A City Called Beijing

1562 Words
Pengunduran diri dokter Gu menghebohkan semua rekan timnya di Badan Forensik Beijing (BFB). Pimpinan BFB sebenarnya sangatlah berat untuk melepas seorang dokter muda berbakat dengan kemampuan analisa yang mumpuni seperti dokter Gu ini. Tapi uang di atas segalanya, kemampuan seseorang hanyalah salah satu contoh kecil yang bisa dibeli dengan uang. Dan tentu saja ia tidak akan mau kehilangan mukanya untuk memaksa dokter Gu tetap bekerja di badan forensik terbesar di China itu. Dokter Gu memasukkan semua barang-barangnya ke dalam box besar berwarna coklat muda. Buku-buku serta beberapa peralatan bedah miliknya sudah memenuhi box itu. Hanya id card dan jas putih yang tersisa. Dokter Gu melihat jas dokter yang biasa dipakainya itu sambil tersenyum. Ia memandang border tulisan "Ahli Forensik BFB, dokter Gu Wei." di saku bajunya. Bibirnya melengkung, senyuman pahit muncul dari wajah tampan dokter Gu Wei, "Aku pergi." Dengan senyum cerah khasnya, dokter Gu berjalan keluar dari gedung yang selama ini sudah menjadi rumah keduanya itu. Ia pulang ke rumah orangtuanya yang jarang sekali ia singgahi. Ayah dokter Gu yang juga seorang pensiunan dokter Forensik tidak pernah menyalahkan keputusan yang telah di ambil oleh putranya itu. Sebaliknya, rasa kagum dan bangga karena putranya mampu mempertahankan hati nuraninya membuat hati ayah dokter Gu menjadi semakin bersyukur. Ibu dokter Gu juga tidak banyak berbicara saat ia mengetahui kabar pengunduran diri putra tunggalnya itu, wanita paruh baya itu hanya bisa mendukung dokter Gu dari belakang. Hanya saja semenjak dokter Gu memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, ia takut jika ia akan menjadi beban keluarganya. Walau kakak perempuan dokter Gu sudah menikah dengan salah seorang dokter bedah saraf terbaik di rumah sakit Beijing dan tidak lagi membebani keluarga, tapi dokter Gu masih khawatir jika malah dirinya sendiri yang akan membebani keluarganya. Selain itu keluarga Gu selalu di kenal karena garis keturunan yang sempurna. Mereka baik dalam pekerjaan, keluarga baik-baik dengan garis keturunan dokter, keluarga dengan keindahan setiap anggota keluarganya, dan masih banyak julukan yang para tetangga sematkan untuk keluarga dokter Gu Wei. Tapi jika kabar pengunduran dirinya tersebar, dokter Gu Wei takut jika keluarganya akan menjadi bahan omongan para tetangga. Itu pastilah akan melukai hati keluarganya. "Fuqin, Muqin, putra kalian yang paling tampan pulang." dokter Gu memberi salam. Jika para anak jaman sekarang akan memanggil ayah mereka dengan sebutan “papa” dan memanggil ibu mereka dengan sebutan “mama”, maka tidak dengan dokter Gu Wei. Dokter humoris itu menggunakan istilah kuno yang biasa di gunakan oleh para anak-anak di era dinasti kuno, dokter Gu memanggil ayahnya dengan sebutan “Fuqin” dan memanggil ibunya dengan sebutan “Muqin”. (Fuqin = Fucin; Muqin; Mucin. Penyebutan “Q” dalam bahasa china “Ch”) "Xiao Gu…” Suara serak itu adalah suara ayah dokter Gu Wei, Wajahnya sudah tua, tapi jika orang melihat lebih jauh, maka ketampanan masa muda ayah dokter Gu itu tidak jauh berbeda dari seorang dokter Gu Wei. "Aiya, Fuqìn..putra ini merindukanmu." dokter Gu meletakkan box coklat yang sedari tadi dibawanya itu, lalu kemudian berlari ke pelukan pria paruh baya itu. “Berapa usiamu dan kau masih memeluk orangtua ini seperti anak kecil.” Ayah dokter Gu mendengus, tapi tangannya masih menepuk pundak putra bungsunya itu. “Xiao Gu.” Suara lain menyapa dokter Gu dari balik dinding, itu bukanlah suara ibunya. Tapi laki-laki paruh bayah lainnya muncul, usianya tidak jauh berbeda dari ayah dokter Gu. “Jiang pa.. kapan kau datang?” Wajah bahagia dokter Gu menyapa laki-laki itu. Dokter Gu kemudian beralih lalu kemudian memeluk laki-laki yang di panggilnya dengans sebutan “Jiang Pa (Ayah Jiang)” itu. Pria paruh baya yang ia panggil ayah itu tentu saja bukanlah ayah kandung dokter Gu. Dia adalah sahabat ayah dokter Gu yang datang dari Shanghai. Namanya Jiang Cheng, Profesor Jiang Cheng lebih tepatnya. Sama seperti Gu Wei dia juga seorang ahli forensik. Kalau Gu Wei adalah spesialis patologi forensik, Profesor Jiang Chen adalah ahlinya toksikologi forensik. (Patologi Forensik : Cabang ilmu inilah yang membawahi pemeriksaan bedah mayat (otopsi), bekas luka yang ada pada jenazah, posisi jenazah yang tak wajar, serta pemeriksaan lainnya; Toksikologi Forensik: Ilmu ini terkait dengan analisis kimia, farmasi/obat-obatan yang menyangkut kematian atau keracunan. Selain itu ilmu ini juga membahas tentang obat-obatan terlarang) Profesor Jiang melirik box coklat yang dibawa oleh dokter Gu itu, ia kemudian bertanya, "Apa yang ada di dalam kotak itu Xiao Gu?” "Aku mengundurkan diri Pa, hahaha Jiang pa tidak perlu khawatir." kata dokter Gu Wei sambil melahap kue keranjang. Ia berbicara seolah kehilangan pekerjaan adalah sesuatu yang amat sangat membanggakan. Profesor Jiang, “…..” Ayah dokter Gu, “Ahahaha, bocah ini.” Walau ibu dokter Gu bukanlah wanita yang akan memaksa putranya, tapi mendengar reaksi putra bungsunya itu yang agak aneh, ia segera berteriak dari dari dapur, "Dasar bocah tengik, berhentilah membuat kami orangtuamu khawatir. Jiang Pa mu bahkan tidak bisa berkata-kata lagi ketika mendengar ucapanmu itu!!" Ini memang bukan kali pertama dokter Gu berbuat baik, dan kebaikannya sering kali dianggap sebagai kebodohan yang akan menjatuhkan dirinya sendiri. Kejadian yang hampir sama juga pernah terjadi ketika dokter Gu masih berada di bangku SMA. Ia nyaris tidak bisa lulus dari SMA nya hanya karena memberikan napas buatan untuk seorang gadis. Itu bahkan bukanlah sebuah perilaku cabul mengingat dokter Gu sendiri tau mengenai prosedur pertolongan itu, tapi nyatanya sang gadis malah memfitnahnya karena telah melecehkannya. Dokter Gu masih menguyah kue keranjangnya, ia sangat santai ketika berbicara dengan mulut penuh, "Muqin, bukan hanya manusia yang memerlukan keadilan. Manusia yang berubah menjadi mayat pun harus mendapatkannya agar dia bisa beristirahat dengan tenang. Dan aku tidak pernah menyesali keputusanku ini, bukankah aku sangat membanggakan, benarkan Fuqin, Jiang Pa?" Ayah dokter Gu terbatuk, sangat canggung sekali ketika melihat pria tua ini memalingkan wajahnya dari putra bungsunya itu “Uhuk uhuk…” Profesor Jiang tidak menanggapi, “…..” Sesaat kemudian Profesor Jiang dan ayah dokter Gu tertawa terbahak-bahak. Ayah dokter Gu bangga dengan sikap anak bungsunya itu, begitu pula Profesor Jiang. "Xiao Gu, aku akan kembali ke Shanghai lusa. Dan kebetulan departemen forensik kami kekurangan orang. Apa kau tertarik?"kata profesor Jiang. Mata dokter Gu berbinar-binar, “Jiang Pa, kau serius? Aku benar-benar mau. Aku akan mengemasi barang-barangku dengan segera.” Sungguh keberuntungan yang langka, hari ini dipecat dan hari pula mendapat pekerjaan. Beruntung sekali Profesor Jiang datang, mereka benar-benar berjodoh. Tapi sebuah kemungkinan buruk terlebih dahulu di ucapkan oleh professor Jiang, walau ia takut itu akan menyinggung orangtua dokter Gu, tapi bagaimana pun mereka harus tau. Profesor dengan sangat tidak enak hati berbicara, "Bibimu mungkin akan sedikit menyusahkanmu. Maafkan aku Lao Gu, Gu Mama, mungkin aku..” Mendengar ucapan sahabatnya itu, ayah dokter Gu hanya tersenyum, “Kami tentu saja tidak akan pernah menyalahkan kalian. Aku tau istrimu hanya berusaha mendidik Xiao Gu kami, jadi jangan khawatirkan itu. Aku juga tau putraku ini sangatlah bandel dan menjengkelkan. Aku dan istriku hanya bisa mengucapkan terima kasih pada kalian.” “Itu benar, kau jangan membebani dirimu sendiri Lao Jiang.” Ibu dokter Gu Wei menambahkan. Istri Profesor Jiang bukanlah orang yang ramah, dan inilah yang selalu menjadi kekhawatiran seorang Profesor Jiang Cheng. Sejak Gu Wei menempuh pendidikan di Shanghai dan tinggal di rumah keluarga Jiang, ia tak pernah bersikap baik pada Gu Wei. Istri Profesor Jiang selalu mengira Gu Wei sudah merebut ayah dari putra tunggalnya sendiri. "Aku tidak apa-apa Jiang Pa. Aku akan mencari tempat tinggal sendiri. Aku kan pernah tinggal di Shanghai cukup lama. Tapi aku mungkin akan merepotkan Jiang Pa dan nyonya Jiang untuk beberapa hari." balas dokter Gu Wei dengan senyuman ramah. Dua hari kemudian adalah hari kepulangan Profesor Jiang, dan di hari itu juga Gu Wei bertolak ke Shanghai bersama ayah angkatnya itu. Di dalam pesawat keduanya berbicara banyak hal. Profesor Jiang nampak jauh lebih cerewet dari sebelumnya, "Kenapa kau lebih memilih bekerja di Beijing daripada di Shanghai?bukankah kau lulusan Universitas Fudan?" Profesor Jiang mengalami kesulitan saat memasang sabuk pesawatnya, sementara mulutnya tidak berhenti bicara pada Gu Wei. Gu Wei tertawa melihat laki-laki yang panggilnya “Jiang Pa” itu dan membantunya memasang seat belt pesawat, "Jiang Pa, kau sudah tua, masih saja sibuk dengan urusan anak muda. Lihatlah kau bahkan kesusahan memasang sabuk pengaman ini. Kau pasti membuat Jiang Qing jengkel.” Profesor Jiang mendengus, "Anak itu, aku bahkan tidak yakin ia masih menganggapku sebagai ayah. Dia jarang kembali ke rumah, kehidupannya di rumah sakit lebih berharga dari keluarganya. Eh, jangan mengalihkan topik. Apa kau tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?” Setelah mengajukan keluhan terhadap tingah laku putra semata wayangnya, Profesor Jiang kembali memaksa dokter Gu untuk berbicara. Dokter Gu tersenyum ke arah Profesor Jiang dan ia berbicara dengan suara renyah, "Jiang Pa, kau kan juga tau kalau tim forensik Beijing adalah yang terbaik di negeri ini. Sejak remaja aku sudah bercita-cita masuk kesana. Pertama kali masuk aku benar-benar merasa seperti memenangkan lotre. Tapi siapa sangka, di dalamnya tidak hanya ada mayat yang membusuk, tapi manusia yang masih bernapas pun memiliki kebusukan. Ahahah. Selain itu keluargaku juga menetap di Beijing.” Profesor Jiang mendesah lalu kemudian dia menepuk pundak anak angkatnya itu, "Aku tidak tau harus berkata apa lagi padamu Xiao Gu. Kau kehilangan pekerjaan tapi kau malah senang. Hmmph, tapi kau benar-benar membuatku dan orangtuamu bangga. Ingatlah, itu adalah contoh dari kehidupan yang buruk dan kau jangan hidup seperti itu." Gu Wei mengangguk, “Aku tidak akan hidup seperti itu. Jiang Pa tenang saja.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD