"Maaf Non, motornya butut, jadi tidak bisa berjalan kencang," kata bocah itu. Dia menyetir motor maticnya dengan kecepatan sedang. Mereka bergerak menuju wilayah lain. "Tidak apa, kita nanti cari kendaraan yang lebih baik," jawab Arunika. Dia memandang pemandangan waduk itu. Mengenang bagaimana dia berjuang sendirian di sini, menaklukan hati danyang air dan mendapatkan perjanjian dengannya. Arunika merasa bangga dengan dirinya. Sedikit saja. Dia masih tidak percaya petualangannya sebagai seorang pelancong akan dimulai. Dia masih terngiang-ngiang berita yang di bawa oleh bocah yang mengaku bernama Ardian itu. "Berita apa?" tanya Arunika. "Non harus segera pergi dari wilayah Oriza Sativa. Katanya keadaan kota buruk dan pecah kekuasaan." "Bisa kau jelaskan lagi?" "Aduh, bingung aku No