Sepertinya sekarang waktu yang tepat, terlebih Ravel merasa membutuhkan teman bicara untuk malam ini. Ravel mendial nomor Aksa, tak butuh lama lelaki itu langsung menjawabnya. “Siapa?!” tanya Aksa dari seberang dengan ketus. “Ini aku, Ravel. Kamu tidak menyimpan nomorku?” tanya Ravel heran, padahal kemarin ia sudah mengi