A New Case II

1547 Words
RUANG AUTOPSI BADAN FORENSIK SHANGHAI, SHANGHAI. Di dalam ruang operasi yang cukup luas itulah autopsi akan dilakukan. Letnan Chen Yu dan jaksa Xifan juga berada diruangan yang sama, hanya saja ada dinding kaca transparan yang membatasi antara ruang autopsi dan ruangan tempat kedunya menunggu untuk melihat jalannya proses autopsi. "Menurutmu apakah ini adalah kasus pembunuhan? Aku yakin, ini ada kaitannya dengan suami nyonya itu. Apa kau tau? Dia bahkan tidak ada di TKP tadi. Eh siapa namanya?" jaksa Xifan berbicara pada letnan Chen dan dengan sembrono menyenggol siku letnan. Tapi letnan Chen terlalu malas untuk berbicara, dia diam sebelum akhirnya jaksa Xifan mengajaknya berbicara lagi. Ekspresi jaksa muda itu penuh dengan keluhan, “Aiya, letnan Chen. Kita sudah bekerja sama selama bertahun-tahun, dan lebih daripada itu, aku adalah teman sekolah mu sebelum kau ke akademi kepolisian. Jadi jangan terlalu mengabaikanku.” “Kau terlalu ribut. Berhentilah berbicara dan lihat saja nanti bagaimana hasil autopsinya.” Letnan Chen tampak semakin jengkel pada jaksa Xifan. Jaksa Xifan, "…" Dangan hanya beberapa kata yang keluar dari mulut letnan Chen, jaksa Xifan sudah berhasil di bungkam. Sang jaksa muda hanya menghela nafasnya. Mereka berdua memang bukan teman dekat, tapi letnan Chen Yu dan jaksa Xifan adalah teman semasa sekolah menengah. Jaksa Xifan selalu menempel pada Chen Yu, tapi Chen Yu tidak pernah menggubrisnya. Dibandingkan dengan Xifan yang cerewet, sang letnan tampan sangatlah irit dalam berbicara. Sepertinya satu atau dua kata adalah sesuatu yang mahal untuk seorang letnan Chen Yu. Tak lama berselang, tiga orang yang sudah memakai baju scrubs dan surgical gown masuk kedalam ruangan autopsi. Dan mayat wanita itu juga sudah terbaring diatas meja autopsi berbahan stainless steel. Dokter Gu adalah dokter yang bertugas mengautopsi mayat. Sementara itu, Jin Ling yang hanya dokter muda, bertugas mencatat semua tanda yang ada ditubuh korban. Tanda-tanda berupa luka atau memar yang bisa saja menjadi penyebab kematian korban. Sementara asisten kedua, Fu Pei, bertugas untuk memotret segala proses jalannya autopsi, termasuk memotret luka-luka serta hal-hal yang yang dianggap tabu. "Waktu menujukkan pukul 21.05, aku akan memulai proses autopsinya." Dokter Gu memberikan aba-aba. Proses autopsi bukanlah semacam proses yang memakan waktu singkat. Proses membedah dan memeriksa setiap bagian tubuh mayat, bisa memakan waktu berjam-jam lamanya. Jika waktu kematian korban belum melewati waktu 24 jam, maka proses autopsi tidak akan memakan waktu terlalu lama, paling singkat hanya 2 sampai 3 jam. Tapi mengingat mayat yang baru saja tiba di ruang autopsi dokter Gu itu sudah memiliki tanda-tanda dekomposisi, maka waktu untuk memeriksa organ-organ dalam akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan tentu saja hasil autopsi tidak semerta-merta bisa di simpulkan oleh seorang ahli forensik patologi. Dokter forensik yang baru saja menyelesaikan autopsi dan mendapatkan beberapa poin penting masih akan memastikan diagnosisnya. Dugaan sementara seorang dokter forensik tentu saja akan menjadi acuan para penyidik, tapi hasil dari lab untuk mendukung dugaan sementara itu akan menjadikan hasil autopsi menjadi lebih valid. Dan tentu saja jaksa Xifan mulai mondar mandir karena tak sabar, sementara letnan Chen Yu masih tetap tanang. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 01. 05 tengah malam, yang artinya sudah 4 jam sejak dokter Gu membedah mayat perempuan itu. Hingga setelah 4 jam berlalu, dokter Gu akhirnya menjahit mayat yang sudah dibedahnya itu dengan rapi. Mayat perempuan itu akhirnya di bawa keluar dari ruang autopsi, dan dokter Gu pun menghampiri kedua laki-laki yang sedari tadi sudah menunggunya. Jaksa tampan dengan penampilan glamor itu sudah tidak sabar dan segera menyampaikan keluhannya pada dokter Gu yang baru saja melepas surgical caps nya. "Dokter.." Jaksa Xifan memeriksa tanda pengenal yang menempel di jas putih dokter Gu, "Ehm, dokter Gu, kenapa kau lama sekali? Biasanya aku hanya menunggu selama 3 jam saja!" (Surgical Caps; topi operasi yang biasanya di pakai dokter saat melakukan operasi.) Dokter Gu hanya menepuk pundak jaksa Xifan sebelum akhirnya berbicara, "Tubuh korban sudah dalam tahap dekomposisi…” Xifan menyela dengan suara malas, “Aiya, bicaralah menggunakan bahasa manusia.” Bahkan sebelum sang dokter forensik menjawab tanggapan Xifan itu, letnan Chen Yu sudah terlebih dahulu berkata, “Pembusukan.” Dokter Gu melirik ke arah letnan Chen dengan tatapan kagum, dia sedikit menaikkan alisnya ketika kembali berbicara, “Aku menemukan beberapa luka di tubuh korban, beberapa tulang rusuk, tulang rusuk C4 dan C5 patah karena pukulan, namun ada yang aneh…" Jaksa Xifan, “Apanya yang aneh?” Dokter Gu terdiam dan tak menjawab, tapi tangannya mengeluarkan sebuah tabung kecil yang berisi cairan berwarna hijau gelap, cairan itu tampak menjijikkan dan kental. "Ini adalah cairan yang aku dapatkan dari lambung korban. Aku masih menduga hal-hal aneh itu, jadi aku masih belum bisa memberitahunya pada kalian.” Dokter Gu memperlihatkan tabung kecil itu dengan ekspresi bangga. Di waktu tengah malam dan seseorang tiba-tiba menunjukkan cairan menjijikkan yang berasal dari tubuh mayat, apa yang bisa diharapkan? Ya, wajah tampan letnan Chen bahkan sedikit berkerut ketika dia melihat cairan di dalam tabung kecil itu, sementara jaksa Xifan tampak jijik dan hampir muntah. Dokter Gu tersenyum ketika dia berbalik pada asistennya. “Bocah, eh maksudku Fu Pei. Bawa ini ke devisi zat beracun untuk diperiksa.” Si bocah jangkung, Fu Pei, dengan cekatan mengangguk dan membawa tabung kecil itu pergi. “Dokter Gu, kira-kira kapan hasil autopsinya akan keluar?” Letnan Chen bertanya dengan suara serak. Dokter Gu baru saja akan menepuk pundak letnan Chen seperti dia menepuk pundak jaksa Xifan, tapi letnan Chen buru-buru menghindari tepukan itu, seolah itu adalah hal yang menjijikan. Di tolak oleh letnan Chen, dokter Gu sama sekali tidak marah, dia malah tersenyum, menepuk telapak tangannya dan berkata, “Aku akan memberitahu kalian setelah aku memastikan satu hal.” Jaksa Xifan, "Apa itu?" "Kalimat terakhirku tadi adalah jawabannya, jaksa." Kata dokter Gu sembari tersenyum mengejek. Jaksa Xifan, "…." “Kalau begitu aku akan pulang, aku benar-benar lelah. Tolong kabari aku yah, ah Chen..ah maksudku letnan Chen, kau juga harus pulang dan beristirahat.” Jaksa Xifan juga akan menepuk pundak letnan Chen, tapi seperti dugaan, letnan Chen sekali lagi menghindar dari tangan yang akan menampar pundaknya itu. Dengan suara “hmmph,” jaksa Xifan keluar dari ruangan. Setelah mengangguk pelan pada dokter Gu, letnan Chen juga keluar dari ruangan. Baru ketika langkah kaki letnan tampan itu sampai di koridor, dokter Gu memanggilnya lagi dan berbicara dengan suara pelan, "Letnan Chen, aku ingin agar tidak seorang pun masuk ke TKP. Ada yang harus aku periksa besok pagi.” (TKP:Tempat Kejadian Perkara) Letnan Chen, “Apa ini rahasia?” “Hah.?” Dokter Gu bertanya dengan wajah polos. Letnan Chen, “Kau berbicara dengan suara pelan dan terkesan bisik-bisik. Jadi..” “Aiya, tentu saja tidak. Ini sudah tengah malam, aku tidak mau membuat keributan.” Dokter Gu tertawa, kali ini dia berhasil menepuk pundak letnan Chen Yu. Ada senyuman bangga di balik perilaku sembrononya itu. Letnan Chen, “…..” Pada akhirnya Letnan Chen mengangguk dan menyetujui permintaan dokter Gu Wei itu. Keduanya berpisah setelah percapakan singkat di koridor. */ Dokter Gu baru saja keluar dari gedung untuk kemudian berjalan ke tempat mobilnya di parkir, tapi mata lelah dokter Gu kembali cerah saat dia melihat Jin Ling tengah berdiri sambil membuka bungkus sosis. Baru saja asisten muda malang itu akan memasukkan sosis sapi itu ke dalam mulutnya, tapi dokter Gu lebih cepat dan merampas sosis sapi milik Jin Ling, “Terima kasih, kau memang baik.” Jin Ling, "…" Jin Ling hanya bisa mengutuk di dalam hatinya, “Dia dokter apa seorang pencuri? Untung dia adalah orang yang membeli rumahku, kalau tidak aku pasti akan…” “Jangan mengutukku di dalam hati. Jadilah anak baik.” Dokter Gu melahap gigitan terakhir sosis milik Jin Ling itu. Jin Ling, “….” Jin Ling sekali lagi mengamati seniornya itu dengan wajah penuh kekaguman, “Dia dokter, apa seorang cenayang? Kenapa dia bisa tahu kalau aku sedang mengutuknya?” Jin Ling akhirnya hanya bisa pasrah dengan kelakuan nyeleneh seniornya itu. Ketika sosis di tangannya sudah hilang, dokter Gu menyeka mulutnya menggunakan tisu dengan penuh ke anggunan. Setelah selesai, dia kemudian mengajak Jin Ling bergosip, "Eh, apa kau kenal Letnan Chen Yu?" Jin Ling mengagguk dan tidak mengatakan apa-apa. Tapi mata remaja itu berusaha melarikan diri dari tatapan dokter Gu. Dokter Gu kembali melanjutkan, "Dia benar-benar aneh, kenapa dia begitu pendiam? Apa dia seorang dengan Hephephobia? Dia benar-benar benci dengan kontak fisik. Tapi semua itu tertutupi oleh wajahnya yang tampan tapi dingin, aku yakin dia adalah sosok yang baik." (Hephephobia; Ketakutan disentuh) Jin Ling sepertinya akan memuntahkan semangkuk darah ketika dia mendengar dokter Gu memuji letnan Chen Yu. Tapi pada akhirnya, Jin Ling hanya berkata dengan suara malas, “Ah..kau benar.” “Eh, naiklah aku akan mengantarmu pulang.” Dokter Gu begitu ramah saat dia mulai menarik lengan Jin Ling. “Ah, tidak perlu dokter. Tempat tinggalku sangat dekat, lagi pula aku sudah janjian dengan Fu Pei. Kau duluan saja.” Jin Ling benar-benar tidak mau menghabiskan waktunya untuk mendengar semua ocehan dokter Gu. Akan menjadi malapetaka untuknya jika dokter Gu mengetahui kebenaran kalau dialah sumber masalah yang akan dihadapi dokter Gu nantinya. Jin Ling menatap ke arah mobil dokter Gu saat kemudian mobil baru dokter Gu itu akhirnya meninggalkan gedung dengan bunyi klakson. Kaki Jin Ling terasa keram, ia segera menarik napas dan berkata, “Dia akan membunuhku besok.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD