Dokter Gu Wei dan letnan Chen baru saja selesai sarapan, keduanya masih duduk di meja makan tanpa adanya topik pembicaraan. Dokter Gu tentu saja tidak pernah bisa berada di tengah kesunyian yang bisa saja membunuh jiwanya. Jadi dia berusaha membuka mulutnya ketika dia telah selesai meneguk segelas air, “Hmm, itu..aku harap letnan Chen menyukai masakanku hehehe. Setiap hari untuk kedepannya kau tidak perlu khawatir soal makanan, kau hanya perlu mengatakan mau makan apa. Eh, ngomong-ngomong kita kan akan menjadi housemate, jadi jangan canggung yah. "
Dokter Gu, "Ehm, aku akan memanggilmu Chen Yu saja, bagaimana? Eh kau juga bisa memanggilku Gu Wei, aku lihat kita sebaya, iyakan? Eh kau angkatan berapa?”
Dokter Gu tentu saja bukan hanya sekedar membuka mulut untuk berbasa-basi, kini sudah lima menit berlalu sejak mulut dokter Gu terus bersuara. Bahkan letnan Chen belum mengucapkan sepatah katapun ketika dokter Gu kembali berkata, “Kau jangan diam saja. Eh tapi karena kau diam, maka aku akan menganggapnya sebagai persetujuan.”
Dokter Gu adalah orang yang mengajukan pertanyaan, tapi dia juga adalah orang yang menjawab pertanyaannya sendiri. Dalam jangka waktu satu detik jika seseorang tidak menjawabnya, maka dokter Gu akan mengambil alih.
Letnan Chen, “….”
“Eh, apa kau tidak akan mengatakan satu atau dua kata, bicaralah. Aku mau mendengar suaramu.” Ujar dokter Gu.
“Terserah dokter Gu saja.” Balas Letnan Chen.
“Bagaimana bisa kau bisa menjadi kolot seperti ini? Aiya, jangan panggil aku dokter Gu. Kau harus memanggilku Gu Wei, okay?” Dokter Gu berbicara lagi sementara letnan Chen masih acuh tak acuh padanya.
Celotehan dokter Gu akhirnya berhenti setelah terdengar nada notifikasi dari ponselnya. Matanya yang sedari tadi tidak serius dan hanya menatap letnan Chen dengan tatapan mengejek, langsung berubah menjadi mata elang. Dokter Gu sedang membaca laporan dari devisi zat beracun. Itu adalah hasil dari analisis zat yang di dapatkan dari beberapa obat-obatan yang ditemukan dilambung mayat korban yang sudah dia autopsi kemarin malam.
“Hmm, Chen Yu. Kau ingat kan? Tadi malam aku mengatakan kalau aku harus ke TKP?” Dokter Gu tiba-tiba bersuara dan bertanya pada letnan Chen.
“En.” Letnan Chen mengangguk.
Dokter Gu, “Aku harus memeriksa sesuatu sekarang. Apa kau bisa pergi denganku, aku rasa..”
“Bersiaplah, kita akan pergi dalam 30 menit.” Ujar letnan Chen seraya bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan dokter Gu yang masih melongo di ruang makan.
Dokter Gu memprotes dan berjalan dibelakang letnan Chen, “Chen Yu! 30 menit? Aku masih harus bersiap-siap. Kau juga kan…”
Dokter Gu masih belum selesai dengan ucapannya, tapi pintu kamar letnan Chen sudah menutup dan menghadap wajah tampan dokter itu. Dokter Gu yang masih kesal hanya bisa mendengus sebelum akhirnya masuk ke kamarnya sendiri untuk bersiap-siap.
Setelah selesai bersiap-siap, mereka akhirnya pergi ke rumah korban. Dengan mengendarai mobil masing-masing, dokter Gu sampai duluan di TKP.
Dengan ekspresi angkuh dan bangga, dokter Gu mulai berbuat jahil dan memprovokasi letnan Chen lagi, “Hah..kau lihat kan? Aku adalah pembalap handal!”
Berharap mendapat pujian dari teman barunya itu, dokter Gu malah mendapatkan ucapan mematikan dari letnan Chen, “Kau akan ditangkap dan mendapatkan surat tilang jika berkendara seperti itu lagi. Berhenti membuat masalah.”
Letnan Chen kemudian diam sementara dokter Gu masih mengoceh dengan suara pelan, “Pepatah mengatakan ‘jangan menampar orang yang tersenyum’. Dia kolot sekali, hmmph.”
Tak lama berselang, sebuah SUV berwarna hitam tiba-tiba datang. Dua orang yang berada di dalam mobil itu segera turun. Secara alami itu adalah Jin Ling dan Fu Pei, dua asisten dokter Gu dari badan forensik Shanghai.
Jin Ling tampak glamour saat dia keluar dari mobil menggunakan kaca mata hitamnya, sementara Fu Pei tampak ramah dengan senyumannya.
“Selamat pagi dokter Gu, selamat pagi letnan Chen.” Fu Pei yang sopan tentu saja akan menyapa keduanya dengan baik.
“Oh Fu Pei.” Dokter Gu menyeringai dan menepuk pundak asistennya itu, sementara letnan Chen hanya mengangguk tanpa membuat suara.
Hingga tiba saatnya tuan muda Jin Ling yang baru saja mengambil sesuatu di bagasi mobil datang mendekat ke arah mereka. Kaca mata hitamnya itu terlihat mahal dan mewah. Logo LV berwarna silver terlihat begitu mencolok di bingkai kacamata pemuda itu. Tapi Jin Ling tidak sombong karenanya. Dia hanya tersenyum lebar ketika dia membungkuk dengan semangat pada dokter Gu dan letnan Chen, “Pagi semuanya.”
Tatapan mematikan dokter Gu seketika menghujam Jin Ling, dia kemudian merangkul Jin Ling dan berbisik, “Bocah tengik!! Kita harus bicara nanti.”
“Hah? Ada apa dokter Gu?” Jin Ling masih bermain bodoh dan dengan santai menjawab, "Apa yang ingin kau bicarakan?"
“Kau!! Awas kau yah” Dokter Gu mulai mengintimidasi Jin Ling.
Tapi Jin Ling berusaha mengelak dan tidak menyadari alasan kemarahan dari seniornya itu. Dia melepas kacamata berlabel LV itu ketika dia berbicara dengan suara tinggi, “Apa?! Kenapa? Memang apa salahku?!”
Merasa keributan lain akan segera memekakkan telinganya, Letnan Chen segera menghentikan kelakuan senior dan asistennya yang kekanak-kanakan itu.
Dia dengan dingin berkata, “Kalian terlalu ribut.”
Akhirnya dua orang pembuat keributan itu bisa tenang dan diam setelah keduanya mendengar tiga kata yang keluar dari mulut letnan Chen. Seketika suasana yang ramai dengan celotehan langsung berubah menjadi kondusif, sangat damai dan tanpa suara, hanya ada suara burung gereja di atas pepohonan.
Hingga tak lama berselang, mobil lain tiba di TKP.
Dari dalam mobil berwarna hitam itu juga, keluar dua orang laki-laki muda yang terlihat sebaya dengan Jin Ling dan satu tahun lebih muda dari Fu Pei. Kedua remaja laki-laki yang baru saja turun dari mobil itu tidak kalah tampan dari Jin Ling.
Yang satu memakai jaket jeans berwarna biru gelap, wajahnya tampan dan matanya sipit, terlihat sedikit mirip dengan letnan Chen. Remaja kedua yang memakai kaos putih dan kemeja hitam dengan kancing yang tidak terpasang tampak terlihat lebih tenang, wajahnya tenang dan senyumannya menyejukkan. Kedua remaja laki-laki itu berjalan mendekat menuju letnan Chen Yu dan memberi salam, “Letnan.”
Letnan Chen, “Bagaimana?”
“Lapor Letnan, kami tidak bisa menemukan karpetnya. Tampaknya mereka sengaja menyingkirkan barang bukti itu.” Remaja berkemeja hitam itu bersuara, suaranya sangat tenang ketika dia berbicara pada letnan Chen.
Dokter Gu sudah memahami masalah ini sejak remaja berkemeja hitam itu berbicara soal karpet. Tatapan mematikan dokter Gu langsung melayang ke arah Jin Ling, dia kemudian bertanya dengan suara dingin, “Eh Jin Ling, bukankah aku memintamu untuk mengambil karpet itu kemarin?”
Jin Ling sudah merasa terintimidasi sejak dia datang dan kini dia mungkin akan di marahi lagi oleh dokter Gu. Maka dengan ragu-ragu Jin Ling menjawab, “Hmm..itu, itu, karpet itu adalah karpet mahal. Kami tidak di izinkan untuk mengambilnya.”
Dokter Gu baru saja akan mengumpat karena kesal, tapi ketika dia baru saja akan membuka mulutnya, suara keras yang keluar dari mulut remaja tampan yang memakai jaket jeans itu menganggetkan dokter Gu, “Wah dasar!! Mereka akan dihukum karena ini. Akan aku pastikan mereka tidak lolos.”
“Si Zhui dan Jing Yi, kalian pergilah mencari tahu di mana karpet itu. Kita harus mendapatkannya.”kata Letnan Chen .
Remaja laki-laki yang sopan bernama Si Zhui itu tampak tenang dalam menjalankan tugas dari Letnan Chen, berbeda dengan anak laki-laki satunya yang bernama Jing Yi. Pemuda itu tampak geram dan tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
Baru saja kedua remaja laki-laki itu akan pergi menjalankan tugasnya, tapi dokter Gu secara tiba-tiba memanggil Si Zhui dan Jing Yi, “Eh, tunggu! Kalian tidak perlu mencari karpet itu.”
“Memangnya kenapa?” Jing Yi bertanya dengan wajah penuh rasa penasaran.
Dokter Gu hanya tersenyum, senyuman khas yang akan terpancar dari wajahnya apabila dia menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Dia teringat alas kaki plastik yang biasa digunakan untuk mengecek lokasi kejadian, alas kaki berwarna putih itu bisa menjadi kuncinya, “Aku bisa mendapatkan cara lain. Lagi pula karpet itu mahal, mereka pasti sudah menyembunyikannya.”
Si Zhui yang sopan tidak bisa menahan rasa penasarannya, “Maaf, tapi apa maksud dokter?”
Dokter Gu menepuk pundak kedua bawahan letnan Chen itu dan berkata, “Nak, kalian ikut saja ke lab. Dan dokter tampan ini akan menunjukkan sesuatu pada kalian.”
Jing Yi memprotes, “Nak? Kau pikir kami anakmu? Memang berapa usiamu?”
Letnan Chen menyela dengan suara stabil, “Jing Yi, tidak boleh tidak sopan.”
Jing Yi segera menutup mulutnya dan tidak berani berbicara lagi. Kedua polisi muda itu akhirnya masuk ke dalam mobil mereka. Sementara letnan Chen yang baru saja akan masuk ke dalam mobilnya sendiri tiba-tiba diikuti oleh dokter Gu.
Letnan Chen, “….”
“Ah, aku akan menumpang pada letnan Chen dan belajar bagaimana caranya mengendari mobil dengan baik. Mohon bantuannya yah.” Dokter Gu tersenyum cerah saat dia mengatakan hal ini. Sementara letnan Chen tidak mengatakan apa-apa lagi.
“Jin Ling, bawa mobilku. Kita akan akan bertemu di BFS, ada yang ingin aku bicarakan dengan letnan Chen.” Dokter Gu melemparkan kunci mobilnya pada Jin Ling sebelum akhirnya dia masuk ke dalam mobil dokter Gu.
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Letnan Chen menyalakan mesin mobilnya dan memutar arah.
"Hahaha, tidak ada yang ingin aku bicarakan. Hanya saja aku sedikit lelah dan malas untuk mengemudi ke BFS yang jauh." Kata dokter Gu sembari melambai-lambaikan tangannya pada para remaja laki-laki melalui jendela mobil letnan Chen.
Letnan Chen, "...."
"Aku bercanda, ahaha..." Dokter Gu, "Apa pendapatmu tentang kasus ini?"