Bab 16

1665 Words
"Dad..." Bastian tak menyangka jika ia akan bertemu dengan sosok laki-laki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Bastian pun berjalan mendekat kearah laki-laki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. "How are you son?" tanya laki-laki yang dianggap Bastian ayah. "I'm good dad. Kapan Daddy datang kesini?" tanya Bastian balik. "Daddy sudah disini kurang lebih seminggu yang lalu tapi Daddy harus mengerjakan beberapa pekerjaan jadi Daddy baru saja bertemu dengan kamu sebelum besok Daddy akan pulang ke Italia," kata laki-laki yang Bastian panggil Daddy. "Seharusnya Daddy menghubungi aku. Kalau gitu aku kan bisa menghampiri Daddy dan ketemu dengan Daddy," kata Bastian pada sang Daddy. "Kalian kalau sudah bertemu suka lupa tempat," sindir pak Toni yang memang teman daddynya itu. Laki-laki yang dipanggil Bastian daddy itu tersenyum kearah temannya karena mendengar sindirian dari sang teman. Carlos Fabrizio nama laki-laki yang Bastian panggil Daddy itu. Laki-laki berusia 55 tahun itu masih terlihat tampak walaupun usianya sudah kepala 5. Perkenalan Bastian dengan Carlos sangat tak terduga. Ketika Bastian sedang dalam masa-masa susah ia bertemu dengan Carlos di sebuah restoran. Saat itu Bastian bekerja menjadi pelayan di restoran itu. Setelah pertemuan Bastian dengan Luna dan sang ibu, ia pun meninggalkan dunia hitam dan memilih untuk kembali ke jalan yang benar. Bahkan ia mulai melanjutkan sekolah karena menurutnya dengan ia berpendidikan maka ia akan bisa merubah hidupnya dan yang pasti ia bisa kembali dengan keadaan yang sukses. Jadi ia pun memulai semuanya dari nol. Saat itu ada seorang preman yang datang ke restoran untuk membuat ulah. Bastian yang sudah keluar dari dunia hitam pun ikut turun tangan untuk mengusir preman itu. Tapi sayangnya ia kalah jumlah sehingga ia pun yang menjadi sasaran. Dan saat itu Carlos pun membantu Bastian sehingga akhirnya para preman itu pun kabur dari restoran itu. Dan pertemuan awal itu Carlos merasa cocok dengan Bastian hingga akhirnya ia mengangkat Bastian menjadi putranya. Dan setelah Bastian diangkat menjadi anak dari Carlos ia pun kehidupan Bastian menjadi berubah. Dan Bastian sangat bersyukur dipertemukan dengan Carlos hingga ia menjadi dokter seperti ini. "Mau makan siang bersama dad?" tanya Bastian kepada Carlos. "Kedengarannya menarik. Kita bisa makan siang bersama sebelum Daddy ada meeting sebelum harus kembali ke Italia," jawab Carlos setuju. "Pak Toni apa mau ikut makan siang dengan kita juga?" tanya Bastian kepada pak Toni. "Kalian saja yang pergi. Saya harus ada seminar setelah jam makan siang jadi lebih baik saya mempersiapkan bahan untuk seminar nantinya," tolak Pak Toni. Setelah mendengar penolakan dari pak Toni, Bastian dan Carlos pun segera meluncur ke restoran untuk makan siang. Sementara itu Luna baru saja mendaftar kuliah dan tentu saja ia ditemani Franda untuk mendaftar kuliah karena kak Bastian yang sudah memerintah Franda untuk menemani Luna terus. Dan untung saja proses pendaftaran berlangsung dengan lancar. Dan ia akan memulai perkuliahan pada semester depan jadi Luna masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan semuanya. "Luna kamu tunggu aku sebentar disini gak apa-apa kan? Aku mau ngumpulin tugas sebentar. Kamu bisa pesan makanan dulu sambil nunggu aku buat ngumpulin tugas," pinta Franda. "Iya gak apa-apa kok. Aku tunggu disini aja. Kamu urusin soal kuliah kamu aja sampai selesai. Lagian tadi kamu udah nemenin aku ngurus semuanya sampai selesai jadi kamu bisa segera menyelesaikan tugas kuliah kamu." Luna pun mempersilahkan Franda untuk mengurus soal kuliah. Setelah Franda meninggalkan Luna untuk mengurus soal kuliahnya, Luna memilih untuk memesan minuman sambil menunggu Franda. Luna memesan es teh manis karena udaranya yang memang sedang panas siang itu. Ketika Luna sedang meminum es teh maninsnya tiba-tiba ada telepon yang masuk. Luna pun mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan ketika ia melihat layar ponselnya ternyata yang menelepon dirinya adalah Bastian. Luna pun segera mengangkat telepon itu karena ia tak mungkin tak mengangkatnya. "Halo. Iya kak," jawab Luna ketika mengangkat telepon. "Sayang sekarang kamu dimana?" tanya Bastian di seberang telepon. "Ini lagi di kantin kampusnya Franda kak. Soalnya Franda sedang ngumpulin tugas gitu jadi aku tunggu di kantin kampus aja," jawab Luna dengan tenang. "Kenapa Franda meninggalkan kamu sendiri disana? Kalau ada orang yang ganggu kamu disana gimana? Kakak sudah bilang sama Franda untuk jangan meninggalkan kamu sendiri. Tapi kenapa dia malah meninggalkan kamu sendirian." Suara Bastian terdengar marah ketika mendengar Franda meninggalkan Luna sendiri. "Kak aku gak apa-apa. Jangan salahin Franda. Disini aku juga gak apa-apa kok. Tadi Franda sudah menemani aku buat daftar kuliah sampai selesai. Jadi gak apa-apa kalau aku menunggu sebentar," kata Luna mencoba meredakan amarah Bastian. Suasana kembali hening tak ada jawaban dari Bastian. Dan itu membuat Luna pun menjadi bingung. "Kak...." Luna mencoba untuk memanggil Bastian karena tak ada suara dari Bastian. "Kamu tunggu disitu sampai Franda kembali. Jangan pergi kemana-mana lagi dan kalau ada apa-apa kamu langsung telepon kakak. Ngerti?" Bastian mengingatkan kepada Luna. " Iya kak. Kakak gak usah khawatir aku akan baik-baik aja. Kakak masih di rumah sakit kan?" tanya Luna mencoba mencairkan masalah. "Kakak lagi makan siang di luar. Tapi setelah makan siang kakak harus kembali ke rumah sakit karena kakak ada jadwal praktek," jawab Bastian dengan suara datar. "Ya udah kakak makan siang dulu aja. Aku juga nanti akan makan siang sama Franda jadi kakak gak perlu khawatir. Ok?" pinta Luna. "Pokoknya ingat jangan bicara sama orang yang tak dikenal. Dan kalau ada apa-apa langsung telepon kakak,"kata Bastian kembali mengingatkan Luna. "Iya kak," jawab Luna paham. Setelah itu telepon dari Bastian pun ditutup oleh Luna karena Luna tak mau memperpanjang masalah lagi. Sambil menunggu Franda kembali Luna memilih untuk membaca buku yang di bawanya. Salah satu hobi Luna adalah membaca. Ia suka sekali membaca buku apapun tapi buku yang ia suka akhir-akhir ini adalah novel jadi ia membawa salah satu novelnya yang memang selalu ada di dalam tasnya. Ketika Luna sedang asyik membaca tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mungkin usianya lebih muda dari dirinya langsung duduk di hadapan Luna. "Hai cantik boleh kenalan gak?" tanya Laki-laki itu tiba-tiba. Luna kaget karena secara tiba-tiba ada laki-laki yang ingin berkenalan dengan dirinya dan itu membuat Luna harus waspada. Apalagi tadi Bastian sudah memperingatkan dirinya bahwa dia tak boleh berbicara dengan orang asing. Tapi Luna bukan tipe orang yang bisa mengabaikan orang begitu saja. Jadi ia pun hanya akan bersikap sopan saja. "Maaf saya tidak sedang ingin diganggu. Jadi lebih baik anda mencari tempat lain saja," jawab Luna tetap bersikap sopan. Laki-laki di depannya kaget karena baru pertama kali ada wanita yang menolaknya. Karena biasanya wanita di luar sana yang mengejar-ngejar dirinya. Tapi sekarang ketika ia tertarik dengan seorang wanita malah wanita itu menolaknya. "Perkenalkan nama aku Gio," kata laki-laki itu mencoba memperkenalkan diri. Luna tak menggubris laki-laki itu walaupun ia memperkenalkan dirinya. Ia lebih memilih untuk sibuk membaca buku di tangannya. Sedangkan laki-laki itu bukannya merasa marah ataupun kesal tapi ia malah tertarik dengan wanita yang mengabaikan dirinya. Ia ingin tahu siapa wanita itu. Tapi baru saja Gio ingin menanyakan kembali siapa wanita itu tiba-tiba ada orang lain yang menegur dirinya. "Hai bro jangan ganggu dia. Lebih baik kamu pergi dari sini," tegur Franda yang ternyata sudah kembali. "Tenang aja aku hanya ingin berkenalan dengan gadis cantik di meja ini. Memang salah?" tanya gio yang merasa kesal harus diusir oleh Franda. "Tentu saja salah karena gadis yang mau kamu ajak berkenalan ini sudah ada yang punya. Selain itu ia gak akan pernah menggubris kamu," jawab Franda penuh penekanan. Bukannya marah atau kesal Gio malah semakin penasaran dengan gadis yang tak terpengaruh dengan keberadaannya. Dan lebih tertarik dengan buku yang ia bawa. "Luna kita pergi dari sini aja. Kak Bastian udah meneror aku buat cepat kembali kesini," ajak Franda. "Urusan kamu sudah selesai. Kalau sudah selesai kita pulang aja," kata Luna mengiyakan permintaan Franda. Dan tak lama Luna pun mengikuti kemana Franda membawanya pergi dari situ. Bahkan keduanya tak peduli jika disana ada Gio yang terus memandang wajah Luna lekat. "Jadi namanya Luna. Nama yang cantik. Dan juga gadis yang menarik. Kita lihat aja nanti aku pasti akan bisa berkenalan dengan kamu," kata Gio janji. Dengan masih terus memandang Luna yang sudah berjalan pergi dari kantin kampus, Gio pun mulai berpikir untuk mencari tahu siapa gadis cantik yang sudah menarik perhatiannya. Sementara itu di sebuah restoran tampak 2 orang laki-laki yang sedang menikmati makan siang mereka. Salah satu laki-laki tampak khawatir setelah menelepon seseorang. Dan laki-laki satunya pun merasa penasaran dengan perubahan ekspresi laki-laki itu. "Kamu kenapa? Daddy gak pernah melihat ekspresi wajah kamu seperti ini?" tanya Carlos pada Bastian. "Gak apa-apa kok dad. Lebih baik kita makan saja," jawab Bastian mencoba mengalihkan pembicaraan. "Sebastian Philip Daddy sudah mengenal kamu sejak lama jadi Daddy tahu siapa kamu sebenarnya. Jadi apa yang sebenarnya terjadi dengan ekspresi wajah kamu itu?" tanya Carlos lagi. Bastian tahu jika ia tak bisa menyembunyikan apapun dari daddynya jadi mau tak mau ia pun harus menceritakan semuanya kepada sang Daddy. "Daddy masih ingat kan gadis kecil yang dulu sering aku ceritakan sama Daddy dulu?" tanya Bastian balik. Carlos pun mencoba mengingat apa yang Bastian maksud. Hingga akhirnya ia pun ingat tentang gadis kecil dan ibunya yang dulu pernah menyelematkan nyawanya. "Iya Daddy ingat. Ada hubungan apa dengan gadis kecil itu sama perubahan ekspresi kamu saat ini?" tanya Carlos lagi. "Aku berhasil menemukan gadis itu dad. Walaupun sayangnya ibunya sudah meninggal karena sakit jadi aku hanya berhasil menemukan gadis itu. Nama gadis itu Luna dan sekarang ia tinggal sama aku. Dan kenapa ekspresi aku seperti tadi karena aku khawatir aja sama Luna bila terjadi sesuatu sama dia," jawab Bastian mulai bercerita. "Daddy mau mendengar semua cerita kamu gimana kamu bisa ketemu lagi sama dia. Daddy masih ada sedikit waktu jadi daddy ingin mendengar semua cerita kamu," pinta Carlos kepada sang putra. "Hahhhhh....." Bastian hanya bisa menghela nafas karena setelah ini akan ada cerita panjang yang harus ia sampaikan kepada sang Daddy. Karena sekeras atau semisterius seorang Sebastian Philip ia tak pernah menyembunyikan apapun dari daddynya. Karena baginya Carlos Fabrizio adalah orang yang menjadikan dirinya menjadi laki-laki seperti ini. Dan Bastian sangat menghormati Carlos walaupun ia bukan ayah kandungnya sendiri. Gimana kisah Luna dan Bastian selanjutnya??? See you next chapter... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD