Sehari sebelumnya, di tempat Pakubumi. Tepatnya di goa penuh belerang. Setelah Arunika tertidur, dan Dewanti mengambil alih tubuh Arunika. Mereka membasmi tikus raksasa yang menjadi pintu gerbang Kota Sabin dan tempat tinggal Wewe di dunia ghaib.
"Ayo kita bereskan Laksamana!" Seru Dewanti marah.
Dia menyuruh mereka semua untuk naik ke atas. Sebab dia akan memburu Laksamana dengan Bayu. Arunika tidak perlu tahu.
"Sebenarnya apa yang direncanakan danyang itu, Paman?" bisik Panji pada Bayu saat mereka berjalan sedikit jauh di depan.
Bayu memiliki dugaan. Bahwa Laksmana yang sedang terbaring di rumah sakit itu, pasti menggunakan nama semena-mena kekuasaannya sebagai kepala keluarga Laksamana.
"Mungkin Orion berkhianat," kata Bayu.
"Wah kau menyebut nama aslinya," puji Panji. "Kalau orang itu dibereskan, maka kuasa kepala keluarga akan jatuh padamu Paman," kata Panji hati-hati.
"Aku tahu, biar aku yang mengrusnya." Bayu melirik Arunika yang berjalan di belakang.
"Ada perlu apa?" tanya Dewanti ketus, dia masih di dalam tubuh Arunika.
Bayu menatapnya sedih.
Berpergian dengan kepala keluarga Pakubumi lebih menyenangkan. Perjalanan mereka jah lebih muda. Pakubumi memiliki kuasa di dalam tanah. Dia bisa membuat jalan pintas baru yang lebih cepat. Terowongan-terowongan itu dibuat lebih lebar dan lebih terang.
Pakubumi menggunakan cahaya dari gelembung magma sebagai penerang jalan. Tentu saja gelembung itu sangat aman. Dan mereka hanya perlu berjalan lurus saja. Meskipun dalam keadaan aslinya, mereka berjalan melawan grafitasi. Seperti ninja yang bisa berjalan di dinding.
Pakubumi juga memilih tempat yang aman dari gas beracun, sehingga udara di dalam terowongan tidak terlalu pengap.
Ketika mereka semua sampai di atas. Dewanti keluar dari tubuh Arunika. Arunika terjatuh di tanah dengan pelan.
"Hei, Bayu. Aku ikut kau ke sana," kata Dewanti lebih mirip seperti perintah dibanding permintaan.
"Terserah!"
"Arunika bagaimana?" tanya Panji bingung.
"Kau bersama Arunika di sini beberapa hari, baru ke tempat Oriza Sativa. Ada yang harus kalian lakukan di sana," kata Bayu.
"Kalau Arunika tanya?"
"Jawab saja kau tidak tahu apapun. Mengerti?" Bayu memandang Panji dengan sorot galak.
Panji mengangguk takut. Dia lebih takut pada pamannya yang marah, dibanding melawan wewe. Tiba-tiba dia merasa rindu berburu wewe. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berburu.
Bayu berdiskusi sebentar dengan Pakubumi. Panji tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan mereka. Tetapi dari raut wajah Pakubumi sepertinya dia sedikit terkejut. Namun dia menyetujui apapun itu yang dikatakan oleh Bayu.
Bayu menoleh ke arah Panji. "Aku pergi dulu, jangan nakal bocah!" pesan Bayu pada Panji.
Panji terkekeh.
Bayu masuk ke mobil bersama dengan Pakubumi. Dewanti lenyap begitu saja. Mobil melaju pergi menjauh. Sampai tidak terlihat dari pandangan Panji. Baru Panji menggotong tubuh Arunika ke dalam pondok yang ditunjukkan oleh pemandu.
Arunika tidak sadar dalam dua hari. Bayu kembali ke pondok menjelang malam. Panji tidak berani bertanya apapn. Wajah Bayu terlihat sangat lelah dan pucat. Namun lebih dari itu, Panji tidak melihat binar mata yang bersahabat. Dia terlihat akan meledak kapan saja.
Ketika Arnika terbangun tengah malam, Bayu sedang memantau laporan yang dikirim oleh Betari. Laporan - laporan itu tidak terlalu menyita perhatiannya. Namun apa yang telah dia lalui sehari kemarinlah yang membuat dia kalut.
***
"Akhirnya kau kemari juga!" Seru Laksamana melihat Bayu datang ke kamarnya dirawat.
Dua asisten Laksamana mengomeli Bayu, dengan kata-kata yang hanya lewat di telinga Bayu. Kedatangannya ke ruangan itu bukanlah untuk mendengarkan ceramah mereka, namun urusannya lebih berbahaya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Bayu dnegan nada yang sangat dingin.
Laksamana merasa bulu kuduknya merinding. Dia tidak pernah melihat Bayu semarah ini. Bayu selalu menuruti permintannya, sekonyol apapun itu. Karena perjanjian mereka di masa lampau.
Laksamana bisa memanfaatkan apapun dengan perjanjian itu. Perjanjian yang menguntungkan baginya. Perjanjian menerima kutukan sebagai penebar benih sekaligus kepala keluarga Laksamana.
Dia adalah kakak Bayu. Kakak yang sering dianiya oleh saudara lainnya, karena paling lemah fisiknya di antara keluarga Laksamana. Namun ketika dia menjadi penebar benih, tidak ada seorang pun yang berani menentangnya. Terlebih Bayu mendukungnya, berada sebagai tangan kanannya.
Laksamana tidak pernah peduli apa yang dilakukan Bayu dengan ApiAbadi. Dia tidak memiliki kepentingan apapun di sana, buatnya hidup nyaman dikelilingi perempuan cantik dan seksi adalah yang terpenting.
Dia juga tidak peduli perempuan yang dikencaninya hamil dan melahirkan. Dia tidak mau tahu.
Dia juga baru tahu, bahwa dia memiliki anak lelaki ketika anak itus udah berusia remaja. Anak yang bernama Panji itu selalu memandang rendah dirinya. Hah! Dia pikir dia ada di dunia ini karena siapa?
Laksamana mulai gusar dengan kehadiran Panji. Bayu memberikan banyak perhatian untuk anak itu. Bahkan Lukman sendiri yang membawa anak itu dari panti asuhan.
"Dia adalah anakmu, berikan pusaka biola Naraya padanya!" kata Bayu malam itu.
Laksamana tidak membutuhkan biola. Dia juga tidak bisa memainkan biola. Namun untuk memberikan biola itu pada anak yang ibunya tidak jelas identitasnya, membuat dia sedikit enggan. Hingga Bayu memberikan sedikit ancaman, barulah Laksamana memberikan biola itu.
Dia pikir hal itu tidak akan membuat masalah berarti. Bayu akan tetap berada di pihaknya. Namun kedatangan gadis itu membuatnya semua berbeda.
Dia ingat betapa sakit jemarinya diinjak oleh Bayu di markas. Betapa Panji siap menebas kepalanya kalau berani menyentuh Arunika. Laksamana tidak suka boneknekanya membangkang.
Dia tidak suka Bayu dan Panji, sebagai bidak caturnya memilih jalan yang berbeda. Mereka harus menuruti semua keinginan Laksamana. Awalnya ide menawarkan diri sebagai petinggi menggantikan Lukman, disetujui oleh Bayu.
Laksamana sudah memiliki banyak rencana brilian ketika menjabat sebagai petinggi. Terutama dia akan membuka perekretutan pendekar perempuan sebanyak mungkin. Dia akan memilih yang mampu memenuhi hasratnya.
Namun semuanya gagal karena Arunika.
Laksamana menyiapkan rencana lain untuk melenyapkan gadis itu. Sebagai kepala keluarga, dia memiliki informasi di dunia belakang. Meskipun selama ini dia tidak memerlukannya. Namun untuk mengurus gadis dan pedang dewa, dia harus meminta bantuan.
Dia akan membuka gerbang. Dia akan melakukan perjanjian dengan para wewe. Salah satu asistennya yang akan melakukannya dengan rapi. Dia akan mengorbankan salah satu asisten terpercayanya untuk menjadi tumbal. Namun dia harus sabat menungu gerbang tumbuh lebih lebar. Sehingga dia bisa memanggil wewe lebih banyak.
Bayu menjabat tangan Laksamana dengan sangat keras, sampai Laksamana terdasar dari lamunannya dan menjerit jerit.
"Sakit! Aduh sakitt. Aurgghhh!" Laksamana meraung-raung.
Dua asisten itu memegangi Bayu, mereka berusaha menarik tangan Bayu. Agar cengkramannya terlepas. Tetapi tangan Bayu tidak bergerak sedikitpun.
"Kau memanggil wewe ke Kota Sabin. Apa kau gila?" desis Bayu.