Willy mengambil ponsel Mia yang diarahkan tepat di depan kedua matanya, meneliti layar ponsel itu dengan serius. “Lo s e k s i,” ucap Willy dengan menurunkan ponsel tersebut dan meletakkannya ke atas meja. Kedua tangan Mia yang berada di atas pangkuan saling mencengkeram dengan erat, kedua matanya pun menatap Willy kian tajam setelah mendengar ucapan pria itu. “Kamu jual aku?!” sentak Mia. Willy mengisap rokok elektriknya terlebih dahulu, meniupkan sisa asapnya ke udara, membiarkan asap beraroma mendominasi udara di ruangan itu. “Dia mau, kenapa nggak gue kasih? Uangnya juga lumayan, nanti gue transfer ke rekening lo. Lagian lo punya gue, Mia, suka-suka gue mau ngejual lo atau nggak. Tugas lo juga cuma ngangkang doang sama d e s a h …. Gue lakuin itu juga ada sebabnya.” “Sebab apa ya

