Luna menatap rumah yang selama ini ia tinggali bersama sang ibu. Melihat rumah ini mengingatkan Luna akan kebersamaannya bersama sang ibu. Bagaimana dulu sang ibu yang sehat selalu ada disaat Luna butuhkan sampai akhirnya sang ibu pun menghembuskan nafasnya akibat penyakit kanker yang dideritanya. Selama sang ibu sakit Luna lah yang merawat sang ibu. Walaupun Luna harus mengubur impiannya untuk melanjutkan kuliah dan memilih untuk bekerja karena ketika sang ibu sakit otomatis dirinya lah yang harus mengambil peran sebagai kepala keluarga. Tapi sepertinya Tuhan lebih sayang dengan sang ibu hingga akhirnya setelah perjuangan panjang sang ibu kalah dengan penyakit kanker yang dideritanya.
"Franda kamu bisa tunggu di ruang tamu saja. Aku cuma sebentar kok ngambil barang-barangnya," kata Luna mempersilahkan Franda untuk duduk.
"Santai aja. Kamu gak usah buru-buru juga. Ambil aja barang-barang yang ingin kamu bawa ke penthouse milik kak Bastian," jawab Franda santai.
Luna pun hanya menganggukkan kepalanya setelah itu Luna pun segera menuju ke kamarnya. Di kamar Luna pun segera mengambil beberapa baju miliknya dan juga barang-barang lain keperluan dirinya.
Sementara itu di luar Franda yang menunggu Luna mengambil barang-barangnya pun melihat kearah tempat tinggal milik Luna. Rumah yang di tinggali Luna bisa dibilang sangat kecil tapi walaupun kecil tapi sepertinya di rawat dengan sangat baik dan nyaman untuk di tinggali. Franda melihat beberapa bingkai foto berisi foto Luna dan juga foto seorang ibu yang sepertinya ibu dari Luna. Ada rasa heran di benak Luna ketika melihat beberapa foto itu karena tak ada foto seorang ayah. Apakah Luna tak memiliki ayah atau mungkin ia tak memiliki foto sosok seorang ayah? Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepala Franda sampai-sampai ia tak sadar jika Luna sudah selesai mengambil beberapa barang miliknya.
"Franda aku sudah selesai mengambil barang-barang milik aku. Tapi nanti sebelum pulang bisa kita mampir di tempat kerja aku dulu? Aku mau bilang sama bos aku kalau aku mengundurkan diri," kata Luna menjelaskan.
"Ok," jawab Franda mengerti.
Setelah itu mereka pun kembali masuk ke dalam mobil untuk berangkat menuju ke tempat kerja Luna.
"Tadi aku lihat foto-foto di rumah kamu tapi aku lihat-lihat tak ada foto ayah kamu. Ayah kamu kemana?" tanya Franda yang memang tak bisa menahan rasa penasarannya.
"Aku gak punya ayah. Kata ibu saat aku kecil ibu dan ayah berpisah. Dan setelah itu mereka tak pernah saling bertemu satu sama lain lagi," jawab Luna dengan polosnya.
"Jadi selama ini kamu gak pernah tahu siapa sosok ayah kamu?" tanya Franda balik.
Luna hanya bisa menggelengkan kepalanya karena memang ia tak pernah bisa merasakan sosok ayah sejak kecil. Ia hanya memiliki sang ibu yang merupakan keluarga satu-satunya yang ia miliki. Sedangkan kakek dan neneknya sudah lama meninggal. Sedangkan keluarga yang lain Luna tak begitu mengenal. Jadi bisa dibayangkan sejak sang ibu meninggal Luna hanya hidup seorang diri. Dan kesendiriannya itu sedikit terobati dengan sosok Roy yang menawarkan cinta kepadanya. Dan bodohnya Luna ia bisa langsung saja percaya dengan Roy padahal banyak orang sudah mengatakan kepada dirinya jika Roy itu bukan laki-laki yang baik.
Entah kenapa ada rasa penasaran di hati Franda ketika mendengar jawaban dari Luna tentang ia yang tak mengetahui siapa ayah kandungnya. Ketika pertama kali ia melihat Luna entah kenapa mengingatkan dirinya akan seseorang. Tapi lagi-lagi Franda tak terlalu memikirkan tentang hal itu lagi. Ia pun kembali memfokuskan diri dengan menyetir mobil saja.
Sementara itu di kamar ICU Bastian sedang memeriksa keadaan pasien yang tadi baru saja di oeprasi.
"Pastikan kalian cek terus keadaan pasien dengan cermat. Untuk waktu 24 jam kedepan akan menjadi waktu yang krusial. Dan dokter Mario beritahu kepada keluarga pasien untuk siap dengan keadaan terburuk sekalipun. Karena keadaan pasien belum stabil," perintah Bastian kepada dokter jaga.
"Baik dokter saya dan dokter Tasya akan bergantian menjaga pasien. Dan nanti saya juga akan mengatakan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien yang sebenarnya," jawab dokter Mario mengerti.
"Setelah ini saya akan pulang tapi jika keadaan pasien memburuk kalian langsung kabarkan kepada saya," kata Bastian menambahkan.
"Baik dokter," jawab dokter Mario mengerti.
Bastian kembali melihat kondisi pasiennya setelah itu ia pun kembali ke ruangannya sebelum akhirnya pulang.
"Luna sayang sekali kamu harus berhenti bekerja di supermarket ini. Padahal kamu adalah salah satu karyawan saya yang paling bagus kerjanya," kata pak Anwar yang merupakan bos tempat Luna bekerja.
"Sekali lagi saya minta maaf sama bapak karena tak bisa bekerja disini lagi. Saya juga suka bekerja disini selain tempat kerjanya nyaman tapi juga bapak selama ini sudah sangat baik kepada saya. Dan saya sangat bersyukur akan hal itu. Sekali lagi saya mau mengucapakan kata maaf jika selama ini saya memiliki kesalahan dengan bapak ataupun kinerja saya tidak bagus. Saya harap supermarket milik bapak kedepannya akan jauh lebih berkembang lagi," kata Luna bersikap sopan kepada pak Anwar.
Setelah Luna berpamitan kepada pak Anwar ia pun segera keluar dari ruang kerja pak Anwar. Dan ketika ia keluar dari ruang kerja pak Anwar ia bertemu dengan Rini teman kerjanya di supermarket itu.
"Ya ampun Luna kamu kemana aja? Selama ini kamu gak masuk kerja aku pikir terjadi sesuatu sama kamu," kata Rini yang terlihat khawatir.
"Aku baik-baik saja kok Rini. Hanya ada masalah yang harus aku selesaikan jadi aku gak bisa masuk kerja. Dan kedatangan aku kesini untuk mengundurkan diri dari sini," jawab Luna yang sudah menggenggam tangan Rini.
"Kenapa kamu harus berhenti kerja Luna? Apa ada yang gak membuat kamu nyaman bekerja disini?" tanya Rini yang tak paham kenapa Luna harus berhenti kerja.
"Gak kok. Aku disini sangat nyaman apalagi ada kamu dan teman-teman yang lain yang begitu baik sama aku. Hanya saja aku punya alasan tersendiri kenapa harus berhenti bekerja disini. Yang pasti aku sangat berterima kasih selama ini kamu dan teman-teman sudah sangat baik sama aku. Aku gak tahu gimana bisa membalas kebaikan kalian," kata Luna yang mulai berkaca-kaca.
Luna sangat bersyukur ketika bekerja disini ia mendapatkan teman-teman yang sangat baik kepada dirinya. Bahkan teman-teman kerjanya sudah menjadi bagian dari hidupnya. Hidupnya tak lagi kesepian karena ia memiliki keluarga baru yaitu teman-teman kerjanya.
"Sebenarnya berat buat aku melepas kamu pergi tapi kalau ini sudah menjadi keputusan kamu. Tapi kalau kamu butuh teman untuk bercerita maka aku siap mendengarkan semua cerita kamu." Teman Luna yang bernama Rini pun memeluk tubuh Luna.
Bagi Rini Luna tak hanya sebagai teman kerja saja melainkan sudah ia anggap Adin sendiri. Rini tahu benar bagaimana kisah hidup Luna. Setelah itu Luna pun bertemu dengan teman-temannya yang lain untuk berpamitan. Tentu saja Luna sangat sedih tak bisa lagi bertemu dengan teman-teman kerjanya itu. Tapi Luna berjanji ia akan selalu memberi kabar kepada teman-teman kerjanya. Selain itu ia juga akan sesekali bertemu dengan mereka. Tentu saja Luna harus bilang ke kak Bastian dulu karena saat ini hidupnya sudah ada di tangan kak Bastian.
Luna pun berjalan menuju arah luar urnhk bertemu dengan Franda. Karena ia sudah terlalu lama meninggalkan Franda. Tapi ketika ia keluar dari supermarket tempatnya bekerja ia tak sengaja bertemu dengan Roy laki-laki yang sudah membuat hidupnya berantakan. Dan Luna sangat membenci laki-laki bernama Roy itu.
"Hai sayang gimana kabar kamu? Sepertinya kamu baik-baik saja. Tentu saja kamu sekarang sudah hidup enak karena sudah menjadi simpanan dari om Marcel yang kaya raya itu. Sudah aku bilang sejak lama kan cukup kamu berikan tubuh kamu untuk dinikmati laki-laki hidung belang di luar sana maka kehidupan yang nyaman sudah pasti kamu dapatkan," kata Roy dengan nada yang melecehkan.
"Plakkk...."
Sebuah tamparan mendarat di pipi Roy dengan sangat keras. Dan yang melakukan hal itu adalah Luna.
"Seharusnya sudah lama aku melakukan hal ini. Dan seharusnya sudah sejak lama aku pergi dari laki-laki b******k seperti kamu," teriak Luna dengan penuh emosi.
"Dasar wanita sialan," kata Roy yang menarik rambut Luna.
Luna meringis kesakitan ketika Roy menjambak rambutnya tapi Luna tak memperlihatkan rasa sakit itu tapi Luna malah menatap kearah Roy dengan penuh amarah.
"Harusnya kamu berterima kasih sama aku karena sudah memberikan kehidupan yang mewah seperti ini. Dan bahkan seharusnya kamu memberikan aku uang yang banyak bukan malah mendapatkan tamparan seperti ini," teriak Roy yang sudah terpancing emosi.
Amarah Roy semakin memuncak ketika melihat wajah Luna tak mengisyaratkan rasa takut sama sekali. Hingga akhirnya Roy membalas tamparan dari Luna. Bahkan ketika Roy memberikan Luna tamparan yang keras hingga membuat sudut bibir Luna terluka tapi Luna tak bergeming sama sekali.
"Dari dulu kamu hanya laki-laki pengecut dan juga b******k. Aku bersyukur sudah berhasil lepas dari laki-laki seperti kamu. Kita lihat aja nanti apa yang terjadi sama kamu. Karena kamu harus tahu satu hal jika Luna yang sekarang bukanlah Luna yang dulu lagi," kata Luna penuh penekanan.
"Kamu......."
Roy hendak menampar Luna lagi tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencegah tangannya menampar Luna.
Hmmmmm... Siapa yang mencegah tangan Roy untuk menampar Luna?
See you next chapter.....
Happy reading.....