“Mama nggak akan paham alasan aku jadi kayak gini!” ucap Willy dengan frustrasi. “Kayak gini apa yang kamu maksud, Willy?! Mama nggak pernah nuntut kamu, Mama nggak pernah maksa kamu, Mama cuma minta satu hal, jangan jadi kayak ayah kamu, Willy! Jangan jadi kayak dia!” Urat-urat leher dan pergelangan tangan Willy terlihat dengan jelas dengan kedua bola mata yang menatap tajam dan napas yang memburu. Willy sangat benci saat dia disamakan dengan Alex, pria paling bajing.an yang sialnya menjadi ayah biologisnya. Willy dan Alex bukan orang yang sama walaupun mereka memiliki hubungan darah. Willy bahkan enggan mengakui Alex sebagai ayahnya. “Kamu lupa sama yang Mama bilang waktu itu? Perempuan bukan mainan, dan perempuan itu rapuh. Kalau kamu datang cuma buat nyakitin, lebih baik kamu pergi

