Kamar Rahasia

1214 Words
“Kenapa tidak kamu teruskan? Ada apa dengan Danis?” “Maaf Nyonya, saya tidak tahu apa ini sesuatu yang benar dengan menceritakan tentang Tuan Danis pada Anda.” “Lisa, aku istri Danis. Bukankah ini sesuatu yang wajar saat aku ingin kenal dengan suamiku?” “Anda benar. Maafkan saya, Nyonya.” “Ya sudah, ceritakan tentang suamiku sekarang.” Lisa melihat ke arah Luna. Sebenarnya dia masih merasa ragu untuk menceritakan tentang Danis. Tapi dia sangat tahu kalau Luna butuh tahu tentang Danis demi kehidupan rumah tangga mereka. “Sebenarnya Tuan Danis itu adalah orang yang sangat ramah. Beliau sangat pekerja keras dan waktunya hampir habis hanya untuk mengurusi pekerjaan. Tapi beliau tetap bertanggung jawab pada keluarganya. Dia hanya sedikit tidak suka di bantah tentang hidupnya.” “Tidak suka di bantah? Trus cara hidup dia kaya gini dari dulu?” “Sejak saya ikut Tuan Danis, beliau memang seperti ini. Tapi sejak kedatangan ...,” Lisa menatap ke arah Luna. “Kedatangan Maya maksudmu?” “Nyonya tau soal Nona Maya?” “Hanya namanya saja. Trus kenapa dengan kedatangan Maya?” “Saat kedatangan Nona Maya di hidup Tuan Danis, hidup Tuan Danis banyak berubah. Beliau sudah mulai belajar untuk menikmati hidup dan Nona Maya selalu mengatur hidup Tuan Muda.” “Dan Danis Mau?” “Iya. Nona Maya juga sering menginap di sini dulu.” Luna menghembuskan nafasnya panjang. Dia mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Lisa tentang Danis. Luna memang belum dalam tahap mencintai Danis. Tapi dia adalah istri Danis yang menurut surat perjanjian itu, dia adalah pelayan pribadi Danis. Dia ingin merubah Danis menjadi lebih memikmati hidup ala Luna. “Jadi sebenarnya dia bisa baik ya?” tanya Luna. “Tuan Danis orang baik. Beliau hanya tegas. Bukan hanya pada orang lain, tapi juga pada dirinya sendiri.” “Oh ya, apa kamu tau kenapa Maya tiba-tiba lari meninggalkan Danis?” “Maaf Nyonya, untuk itu saya tidak tahu. Saya juga tidak mengerti apa alasan Nona Maya meninggalkan Tuan Danis yang selalu memperlakukannya seperti seorang ratu.” “Yakin?? Kamu beneran ga tau?” “Saya benar-benar tidak mengerti, Nyonya.” Luna mulai menikmati sarapannya. Sebuah roti bakar dengan telur setengah matang sebagai pelengkapnya. Tatapan mata Luna terlempar jauh ke depan. Dia seolah sedang memikirkan sesuatu. Tapi entah apa yang sedang dia pikirkan. “Nyonya, apa ada yang ingin Anda lakukan saat ini?” “Hmmm ... apa ya? Ah, gimana kalo kamu mengajak ku berkeliling rumah ini. Aku ga pengen tersesat lagi kalo aku ntar ga apal di mana letak ruangannya.” “Oh, baiklah. Saya akan mengajak Anda berkeliling dan memperkenalkan Anda pada semua orang yang bekerja di sini.” “Ok. Aku suka itu.” Luna kembali menikmati makan paginya dengan lebih bersemangat. Dia ingin mengenal struktur rumah yang kini dia miliki. Tidak ada lagi rumah yang sederhana dan bau minuman keras di setiap sudut ruangan saat ayahnya datang. Tidak ada lagi suara kemarahan ayahnya yang kalah berjudi dan mengancam akan menjual ginjal Luna untuk dijadikan alat pelunas hutang. Tapi kini malah Luna yang harus jadi istri pengganti untuk Danis. Pernikahan untuk menggantikan orang lain. Lisa membawa nampan makan yang sudah kosong. Dia akan membantu majikannya menghafal seluruh isi rumah. “Imah ... bawa nampan ini ke dapur,” ucap Lisa saat dia melihat ada pelayan yang sedang membersihkan lantai. “Kita mulai dari bawah ya, Nyonya. Saya akan menjelaskan semua.” Lisa mengajak Luna turun ke lantai satu. Luna sangat antusias ingin tahu apa saja isi rumah ini. Juga ingin berkenalan dengan semua pelayan. “Ini adalah pintu depan. Teras akan selalu di jaga oleh 2 atau 3 pengawal. Di sepan gerbang sana ada pos penjagaan juga. Dan di setiap sudut pagar di beri CCTV.” “Heh kalian! Beri salam pada istri tuan Danis,” ucap Lisa pada petugas keamanan di sana. “Selamat pagi, Nyonya. Kalau ada yang Anda butuhkan tolong jangan sungkan untuk memanggil kami.” “Iya. Makasih ya.” Lisa juga memanggil sopir dan juga tukang kebun untuk memperkenalkan diri dan mengenali Luna. Luna senang dengan sambutan mereka. Satu demi satu ruangan di dalam rumah di beri tahu pada Luna. Luna juga di kenalkan pada chef yang ada di rumahnya. Dia bahkan bisa memesan makanan apa saja yang sekiranya dia ingin makan. “Lisa ... lalu di mana kamar kamu? Kamu ga pulang ke rumah kamu kan?” “Tidak Nyonya, kamar saya dan satu pelayan utama ada di belakang rumah ini. Kalau pelayan yang lainnya, mereka tinggal di rumah di belakang rumah utama.” “Pelayan utama? Siapa dia?” Luna agak sedikit takut kalau semua tahu dia juga dianggap sebagai pelayan di rumah ini. “Pelayan utama itu yang akan bersiap melayani Anda dan Tuan Muda saat jam kerja pelayan lainnya selesai. Dia yang akan ada di sini bersama saya yang akan selalu siap untuk menerima panggilan.” “Cara memanggilnya gimana?” “Di kamar Anda dan Tuan Muda ada tombol yang ada di dekat tempat tidur. Itu akam tersambung ke kamar kami berdua. Dia dekat ruang makan juga ada. Mari saya tunjukknan.” Lisa mengajak Luna menuju ke dinding ruang makan. Lisa menunjukkan bentuk bel itu. Luna kini tahu bahkan dia juga tahu di mana letak bel itu di kamarnya. Setelah keliling rumah lantai dasar, mereka melanjutkan ke teras belakang. Dia tempat itu ada kolam renang dan juga ada jacuzzy air panas. Tempat latihan golf pun ada di sana. Ada sebuah bangunan besar yang terletak sedikit jauh dengan bangunan rumah utama. Luna melihat ke bangunan itu. “Itu tempat tinggal semua pelayan, Nyonya.” “Tempat tinggal para pelayan. Apa itu cukup buat mereka? Kan pelayan kita banyak?” “Muat, Nyonya. Kan satu kamar bisa di tempati oleh dua orang. Dan di sana hanya ada kamar-kamar dengan 1 tuang bersama untuk entertain.” “Oh begitu. Baguslah kalo emang gitu. Oh ya Lin, di antara kamarku dan kamarnya Danis. Ada pintu lain lho. Itu pintu apa ya?” “Maaf Nyonya. Tuan Muda melarang untuk semua orang masuk ke sana. Hanya ada satu pelayan saja yang di perbolehkan masuk untuk bersih-bersih.” “Benarkah? Sebenernya tempat apa itu?” Luna makin penasaran dengan apa yang dikatakan Lisa. Mengapa sampai ada tempat yang tidak boleh di masuki oleh orang lain. “Emang itu tempat apa sih? Makin penasaran aku.” “Itu hanya sebuah kamar, Nyonya.” “Kamar? Kamar kaya apa yang ga boleh di masuki. Itu bukan kamar untuk hal negatifkan?” “Bukan Nona. Itu afalah kamar yang sering di pakai oleh Nona Maya menginap kalau dia ada di sini.” “Kamar Maya? Kaya apa sih orangnya, aku penasaran. Aku mau liat sendiri.” “Nyonya jangan, Nyonya.” “Alah santai aja.ga usah kuatir kamu. Nanti aku yang tanggung jawab. Lagian kok ya sampe segitunya ama Maya.” Luna tidak peduli lagi dengan Lisa yang masih memintanya tidak masuk ke dalam ruangan itu. Dia sangat ingin melihat bagaimana isi kamar itu. Langkah kaki mungil Luna mulai menapaki anak tangga menuju ke atas.dia tidak perduli lagi dengan Lisa yang terus berusaha untuk memuaskan rasa penasarannya. Luna melihat pintu kokoh yang ada di depannya. Tangannya sedikit ragu untuk meraih handel pintu di depannya. Akhirnya dia memberanikan diri membukanya. Ceklek!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD