13. Akhirnya ketemu

1253 Words
"Van Russtell, walikota Distrik 4 hari ini ditemukan meninggal dunia." Markus memberikan laporan. Pria itu mendekat pada tuannya dan menunjukkan pesan yang dikirim oleh salah satu informannya yang ada di Distrik empat. Berita kematian walikota yang bahkan belum diketahui oleh masyarakat distrik tersebut. Van Russtell ditemukan tewas secara mengenaskan di salah satu rumah sakit terbengkalai yang ada di kawasan Distrik empat. Markus menggeser notepadnya. Di sana ada beberapa foto TKP pembunuhan serta kondisi jenazah. Sekilas bila dilihat dari depan, kondisi mayat walikota terlihat biasa saja. Tergeletak di atas rerumputan dalam kondisi utuh dengan beberapa bercak darah. Bagian perutnya tampak tergores oleh benda tajam. Mungkin itulah penyebab kematiannya. Namun itu hanyalah foto pertama. Masih ada foto - foto selanjutnya yang membuat hal ini dikatakan mengenaskan. Dari depan mayat itu memang tampak utuh, namun setelah di balik orang - orang pasti akan membeliakan matanya. Tercengang sekaligus ngeri. Punggung mayat tersebut bolong. Terlihat tulang belakannya yang berlubang dan kroak, darah menetes dimana - mana seperti dicabik - cabik binatang buas. Namun orang sudah pasti tahu bahwa bukan binatanglah yang melakukan hal ini. Melainkan.... "Daemon." Markus mengangguk, "Sepertinya begitu." Jeda sejenak dia menambahkan, "Tapi bukan hanya ini." Markus lalu menggeser notepadnya menunjukkan foto di slide berikutnya. "Tapi di dalam rumah sakit itu terlihat seperti ada pembantaian." Foto - foto darah yang berceceran serta beberapa mayat Daemon dan juga mayat manusia tampak tergeletak di sana - sini. Mayat itu ada yang utuh ada juga yang hanya berupa beberapa potongan tubuh. Kondisi rumah sakit itu sudah nyaris seperti tempat jagal. Boss Ribel News mengerutkan kening. Bertanya - tanya, "Kenapa ada sekumpulan Daemon serta manusia di sana?" Biasanya para Daemon tidak pernah bergerombol. Mereka cenderung bergerak sendiri - sendiri. Daemon yang berkoloni hanyalah Daemon sejenis, tetapi yang ada di rumah sakit terbengkalai itu tampak Daemon dari berbagai jenis dan bentuk. "Hipotesanya ada dua." Markus berkata, "Para mayat manusia yang ada di dalam rumah sakit mungkin merupakan anak buah walikota. Mereka datang ke sana bersama wakikota karena mengetahui bahwa rumah sakit itu adalah sarang Daemon atau para Daemonlah yang menculik wali kota sehingga orang - orang ini datang menjemputnya. Tetapi sayang mereka terlambat." Ya, bukan rahasia umum lagi bahwa Van Russtell merupakan tipe orang yang haus akan sanjungan. Kiprahnya untuk memusnakan para Daemon sudah menjadi pembicaraan publik. Bahkan Van Russtell tidak segan - segan memggelontorkan dana yang cukup besar untuk menyewa secara pribadi pasukan Black Militer agar mau bekerjasama untuk mencari sarang Daemon dan memusnahkannya. "Tidak Markus, hipotesanya ada tiga." Boss Ribel News meralat, sudut bibirnya terangkat, "Atau mungkin ini ulah Demi Human." Ya, mungkin saja. Anak setengah manusia dan setengah iblis itu kini untuk perdana telah menunjukkan taringnya. Karena selain iblis sebagai Lord Daemon, yang juga bisa mengendalikan para Daemon ialah seorang Demi Human. **** Berita kematian walikota secara mengenaskan lantaran ulah Daemon sudah menyebar. Hal itu tentunya membuat situasi menjadi genting. Gia Russdell ~ istri dari walikota menyatakan bahwa suaminya sudah selama dua puluh empat jam tidak dapat dihubungi. Menurut laporan Van Russtell tiba - tiba saja menghilang dari rumahnya kamis sore. Dan sungguh tak disangka hari ini, dia mendengar kabar suaminya telah tewas diserang Daemon. Dari keterangan tersebut, bisa disimpulkan bahwa Daemon sebelumnya telah menculik Van Russtell dari kediamannya. Berita itu gempar dan membuat masyarakat di semua distrik menjadi was - was. Pasukan Black Militer disebar luas dan beberapa pasukan yang berada di luar Avalon telah dipanggil untuk mengamankan situasi dan di antaranya dikumpulkan di asrama Black Militer. Sekitar sepuluh mobil tentara terlihat menuju asrama Black Militer. Para siswa riuh, mereka jelas menyambut kedatangan anggota mereka dengan suka cita. Dan begitu pintu gerbang asrama dibuka, iring - iringan mobil tentara itu masuk secara rapi membentuk barisan. Para master ikut keluar menyambut kedatangan pasukan tersebut. Sherly yang tengah berjalan bersama Sabin menuju ke gedung sekolah pun ikut penasaran. Merekapun ikut mendekat melihat puluhan pasukan berseragam militer hitam dengan emblem persegi enam keluar dari mobil. Sabin mengatakan beberapa di antaranya masih berstatus siswa juga namun beberapa di antarnya sudah menjadi alumni. Sherly memperhatikan. Tercengang sekaligus takjub. Ini adalah pertama kali dirinya melihat satu peleton pasukan pembasmi Daemon secara langsung. Ya, meski saat ini dirinya sudah berada menjadi siswa Black Militer tetapi seragam khusus yang oranag - orang didepan itu gunakan berbeda. Pasukan inti yang bertugas langsung mengahadapi Daemon memiliki seragam tentara berwarna hitam dengan emblem berwarna gold berbentuk persegi enam dengan simbol - simbol rumit menghiasi sisi. Lalu aksesoris - aksesoris lainnya yang menjadi pelangkap seragam tersebut membuat yang memakainya tampak jauh lebih gagah, berkharisma dan keren ketimbang dengan pakaian seragam siswa seperti dirinya yang hanya berwarna hitam serta kancing berwarna gold dan emblem kecil simbol black militer di depan kerah kemejanya. Namun jika Sherly dahulu yang masih menjadi orang biasa dan belum mengetahui seluk beluk sekolahan ini, dia pasti sudah dibuat terpesona dan menyanjung - nyanjung mereka. Tapi berbeda dengan sekarang, saat ini Sherly mungkin dibuat takjub, namun hanya sebatas keterpesonaan yang biasa. Karena dirinya yabg telah menjadi bagian dari Black Militer telah melihat betapa menyebalkannya anak - anak di sini. Rasa terpesonanya menjadi minus. Anak - anak di sini memang benar - benar angkuh, sombong, suka meremehkan, suka menindas dan sangat menjengkelkan. Huh. Sherly menghela nafas. Dia memutuskan untuk berbalik pergi namun saat dirinya hendak berbalik, tiba - tiba niatnya terhenti kala sekilas tadi ~ sepertinya ia melihat seseorang yang tak asing. Sherly mengangkat kepalanya. Dan benar saja... Manik kelamnya melebar saat melihat di antara prajurit - prajurit Black Militer yang turun dari mobil itu, dia mendapati seorang laki - laki dengan wajah berbalut perban. Itu dia! Tidak salah lagi. Sherly tentunya masih ingat jelas wajah lelaki tak bertanggung jawab yang telah merusak rumah serta lukisannya. Sherly mengepalkan tangannya, sudut bibirnya terangkat, "Akhirnya ketemu juga." *** “Prasangka mu itu salah. Anak baru itu, dia masih baik - baik saja sekarang.” Leon berbaring di atas ranjang. Menyilangkan kedua tangan menjadikannya sebagai bantalan. Netra biru laki - laki itu menatap ke langit - langit kamar. Apa yang Maxwell katakan siang tadi masih terus membayangi pikirannya. Anak baru bernama Cecil August itu sepertinya tipe anak yang bebal. Seorang wanita jika mendapat perlakuan tidak menyenangkan berkli - kali apalagi sejak hari pertamanya masuk pasti akan langsung memiliki kesan kecil hati. Merasa minder dan tak tenang. Tetapi rupanya gadis itu masih terlihat biasa saja seakan apa yang menimpanya bukanlah suatu masalah. Apa gadis itu tidak normal? Hmmm.... Leon menipiskan bibir. Bayangan ketika Cecil dengan terang - terngan meledeknya kali itu masih membekas. Semua orang di asrama ini tentunya tahu mengenai kebiasaannya. Dia sangat menyukai makanan manis apalagi permen Lolypop yang sering dikulumnya. Selama ini tidak ada seorangpun yang mengatainya di depan maupun di belakang akan kebiasannya tersebut. Tetapi gadis itu.... Berani sekali. Cecil seolah meledeknya seperti anak kecil yang menyuapi permen. Tapi apa salahnya dengan Lolypop? Permen itu adalah permen favoritnya. Dan dia memang suka menghisap sesuatu. Lalu hal yang paling enak dihisap adalah permen daripada menghisap rokok. Rokok itu racun dan dirinya juga masih remaja. Rokok adalah untuk orang dewasa dan si Cecil itu tidak boleh meledeknya bukan? Pikiran Leon menjadi semrawut. Dia kesal sendiri. Lalu ia melihat layar ponselnya yang menyala. Leon menekan tombol tanpa menyentuh layar dan sontak sebuah hologram berupa serangkaian tulisan muncul. Leon membacanya seksama dan manik saviernya melebar kala membaca bagian terakhir. Pelatihan siswa - siswi Black Militer akan dipercepat. Hmmm... Bibir Leon menipis. Ia merenung sejenak. Jika anak baru yang bernama Cecil itu masih berikukuh sekolah di sini, Leon terpaksa akan menggunakan cara penindasan tanpa memandang gender untuk menendang perempuan itu dari sini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD