Bab 20

1726 Words
Di sebuah cafe tampak seorang wanita cantik dengan rambut blondenya dan juga dengan pakaian yang begitu pas di tubuh rampingnya sedang menikmati kopi sambil menikmati sore hari di kota Roma. Setelah wanita itupun selesai kuliah ia memilih untuk duduk santai di cafe sambil menunggu hari menjelang malam sebelum akhirnya ia pulang ke rumahnya. Dan gadis itu bernama Paula Fabrizio. Paras cantik Paula memang terpancar di wajahnya. Darah Italia begitu terlihat jelas di wajahnya dan dapat dipastikan banyak laki-laki yang tertarik dengan Paula. Tapi sayangnya Paula sudah menaruh hatinya untuk seorang laki-laki yang benar-benar selalu ada saat-saat dirinya kecil hingga sampai detik ini perasannya semakin besar kepada laki-laki itu. Namun sayangnya laki-laki itu adalah kakaknya sendiri. Paula tak bisa membendung perasaannya sendiri kepada sang kakak. Dan sudah lama Paula tak pernah bertemu dengan sang kakak. Karena kesibukan sang kakak sebagai dokter membuatnya tak bisa leluasa pergi ke Italia untuk bertemu dengannya. Sebenarnya Paula ingin sekali menemui kakaknya tapi dadddy dan mamanya tak mengizinkannya. Jadi Paula hanya bisa menunggu saja kalau kakaknya datang kesini. Ketika Paula sedang menikmati kopi tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk di depannya begitu saja. Tentu saja itu membuat Paula bingung dibuatnya. "Maaf sepertinya masih ada banyak kursi di lain tempat jadi silahkan pergi dari kursi saya," kata Paula yang tidak suka dengan sikap tak sopan dari laki-laki di hadapannya. Laki-laki yang tiba-tiba duduk di hadapan itu membuka kacamata yang bertengger di matanya dan pandanganya langsung mengarah ke depan wanita yang duduk di hadapannya. "Memang banyak meja dan kursi yang kosong tapi saya mau duduk disini. Gak masalah kan?" tanya laki-laki itu dengan santainya. Paula yang suasana hatinya sedang tak baik dan sekarang harus berhadapan dengan laki-laki yang membuat moodnya buruk membuat dirinya menjadi malas berada disini. "Silahkan saja kalau anda mau menempati meja ini. Lebih baik saya pergi saja dari sini," kata Paula yang sudah berdiri dari meja itu tanpa melihat lagi kearah laki-laki itu. Sedangkan laki-laki itu tersenyum penuh arti ketika melihat wanita yang akan menjadi jodohnya. "Gadis yang menarik. Sepertinya tak masalah jika aku setuju dengan perjodohan yang dilakukan oleh papa," gumam laki-laki itu. Dengan memasang senyum yang penuh arti laki-laki itu terus memandang wanita yang akan dijodohkan kepada dirinya. Sementara itu di sebuah kamar tampak sepasang wanita dan laki-laki tertidur dengan lelap sambil berpelukan satu sama lain. Sang lelaki tampak memeluk tubuh sang wanita dengan begitu posesif. Sedangkan sang wanita tampak nyaman tidur dalam pelukan sang lelaki. Keduanya bagaikan pasangan suami istri yang sedang merasakan kehidupan berumah tangga. Tapi pada kenyataannya sepasang lelaki dan wanita itu bahkan tak memiliki hubungan yang jelas. Walaupun pada dasarnya mereka berdua terikat kontrak untuk bisa hidup bersama tapi sampai detik ini mereka belum menentukan arah pasti dari hubungan mereka. Bahkan mereka belum melakukan hubungan intim walaupun dalam perjanjian sang wanita juga harus melayani sang lelaki di ranjang tapi hingga detik ini mereka tak melakukannya. Mereka hanya sebatas tidur bersama seperti saat ini. Dering suara ponsel kembali berdering dan ini sudah keempat kalinya dering suara ponsel berbunyi. Sang wanita yang mendengar bunyi ponsel itu mulai terbangun dari tidurnya. Seperti biasa wanita itu harus melepaskan pelukan dari sang lelaki yang setiap mereka tidur bersama selalu saja memeluk tubuhnya dengan erat. Awalnya ia merasa risih tapi lama-lama ia menjadi terbiasa. "Kak bangun ponsel kakak dari tadi terus berbunyi," kata Luna membangunkan Bastian. "Hhhhmmmm.. kakak masih mengantuk," jawab Bastian yang malah menarik tubuh Luna untuk semakin mendekat ke pelukannya. "Hahhhhh....." Luna hanya bisa menghela nafas ketika lagi-lagi mendengar penolakan dari Bastian ketika ia berusaha membangunkannya. Padahal Luna hanya ingin memberitahukan kepada Bastian bahwa ada panggilan dari ponselnya. Bila ponselnya terus berbunyi maka itu pasti panggilan dari rumah sakit yang artinya ada pasien darurat yang harus di atasi. "Kak telepon kakak terus berdering pasti ada pasien gawat yang harus kakak tangani. Jadi coba kakak angkat teleponnya dulu." Luna pun mencoba untuk membangunkan Bastian lagi. Dan sepertinya Bastian mendengar bujukan dari Luna karena ia pun mulai mengambil ponselnya. Ketika ia melihat ponselnya ternyata masih jam 3 pagi dan yang menelponnya adalah rumah sakit seperti biasa. Bastian pun segera menelpon balik untuk menanyakan apa yang terjadi. "Halo dokter Bastian. Akhirnya dokter mengangkat telepon dari saya," jawab dokter Mario yang merasa lega telponnya diangkat oleh Bastian. "Ada apa dokter Mario?" tanya Bastian balik. "Dokter Bastian ada pasien gawat yang baru datang. Dan sekarang sangat membutuhkan operasi. Apa dokter Bastian bisa datang untuk melakukan operasi?" tanya dokter Mario hati-hati. Sebenarnya Bastian malas untuk melakukan operasi karena ia ingin melanjutkan tidurnya tapi saat ini hanya dirinya dokter yang bisa melakukan operasi. Akhirnya dengan berat hati Bastian pun harus datang ke rumah sakit. "Persiapkan semua dan ketika saya datang kita langsung mulai operasinya," perintah Bastian yang sudah bangkit dari ranjang. "Baik dokter saya akan mempersiapkan semuanya. Sekali terima kasih dok. Dan maaf sudah mengganggu waktu tidurnya," jawab dokter Mario merasa bersalah. Bastian pun langsung menutup telepon dari dokter Mario tanpa mendengar kata-kata yang lain dari dokter Mario. "Sayang sebaiknya kamu tidur aja lagi. Kakak harus ke rumah sakit karena ada operasi darurat," kata Bastian yang hendak berjalan ke kamar mandi. "Kak aku boleh ikut sama kakak gak? Aku takut sendirian di rumah malam-malam kayak gini. Dulu ketika masih tinggal sendiri aku aja harus benar-benar ngantuk baru bisa tidur kalau kebangun kayak gini biasanya gak bisa tidur lagi. Jadi aku ikut kakak aja ya. Nanti aku tunggu di ruangannya kakak aja," pinta Luna kepada Bastian. Bastian sendiri juga merasa gak yakin meninggalkan Luna sendiri di penthouse miliknya. Walaupun penthouse ini sudah dijamin aman tapi tetap saja Bastian merasa khawatir. Di tambah lagi Luna bilang jika ia tak mau di tinggal sendiri membuat Bastian berat meninggalkan Luna sendirian. Jika Luna ikut bersama dirinya dan membiarkan Luna menunggu dirinya di ruang kerjanya tak akan jadi masalah. "Ok kamu ikut kakak ke rumah sakit. Ganti baju kamu dan jangan lupa bawa jaket diluar udaranya dingin," perintah Bastian pada Luna. "Ok kak," jawab Luna senang. Luna pun segera bangkit dari ranjangnya menuju lemarinya untuk mengganti bajunya. Ia hanya memilih memakai celana jeans dan t-shirts saja. Tak lupa ia memakai jaket sesuai dengan perintah Bastian. Setelah selesai ganti baju Luna mencuci muka dan menggosok giginya agar penampilannya tak terlalu kacau. Setelah siap Bastian pun segera mengajak Luna untuk masuk ke mobilnya dan mereka pun segera meluncur ke rumah sakit. @ rumah sakit "Ingat selama kakak gak ada kamu tetap disini aja sampai kakak kembali. Setelah kakak selesai operasi kita baru pulang," kata Bastian mengingatkan. Saat ini Bastian dan Luna sudah berada di ruang kerja milik Bastian. Bastian sendiri sudah mengganti bajunya dengan pakaian operasi. Sebelum Bastian pergi ke ruang operasi ia sudah memerintahkan kepada Luna untuk tetap tinggal disini dan tidak pergi kemana-mana. "Iya kak Luna tahu kok. Setelah kakak pergi Luna juga mau lanjut tidur aja. Luna masih ngantuk," jawab Luna mengerti. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja Bastian pun meninggalkan Luna di ruangannya. Sedangkan Luna setelah Bastian pergi ke ruang operasi ia memilih untuk kembali tidur di ranjang milik Bastian. Dan tak perlu menunggu waktu yang lama ia sudah terlelap tidur. Sinar matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pun mulai berkicau tanda pagi sudah menjelang. Dan sekarang jam menunjukan pukul 7 pagi. Bastian baru saja selesai melakukan operasi. Hampir 3 jam lamanya Bastian melakukan operasi. Untung saja operasinya tak begitu susah jadi ia bisa lebih cepat menyelesaikan operasi tersebut. "Dokter mau sarapan bersama dengan dokter yang lain?" tanya dokter Mario mencoba membuka pembicaraan. "Saya akan sarapan dengan calon istri saya. Jadi saya tidak bisa ikut dengan kalian semua," jawab Bastian dengan singkat. Beberapa dokter dan perawat sempat kaget mendengar perkataan dari dokter Bastian yang terdengar sangat dingin. Mereka pikir dokter Bastian tak bisa bersikap romantis kepada seorang wanita tapi pada kenyataannya ia bisa bersikap romantis dengan calon istrinya sendiri. "Ooo jadi dokter mau sarapan dengan calon istrinya. Mungkin lain kali dokter bisa mengenalkan calon istri dokter kepada kami," goda salah satu perawat. Tak ada jawaban dari Bastian karena baginya pertanyaan juga tak begitu penting. Tapi tak mungkin ia tak menjawab pertanyaan itu. "Mungkin lain kali saya akan memperkenalkan calon istri saya. Atau kalian bisa mengenalnya ketika saya memberikan undangan pernikahan untuk kalian semua," jawab Bastian tetap dengan gayanya yang irit berbicara. Tanpa menunggu lama lagi Bastian memilih untuk melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya. Ia takut jika Luna sudah menunggu kedatangannya. Sedangkan para dokter dan perawat yang ikut dalam operasi pagi ini terheran-heran dengan jawaban yang dikatakan oleh dokter Bastian. "Kalian tadi dengar kan kalau dokter Bastian bilang akan menikah kan? Aku jadi penasaran gadis seperti apa yang bisa meluluhkan laki-laki dingin seperti dokter Bastian," kata dokter Mario yang juga merasa heran. Semua dokter dan perawat pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh dokter Mario. Karena memang diketemukan Bastian terkenal dengan sikapnya yang datar dan tak banyak mengumbar masalah pribadinya. Dengan langkah yang tenang Bastian pun melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya. Dan sesampainya di ruang kerjanya ia bisa melihat jika Luna masih terlelap tidur. Bastian berjalan mendekat kearah Luna untuk melihat wajah Luna lebih dekat lagi. Wajah Luna yang tanpa makeup pun masih terlihat cantik di mata Bastian. Perlahan Bastian pun membangunkan Luna karena ia ingin mengajak Luna sarapan bersama setelah itu ia akan mengantarkan Luna pulang agar Luna bisa melanjutkan tidurnya kembali. "Sayang bangun...." "Hhhhmmmm...." Hanya suara gumaman yang keluar dari mulut Luna. "Sayang bangun dulu. Kamu harus sarapan dulu. Setelah selesai sarapan kamu boleh tidur lagi," kata Bastian mencoba membangunkan Luna. Perlahan Luna membuka matanya dan orang yang pertama ia lihat adalah Bastian. Luna pun perlahan bangun dari tidurnya dan tanpa Bastian sadari Luna memeluknya yang memang sedang berdiri di hadapannya. "Operasinya gimana? Sukses kan kak?" tanya Luna yang terlihat manja. "Iya operasinya berhasil dan pasiennya juga berhasil diselamatkan," jawab Bastian sambil mengelus kepala Luna. "Syukurlah kalau pasiennya selamat. Aku ikut senang jika kakak berhasil menyelematkan nyawa orang lagi," kata Luna yang masih memeluk Bastian. Luna begitu nyaman memeluk tubuh Bastian hingga ia pun kembali memejamkan matanya. Bastian sendiri yang tahu jika Luna kembali memejamkan matanya akan membiarkan Luna seperti ini terlebih dahulu. Mungkin Luna butuh waktu untuk bisa kembali sadar dari rasa kantuknya. Ketika itu tak mereka sadari jika ada yang melihat adegan mesra antara Luna dan Bastian. Ekspresi marah terlihat jelas dari wajahnya. Niat awalnya ingin memberikan sarapan pagi untuk Bastian tapi ia malah disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya sakit hati. "Cewek sialan...." Kira-kira siapa wanita yang memergoki Luna sedang memeluk Bastian? See you next chapter... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD