Kemunculan Raja Babi

1087 Words
Wujud musuh kali ini berupa manusia-manusia berkepala babi. Dengan badan, kaki manusia, sedangkan kepalanya adalah babi. Ya babi merah dengan hidung besarnya. Mereka mengintai dengan tenang. Dengan liur yang menetes ke dagunya. Layaknya singa di padang rumput mengintai mangsa. Candy menyeringai. "Apa kau bisa menagani mereka?" tanya Naraya. "Sendirian?" Dia melirik bagaimana reaksi Candy. Candy mengunyah lolipopnya. "Bisa. Kupertaruhkan  semuanya!" "Butuh bantuan?" Naraya memberikan penawaran yang sukar ditolak. Candy mendengus kesal. Dia tahu, danyang b***k cinta di sebelahnya ini hanya mengetesnya. Namun dia serius akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi tempat ini. Tempat ini dan anak-anak adalah harta yang berharga buat Candy.  "Kau lakukan saja semaumu," kata Candy ketus.  Candy menatap Naraya dengan ekspresi menantang. Dia tidak dididik menjadi cewek manja. Dia adalah petarung keluarga Haya. Dia akan melawan musuh segenap jiwa. Candy melompat ke bawah. Dia melihat kondisi anak-anak terlebih dulu. Mereka harus dalam keadaan aman. Candy berlari mencari anak-anak. Anak-anak sudah aman. Sony, teman Bagaskara telah mengumpulkan mereka semua di satu ruangan. Dengan sihir perlindungan yang kuat.  Candy tidak mengenal pendekar tersebut, namun dia tahu, Sony cukup kuat. "Ada ruang bawah tanah untuk keluar dari gedung ini," kata Candy pada Sony. Sany menggelengkan kepalanya. Dia melakukan gerakan isyarat tertentu. Namun Candy tidak mengerti apa yang dikatakannya. Sony mengambil secarik kertas dan pulpen dari tas selempangnya. Mereka akan lebih aman di sini. Candy mengangguk. Meskipun Sony kuat, bila keadaan mendesak, Candy akan membukakan pintu ruang bawah tanah agar anak-anak bisa selamat. Namun dia tidak memiliki waktu banyak. Musuh-musuh sudah bersiap melakukan serangan. Dia menyesali tindakannya. Bagaimana mungkin dia tidak mencium bahaya padahal begitu dekat dengan asrama Haya. Apakah kemarahannya sudah menutupi seluruh indranya? Candy bertanya-tanya. Namun sebelum jawabannya ketemu, dia harus melawan musuh manusia kepala babi itu. Pada monster itu tidak boleh menginjakkan kaki mereka di tempat ini, apalagi menyakiti anak-anak. Candy berlari ke depan gerbang Asrama Haya. Di gerbang itulah, dia mengeluarkan pedangnya. Dia bersiap bertarung. "Maju kalian, Babi!" geram Candy marah. *** Bagaskara menyusul Naraya ke atas atap. Dia penasaran, apa yang akan dilakukan Naraya menghadapi situasi ini. "Gadis itu maju sendirian, dan kita ditinggal di sini," kata Bagaskara tidak percaya. Naraya hanya tersenyum ganjil melihat Candy menunggu di gerbang. Gadis petarung yang sombong.  "Kita tidak akan membiarkannya bertarung sendirian kan? Harga diriku sebagai lelaki bisa hancur," ujar Bagaskara murung. "Cih!" umpat Naraya. "Kau mengumpatiku? Hatiku jadi sakit," ujar Bagaskara pura-pura hatinya terluka. "Kau bantu dia," kata Naray memberi perintah. Bagaskara terkekeh. "Kau lupa ya? Kau bukan bosku." "Yah, kalau begitu. Biarkan dia. Lihat sejauh mana gadis itu mampu bertahan." "Kau serius? Dia bisa mati." Bagaskara terkejut. "Dia harus mematikan egonya lebih dulu." "Kau seperti gurunya. Jangan selingkuh," Bagaskara mengingatkan dengan nada bercanda. Naraya melototi Bagaskara. "Mulutmu itu sampah," maki Naraya. "Bisa sampah atau madu, tergantung kau ada di posisi mana." Mata Bagaskara berkilat-kilat. Naraya mendengus kesal. "Dia masih terlalu bayi untuk jadi pendekar Apiabadi. Siapa pendekar asli dari keluarga Haya?" Bagaskara mengangkat bahu. "Kau salah tanya aku!" "Cih!" *** Candy merasakan tekanan kuat dari musuh. Dia tahu, manusia babi ini hanyalah kelas teri. Ada raja babi yang diam menggerakkan mereka. Namun Candy tidak tahu, mana yang rajanya? Yang bisa dia lakukan adalah menghabisi satu per satu babi ini. Candy menarik nafas panjang. Mendinginkan kepalanya, dan juga menenangkan degup kencang jantungnya. Sudah lama dia tidak menggila. Bertarung dengan seluruh kekuatan yang dia punya. Dia juga bisa melihat sekuat apa dia sekarang. Dia akan mematahkan anggapan tak layak untuk menantang Arunika. Candy girang, tak sabar menantikannya.  Namun kepala babi ini harus diurus lebih dulu. Dia mengeluarkan permen lain dari sakunya. Permen lolipop itu dihisapnya dan dikeluarkan lagi. Permen itu berubah menjadi sebuah pedang. Pedang dari keluarga Haya.  "Maju kau, Babi!" Seru Candy dengan suara lantang. Para babi itu bergerak cepat secara bersamaan. Mereka mengepung dari segala arah. Mereka pun menyerang secara bersamaan. Memukul tabir perlindungan asrama haya. Suara bergemuruh itu memekikkan telinga. Namun Candy tidak takut. Dia sudah menyiapkan hati sejak lama. Dia adalah seorang petarung keluarga Haya.  Duar! Sihir perlindungan yang retak itu pun akhirnya pecah berantakan. Bulir bulirnya turun bagaikan salju putih yang menyirami muka bumi.  Candy menganyunkan pedangnya lebih dulu ke atas. Maka para babi -babi yang tidak siap dengan serangan dadakan itu terkena. Slash! Hanya dengan satu ayunan pedang, puluhan babi itu berjatuhan. Suara gedebuk berulang kali terdengar.  Dari atas, Naraya dan Bagaskara tersenyum. "Boleh juga dia," seru Bagaskara seperti menonton pertandingan.  Candy menengok ke atas. Ke tempat Naraya dan Bagaskra berdiri menontonnya. Menunjukkan bahwa dia tidak boleh diremehkan. "Bocah songong," gumam Naraya. "Setelah ini baru dimulai perburuannya." "Perlu kuberi tahu?" tanya Bagaskara. Naraya tidak menjawab. Bagaskara mengunci mulutnya.  Candy memastikan dua orang di atas itu menutup mulut mereka. Candy sangat percaya diri, untuk membasmi babi kelas teri. Tapi untuk rajanya, Candy tidak yakin. Sebuah sinar kilat menyambar tanah dekat Candy. Candy hanya mundur beberapa langkah. Serangan kecil seperti itu bisa dia hindari dengan mudah. Candy memanggul pedangnya, menarik napas panjang dan mengayunkan pedang sekali lagi. Blash! Blash!  Babi kelas teri itu musnah semua. Langit di atas gedung asrama mulanya penuh dengan musuh, kini terang benderang. "Semua serangga itu telah musnah, tinggal..." Candy melirik ke belakang badan. Dia tahu, raja babi ada di sana. Candy mencengkram erat pedangnya, dia berbalik sambil menganyunkan pedang. Menyerang raja babi. Raja babi itu seperti tahu gerakan Candy, dia lenyap beberapa detik. Dan muncul di tempat lain. Candy menyerangnya lagi. Raja babi itu bisa menghindar tanpa kesulitan berarti. Serangan demi serangan terus dilakukan Candy sampai dia kewalahan, raja babi itu tidak tergores sedikitpun. Candy mengatur napasnya. Mengatur ritme jantungnya. Dia merasakan tatapan tidak menyenangkan dari atas. Dia tahu, danyang sialan itu kini sedang menahan tawa.  "Aku tidak mudah kalah, danyang!" Candy mengayunkan pedangnya lagi. Gerakan raja babi itu kini berbeda, dia tidak lenyap. Hanya mengegser badannya, dan ketika Candy lengah, raja babi menyerangnya.  Sambaran kilat itu mengenai tubuh Candy. Candy tersungkur. Perutnya terasa terbelah, dadanya sesak. Kepalanya pun mulai sakit. Tetapi harga dirinya lebih dipikirkan. Bagaimanapun dia tidak boleh kalah semudah ini. Dia telah berlatih setiap hari, sampai telapak tangannya mengepal. Dia juga ingin mengalahkan Arunika, mana mungkin dia jatuh karena luka kecil? Candy bangkit dengan tumpuan kakinya, dia berjalan tertatih mengambil pedangnya. Menggenggam erat dan menyerang raja babi. Raja babi itu hanya perlu menangkis. Tangkisan sederhana itu berbeda efeknya. Pedang Candy terlempar jauh. Bagaskara menggigit bibirnya. "Kita harus bantu!" "Jangan sekarang! Tunggu sebentar lagi!" Bantah Naraya. Raja babi itu berdiri di belakang Candy, dia memegang pisau. Pisau itu dihunuskannya ke punggung Candy. Candy menjerit keras. "Semuanya, selamat tinggal," gumam Candy. Dan badannya jatuh ke tanah. "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD