Saat ini Alin dan Sona sudah berada di ruang TV, dengan camilan milik mereka berdua yang sengaja digabungkan. Sona duduk di sofa, sementara Alin berbaring dengan berbantalkan paha Sona. Sona tentu tidak tinggal diam. Sambil mengobrol, ia tak bosan-bosan membelai rambut dan wajah Alin. “Ternyata selama tiga tahun ini, kita jadi punya banyak cerita yang perlu dibagikan satu sama lain. Gimana ini, waktunya nggak akan cukup kalau hanya malam ini,” kata Sona. “Tenang Mas, kita bisa cerita kapan aja. Besok, besoknya lagi dan seterusnya.” “Untuk itu kita harus sama-sama terus, Lin. Jangan sampai berpisah lagi.” Alin tersenyum. “Tentu.” “Oh ya, aku lupa bilang. Sebenarnya password pintuku itu tanggal lahirku. Aku ngasih tahu kalau-kalau kamu mau masuk ke tempatku. Kamu bebas memasukinya kapan