Dalam sekejap mata, para penjahat yang terlibat dalam sindikat pengedaran narkoba terbesar di kota Shanghai itu akhirnya dikepung oleh para polisi. Sirene mobil polisi tidak berhenti berbunyi dan membuat orang-orang yang berada dalam radius beberapa meter, serta orang-orang yang tinggal di area kecil itu keluar untuk menyaksikan kejadian ini.
Si Zhui entah darimana muncul dengan ekspresi khawatir. Dia adalah tipikal orang yang tidak mudah bersikap panik, tapi kali ini dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan eskpresi manusiawinya itu ketika dia melihat sang atasan, Letnan Chen harus duduk di aspal jalan karena salah satu kakinya telah di tembak menggunakan pistolnya sendiri oleh salah satu penjahat.
“Kita harus segera ke rumah sakit!” Kata Jing Yi yang hampir menangis.
“Tidak, aku harus memberitahu para petugas agar mereka segera pergi ke club malam itu.” Suara letnan Chen masih stabil ketika dia berkata, “Mereka akan menghilangkan bukti-bukti penting itu. Kita..”
“Kita apa?!!” Tanpa di duga dokter Gu membentak letnan Chen. Biji matanya hampir keluar ketika dia menggulung lengan bajunya, “Kau harus di obati dulu! Apa kau mau kehilangan kaki kananmu?!”
Letnan Chen, “….”
“Aku yang akan memberitahu mereka.” Kata Si Zhui.
Pemuda dengan kepribadian setenang gunung Taisan itu segera berlari ke arah para polisi untuk menyampaikan ucapan letnan Chen.
Dokter Gu masih mengoceh, “Jing Yi, cepat ambilkan aku…”
Dokter Gu, “…”
Letnan Chen, “….”
“Aku, aku, apa yang harus aku katakan pada bibi?! Dia akan memukuliku karena tidak bisa menjagamu ge! Kakimu terluka sekarang, aku…” Kemustahilan dan hal yang tidak akan pernah dilihat oleh dokter Gu untuk kedua kalinya di masa depan adalah melihat Jing Yi, si bocah angkuh dan barbar itu menangis.
Jadi ketika dokter Gu melihat pemuda yang terlihat seperti pemuda yang kurang etika itu menangis, dokter Gu tidak bisa tidak tertegun.
Dokter Gu, “Kau.., kau menangis?”
Jing Yi segera berdiri dan berusaha mengalihkan pembicaraan, “Apa yang harus aku ambil?”
Dokter Gu menahan tawanya, “Ah, itu, ada kotak obat dan peralatan medisku di dashboard mobil. Ambil dan bawa kemari.”
“Apa ada yang terluka?” Seorang petugas medis tiba-tiba datang.
“Disini!!” Dokter Gu segera berteriak.
Di waktu yang hampir bersamaan, Jing Yi tiba dengan kotak medis berwarna putih di tangannya. Dia segera memberikan kotak itu pada dokter Gu.
“Kita harus membawanya ke rumah sakit. Ada peluru di kakinya, di perjalanan, aku akan mensterilkan lukanya dulu. Cepatlah bawa tandu kemari kawan, jangan diam saja.” Dokter Gu tampak tidak sabaran ketika dia dengan seenaknya memerintah petugas medis itu.
Petugas medis itu, “….”
Dokter Gu segera memerintahkan para petugas medis untuk membawa letnan Chen ke dalam ambulans sementara dia dengan cekatan membawa peralatan medisnya masuk ke dalam ambulans untuk menyusul letnan Chen.
Jing Yi yang hampir menitihkan air mata lagi tiba-tiba diseret oleh Si Zhui atas perintah dokter Gu, "Pemuda ini juga harus dibawa ke rumah sakit. Aku takut dia akan mengalami syok ataupun kejiwaannya yang terganggu. Itu akan berakibat bahaya bagi orang sepertinya."
Jing Yi, “….”
Si Zhui, “Baik.”
Setelah memastikan para petugas polisi melakukan tugasnya dan menangkap para penjahat, mobil ambulance yang membawa letnan Chen dan juga dokter Gu akhirnya pergi dari tempat kejadian. Dokter Gu membuka kotak berisi peralatan medisnya dan mengambil gunting. Dia secara cekatan menggunting celana panjang letnan Chen. Darah akhirnya terlihat membasahi betis letnan Chen yang putih.
Tugas medis itu tidak bisa tidak bertanya ketika dia melihat orang asing melakukan prosedur medis pada seorang pasien, "Maaf, apakah anda adalah dokter?"
"Aku dokter forensik." Dokter Gu tersenyum ketika dia mengatakan hal ini, membuat bulu kuduk petugas medis itu merinding.
Dokter Gu mengalihkan pandangannya pada letnan Chen. Dia berkata, "Aku akan mensterilkan lukamu terlebih dahulu. Aku tidak bisa secara sembarangan mengeluarkan peluru yang bersarang di kakimu. Kita membutuhkan tempat yang steril untuk melakukan prosedur itu. Tetapi luka tetap harus segera di sterilkan agar bakteri tidak berkembang."
Dokter Gu sibuk berbicara dan di waktu yang bersamaan tangannya juga sibuk menuang alkohol ke luka letnan Chen.
Menyiram luka dengan alkohol tentu saja akan memancing rasa sakit yang bisa membuat seseorang menjerit. Tetapi hal ini tidak berlaku pada letnan Chen, selain mengerutkan dahi, letnan tampan itu hanya mengeluarkan suara "ah" yang hampir tidak terdengar dari mulutnya.
Melihat hal ini dokter Gu tidak bisa tidak berkomentar, "Berteriaklah jika memang sakit. Kau adalah manusia dan bukan kapten America. Kapten America juga bahkan berteriak karena kesakitan."
Letnan Chen, "Terimakasih Gu Wei."
Dokter Gu, "Inilah yang aku takutkan. Jangan berterimakasih padaku. Aku paling takut dengan kata 'terimakasih', apalagi jika itu berasal darimu. Kita sudah melewati hidup dan mati setelah kejadian ini, jadi jangan sungkan padaku lagi. Kini kau sahabatku."
Letnan Chen, "…"
Menghabiskan 20 menit di perjalan dengan ocehan tidak berguna dari dokter Gu sebagai hiburan, mereka akhirnya tiba di rumah sakit Shanghai.
Letnan Chen langsung dibawa ke IGD untuk segera ditangani. Sementara itu dokter Gu menunggunya di koridor rumah sakit sembari duduk. Bajunya yang semula rapih, yang semula telah dia dipersiapkan untuk acara reuni kini tampak acak-acakan, sangat kusut dan tampak tidak rapih lagi.
Selang beberapa saat, dokter yang bertugas untuk menangani letnan Chen akhirnya keluar. Dokter Gu segera bertanya, "Bagaimana keadaannya?"
"Anda tidak perlu khawatir, letnan Chen baik-baik saja. Aku sudah mengeluarkan peluru yang bersarang di betisnya. Hanya saja dia mungkin membutuhkan tongkat untuk berjalan." Kata dokter itu.
"Terima kasih dokter." setelah mengatakan hal itu, dokter Gu langsung pergi menemui letnan Chen yang bahkan sudah duduk di ranjang nya dengan kaki tergantung.
"Kau mau ke mana?" Melihat letnan Chen akan segera turun dari ranjang, dokter Gu tidak bisa tidak memarahinya letnan itu.
"Aku harus menginterogasi mereka dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar. "Kata letnan Chen.
"Kakimu baru saja di gips, kau akan kesulitan berjalan tanpa menggunakan tongkat. Apakah kau pikir hanya kau yang polisi yang ada di sana? Berhentilah bersikap keras kepala Chen Yu! Beristirahatlah dulu." Kata dokter Gu Wei.
Letnan Chen menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Gu Wei, maafkan aku. Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu. Gu Wei, aku harus pergi."
Letnan Chen akhirnya berdiri, tetapi dia masih belum memiliki tongkat, akhirnya dengan enggan dan acuh tak acuh dokter Gu mamapah letnan Chen sembari mengomel, "Oke, baiklah, baiklah, kau memang pahlawan. Tetapi sebelum kita kembali ke kantor polisi, kita harus mengambil tongkat untuk kau pakai terlebih dahulu. Kau tidak mungkin kan menjadikan ku tongkat selama beberapa hari ke depan?"
Letnan Chen tanpa diduga duga tersenyum. Dia kemudian berkata, "Bagaimana keadaanmu? Kenapa kau tidak mendapatkan penanganan dari dokter?"
"Apa yang bisa aku dapatkan? Aku baik-baik saja, hanya saja.." Dokter Gu tidak melanjutkan ucapannya.
"Hanya saja apa?" Tanya letnan Chen.
Dokter Gu, "Mobil yang baru aku beli beberapa hari yang lalu harus mengalami kerusakan." Dokter Gu dengan ekspresi sedih di wajahnya berkata, "Beruntung aku tidak memakai mobil tuan muda itu, jika aku memakai mobil barunya hanya untuk sekedar pamer dan hal ini menimpa mobil barunya, dia pasti akan mengutukku! Bahkan dengan gajiku selama setahun, aku tidak akan bisa membayarnya."
"Kau tidak perlu khawatir, kami akan segera membayar biaya perbaikannya." Kata letnan Chen.
"Tentu saja kalian harus melakukan hal itu. Aku bukanlah orang dermawan yang baik hati." Dokter Gu mengambil tongkat yang diberikan oleh apoteker, tapi mulutnya masih berbicara, "Jangan memberiku spanduk sutra. Aku tidak memerlukannya, biaya perbaikan mobil adalah yang terbaik."
(Spanduk sutra: Semacam tanda penghargaan yang diberikan pada seseorang yang berjasa pada negara)
Letnan Chen tersenyum dan mengangguk. Keduanya akhirnya pergi dari rumah sakit dan pergi menuju ke kantor polisi.
*/
"Di mana mereka sekarang?" Begitu melihat Si Zhui, letnan Chen langsung bertanya.
Sementara itu, Si Zhui terlihat kebingungan karena atasannya itu sedang sakit dan malah menuju ke kantor polisi bukannya beristirahat di rumah sakit, tetapi pemuda itu tidak berani untuk bertanya.
Menyadari isi pemikiran bawahannya yang telah dia didik dan bekerja bersamanya selama beberapa tahun, letnan Chen dengan suara lembut berkata, "Aku baik-baik saja."
Baru saat itulah ekspresi Si Zhui menjadi mengendur.
"Mereka belum masuk ke dalam ruang interogasi, letnan. Petugas masih menunggu aba-aba darimu. Mereka ditempatkan di dalam sel yang berbeda. Komplotan yang ada di dalam klub malam juga sudah ditangkap dan penggeledahan tengah dilakukan. Gedung itu sekarang dalam pengawasan kita." Kata Si Zhui.
Menyadari bahwa remaja ini hanya sendirian tanpa adanya satu remaja menyebalkan lainnya. Letnan Chen tidak bisa dia bertanya, "Kemana Jing Yi? Bagaimana kondisinya?"
"Baik-baik saja, dia sedang beristirahat." Letnan tidak perlu khawatir." Kata Si Zhui lagi.
"Aku sendiri yang akan menginterogasi mereka. Bawa bos mereka ke ruang interogasi." Letnan Chen berbalik untuk berbicara kepada dokter Gu, "Gu Wei, terima kasih karena mengantarku. Mobilmu akan segera kami urus, untuk sementara tinggallah di sini atau jika kau ingin kembali ke rumah, kau bisa memakai mobilku." Letnan Chen menyerahkan kunci mobilnya pada dokter Gu.
Tetapi dokter Gu menolak dengan senyuman, sebagai gantinya dia berkata, "Aku akan beristirahat sebentar di sini bersama dengan Si Zhui"
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi dulu." Letnan Chen dengan kakinya yang masih di gips berjalan tertatih menggunakan tongkatnya menuju ke ruang interogasi.
"Dokter Gu, kau sebaiknya beristirahat di ruangan kami saja. Ada Jing Yi di sana, aku akan mengantarkanmu kesana." Kata Si Zhui dengan senyuman ramah di wajahnya.
Dokter Gu mengangguk lalu mengikuti Si Zhui.
Langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara letnan Chen kembali terdengar. Si Zhui segera berlari ke arah atasannya itu dan bertanya, "Ada apa letnan? Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?"
"Narapidana itu, tangkap dan bawa dia kemari. Kita harus segera membawanya, dia masih sama dan tidak berubah sama sekali." Letnan Chen memerintahkan.
Si Zhui masih menyimpan pertanyaan akan perintah dari atasannya itu, tetapi kembali ke awal, dia hanyalah bawahan yang harus mematuhi atasannya tanpa banyak bertanya. Tetapi sejumlah pemikiran telah ada di dalam kepalanya ketika perintah ini diberikan padanya. Dan secara cekatan dia langsung mengangguk dan mengiyakan perintah letnan Chen.
Perintah letnan Chen itu tentu saja bukan tanpa alasan, letnan tampan itu sudah memperkirakan dan memikirkan hal ini semenjak penyamarannya dan Jing Yi diketahui. Letnan Chen telah mengikuti semua arahan yang di dikatakan oleh mantan bandar narkoba yang telah bebas dari penjara itu, tetapi nyatanya letnan Chen masih saja tertangkap. Dan hal ini tentu saja mengundang kecurigaannya.
Letnan Chen tengah berada di ruang interogasi. Ada bos mafia narkoba yang duduk di sebuah kursi dengan ekspresi acuh tak acuh seolah-olah perbuatannya selama ini bukanlah perbuatan yang salah. Dan ketika tatapannya menyapu kaki letnan Chen yang terluka, senyuman bahagia muncul di wajahnya.
"Aku tidak perlu menanyaimu dengan banyak pertanyaan. Katakan padaku, apakah Song Group terlibat dengan kalian?" Tanya letnan Chen.
"Apakah bajingann itu yang memberitahumu?" Suara bos mafia itu terdengar sangat angkuh ketika dia mengatakan hal ini.
Letnan Chen tidak menjawab, dan bos mafia narkoba itu melanjutkan ucapannya, "Kalian akan pergi untuk menemuinya sekarang. Aku takut bahwa kalian tidak akan sempat, mungkin saja tubuhnya telah terpisah dengan jiwanya."
Emosi letnan Chen naik ketika dia mendengar hal ini, tangannya menampar meja ketika dia berkata, "Kau membunuhnya?!"