Bab 15

1500 Words
Luna menutup wajahnya karena malu tadi tertidur pulas di ranjang milik Bastian. Ia benar-benar selalu meruntuki kebiasaan buruknya yang mudah sekali tertidur ketika merasa kenyang. Dan tadi selama hampir 4 jam lamanya ia tertidur sambil menunggu Bastian selesai operasi. "Kenapa kamu menutup wajah kamu?" tanya Bastian yang terkadang heran melihat tingkah dari Luna. Saat ini Luna memang masih ada di ruang kerja Bastian karena masih menunggu Bastian menyelesaikan beberapa dokumen tentang opera yang baru saja ia selesaokan. Dan Luna merasa tak enak karena ketahuan ketiduran di ranjang yang biasa dipakai Bastian tidur. Dan yang membuat Luna merasa tak nyaman karena ia tak melakukan apapun dan asyik bersantai sedangkan Bastian bekerja kerja untuk mengumpulkan uang untuk dirinya juga. "Aku malu kak ketahuan tidur di ranjang milik kakak. Aku merasa gak enak sama kakak. Kakak udah kerja keras untuk menghasilkan banyak uang sedangkan aku asyik tidur-tiduran dan bersantai-santai. Aku merasa itu tidak benar," jawab Luna dengan jujurnya. Bastian yang sedang mengerjakan laporan medisnya pun menghentikan kerjanya dan sekarang menatap kearah Luna. "Kenapa kamu merasa itu tidak benar. Kakak gak pernah mempermasalahkan hal itu. Kakak bekerja seperti ini memang buat kamu juga. Jadi kamu gak perlu ikut bekerja juga karena kakak masih sanggup untuk menanggung hidup kamu juga," jawab Bastian dengan santainya. "Tapi kak aku juga ingin bisa kerja juga. Aku akan mati bosan kalau gak melakukan apa-apa. Aku ingin punya kegiatan yang positif yang bisa aku lakukan," kata Luna berkata jujur. "Tapi kakak gak mau kamu bekerja kamu bisa melakukan hal lain selain bekerja kalau kamu merasa bosan gak melakukan apapun," kata Bastian memberi saran. Luna mendengarkan pendapat dari Bastian. Kegiatan apa yang bisa ia lakukan jika Bastian tak memperbolehkan dirinya bekerja. Tiba-tiba saja ia teringat akan impiannya yang dulu untuk melanjutkan kuliah. Dengan hati-hati Luna mengatakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah. "Kak aku boleh gak ngelanjutin kuliah. Dulu setelah lulus SMA aku ingin sekali kuliah tapi gara-gara ibu butuh banyak uang untuk biaya pengobatan jadi aku gak melanjutkan kuliah dan memilih untuk merawat ibu aja. Jadi setelah ibu meninggal pun aku berharap untuk bisa kuliah lagi. Tapi sampai detik ini belum kesampaian. Maka dari itu aku tanya sama kakak apa aku boleh kuliah lagi?" tanya Luna dengan hati-hati. Bastian yang mendengarkan permintaan dari Luna pun sedikit memikirkannya. Apakah ia akan mengizinkan Luna untuk melanjutkan kuliah? Karena jujur saja ia takut melepaskan Luna sendirian di dunia luar. Ia takut musuh-musuhnya akan mengetahui tentang keberadaannya dan akan melampiaskan semuanya kepada Luna. Tapi lagi-lagi Bastian harus ingat jika ia tak boleh mengekang Luna. Ia tak mungkin membiarkan Luna terus berada di penthouse dan tak melakukan apapun. "Memang kamu ingin pergi kuliah? Kalau kakak memberi izin untuk kamu kuliah kamu mau kuliah apa?" tanya Bastian yang sudah berjalan mendekat kearah Luna. "Hhhhmmmm....." Luna berpikir sejenak kira-kira ia ingin kuliah apa. Kalau boleh memilih ia ingin kuliah di bidang keperawatan karena dari kecil ia ingin sekali menjadi perawat seperti sang ibu. Tapi mengingat usianya yang sebentar lagi menginjak 23 tahun apa mungkin ia bisa kuliah di bidang keperawatan? "Dari dulu aku ingin jadi perawat seperti ibu. Aku suka sekali melihat ibu merawat pasien-pasiennya. Bahkan ketika ibu merawat kakak dulu aku juga suka sekali melihatnya. Tapi mengingat umur aku yang saat ini udah mau 23 tahun apa masih memungkinkan jika aku kuliah di bidang keperawatan? Menurut kakak gimana?" tanya Luna balik. "Nanti coba kakak cari tahu soal itu apakah kamu masih memungkinkan untuk kuliah di bidang keperawatan. Tapi jika tidak bisa maka kamu cari kuliah yang lain saja," jawab Bastian yang masih menatap kearah Luna. "Jadi kakak ngebolehin Luna buat melanjutkan kuliah?" tanya Luna yang terlihat antusias. "Iya kakak izinin tapi tetap ada beberapa syarat yang harus kamu penuh nanti. Tapi syaratnya akan kakak sampaikan saat kita menemukan kampus yang sesuai dengan kamu," kata Bastian yang tanpa sadar mengelus kepala Luna. Luna hanya bisa tersipu malu mendapatkan perlakuan manis dari Bastian. Walaupun terkesan sederhana tapi membuat Luna nyaman. Dan tentu saja Luna sangat senang ketika Bastian memperbolehkan dirinya untuk melanjutkan kuliah lagi. Karena ini salah satu impian yang ingin Luna wujudkan. Dan setelah itu Bastian kembali menyelesaikan laporan medisnya sebelum akhirnya ia membawa Luna pergi dari sana untuk makan malam sebelum kembali lagi ke penthouse. Malam itu Bastian dan Luna pun belajar untuk mengenal satu sama lain. Dan mereka juga makan malam di sebuah restoran Italia favorit Bastian. Baik Bastian maupun Luna sangat menikmati waktu makan mereka bersama hingga tak terasa hari pun beranjak malam dan mereka kembali ke penthouse. Yang pasti hubungan mereka sudah jauh lebih baik. Dan yang pasti Bastian mulai bisa menunjukan perhatiannya kepada Luna. Hari-hari pun mulai berganti dan Luna sudah tahu rutinitas Bastian setiap harinya. Dari pagi hari Luna menyiapkan sarapan pagi untuk Bastian. Setiap pagi Luna menyiapkan kopi untuk Bastian dan juga sandwich ataupun buah untuk sarapan pagi Bastian. Bastian memang tipe laki-laki yang makan makanan sehat dan sangat menjaga kesehatan tubuhnya. "Kak sarapannya udah siap. Kakak nanti terlambat jika gak sarapan sekarang," teriak Luna dari arah dapur. "Ok sayang," jawab Bastian yang sudah berjalan kearah meja makan. Beberapa hari mereka hidup bersama Bastian sudah lebih dekat dengan Luna. Bahkan sekarang Bastian sudah memanggil Luna dengan panggilan sayang. "Kamu nanti jadi pergi ke kampus sama Franda kan?" tanya Bastian yang sedang meminum kopi buatan Luna yang sudah menjadi kopi favoritnya. "Iya nanti Franda mau jemput dan mengantarkan aku buat daftar kuliah," jawab Luna meminum s**u coklat favoritnya. "Ok kamu nanti hati-hati di jalan. Kakak sudah meminta Franda untuk menjaga kamu dan mengantarkan kamu untuk daftar kuliah karena kampus yang akan kamu daftar sama dengan kampus dimana Franda juga kuliah. Jadi dia akan menemani kamu mendaftar kuliah," kata Bastian mengingatkan. "Iya kak aku tahu. Kakak udah bilang sama aku dari kemarin jadi kakak gak usah khawatir." Luna terlihat kesal karena Bastian terus saja mengatakan hal yang sama. "Kakak cuma mengingatkan kamu aja. Pokoknya kalau ada apa-apa kamu langsung telepon kakak," kata Bastian kembali mengingatkan. "Iya kakak," jawab Luna patuh. Dan pagi itu Bastian dan Luna pun menghabiskan waktu dengan sarapan bersama. Sesekali mereka terlibat obrolan ringan. Terutama soal kuliah Luna. Akhirnya Luna memutuskan untuk memilih kuliah yang sama dengan kampus dimana Franda kuliah. Dan soal jurusan yang diambil oleh Luna akhirnya ia memilih untuk mengambil jurusan psikologi saja karena untuk mengambil kuliah keperawatan akan memakan waktu yang lama. Dan Bastian pun setuju atas keputusan yang diambil oleh Luna. "Wah sepertinya hubungan kamu dan kak Bastian semakin berjalan lancar. Aku gak pernah melihat wajah kak Bastian yang berseri seperti itu. Biasanya wajah kak Bastian selalu saja datar dan yang membuat aku kaget karena sekarang kak Bastian lebih banyak tersenyum," kata Franda jujur. Saat ini Luna dan Franda dalam perjalanan menuju kampus untuk mendaftarkan diri Luna untuk masuk kuliah semester depan. Dan sepanjang perjalanan Franda banyak mengatakan jika Bastian mengalami banyak perubahan sikap. Tapi apa yang dikatakan oleh Franda ada benarnya juga. Dulu Luna mengira jika Bastian tipe laki-laki yang keras dan kaku tapi lama-kelamaan ia melihat perubahan sikap Bastian yang pastinya sangat ia sukai. "Bagus dong kalau kak Bastian bisa berubah jadi lebih baik lagi," jawab Luna setuju dengan pendapat Franda. "Tapi tetap aja perubahannnya drastis. Dan kamu satu-satunya wanita yang bisa merubahnya. Bahkan Frans aja yang sudah sangat dekat dengan Kak Bastian aja gak bisa merubah sikap kak Bastian," kata Franda sambil menyetir mobilnya. "Franda aku boleh tanya sesuatu sama kamu gak?" tanya Luna penasaran. "Tanya aja aku akan jawab," jawab Franda dengan santainya. "Sebenarnya hubungan kamu, Frans, dan kak Bastian apa sih? Aku lihat-lihat kalian bukan saudara kandung tapi aku lihat-lihat kalian dekat satu sama lain. Dan kamu serta Frans sangat patuh dengan kak Bastian. Dan itu membuat aku jadi penasaran." Luna pun mengutarakan rasa penasarannya. "Hmmmm... Aku dan Frans memang bukan keluarga kandung dari kak Bastian tapi bagi kami berdua kak Bastian sudah seperti malaikat yang membantu kami keluar dari kegelapan dan memberikan kehidupan yang baru buat kami berdua. Jadi sudah menjadi tugas aku dan Frans untuk selalu patuh kepada kak Bastian karena kak Bastian memang sosok laki-laki yang sangat kami hormati dan juga sosok yang harus kami lindungi juga," jawab Franda dengan polosnya. "Maksudnya gimana? Aku gak ngerti?" tanya Luna yang masih tak mengerti. "Pokoknya intinya kak Bastian itu sangat berarti buat aku dan Frans. Jadi kamu gak usah mikir yang aneh-aneh lagi," kata Franda menghentikan pembicaraan tentang ini. Sebenarnya Luna kurang puas dengan jawaban yang Franda katakan tapi Luna tak mau memperpanjang hal itu lagi. Karena itu privacy bagi Franda jadi Luna tak mau ikut campur lagi. Mereka pun segera melanjutkan perjalanan menuju kampus. Sementara itu Bastian baru aja selesai melakukan operasi dan ketika ia akan berjalan kearah ruang kerjanya, Pak Toni pemilik rumah sakit ini memintanya untuk datang ke ruangannya. Bastian yang tak berpikir apa-apa langsung mengiyakan permintaan pak Toni. Ia pun segera berjalan menuju ruang kerja pak Toni. Dan ketika Bastian masuk ke ruang kerja pak Toni, Bastian dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang sudah lama tak pernah ia temui lagi. Dan itu benar-benar membuatnya kaget. Kira-kira siapa orang yang ditemui Bastian? See you next chapter.... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD