Pulang

601 Words
Ella saat ini berada di salah satu mobil mewah yang sedang berjalan beriringan. Ia duduk dibangku penumpang, bersama papa kandungnya, yang saat ini masih tetap memegang tangannya. Ia ingin menyangkal bahwa betapa nyamannya saat papanya memegang tangannya. Ella memandang keluar, kearah jalan yang mereka lewatkan. Seumur-umur, ia tidak pernah meniggalkan kota tempat dia di besarkan. Setelah bangun tadi pagi, Ella keluar kamar dan mendapati papanya sedang tertidur meringkuk disofa tempat mereka bertemu. Ia memandang papanya, dan baru menyadari bahwa beberapa bagian mereka memiliki kemiripan. Mengapa tadi malam dirinya bahkan tidak menyadari hal itu. Ia tersenyum melihat papanya yang bergelung tidak nyaman di sofa, yah, dirinya baru saja mengatakan bahwa laki-laki paruh baya yang berada di depannya ini adalah papanya. Ia menghembuskan nafas penjang setelah mendapatkan jawaban. Dia sudah memutuskan, ia akan ikut bersama papanya kembali pulang. Pulang? Ella terkekeh mengatakan kalimat itu. Selama ini yang ia yakini, pulang adalah kembali kepelukan ayahnya, yang ternyata penculik dan penyebab dirinya berpisah dengan keluarga kandungnya. Walau begitu, ia tidak pernah membenci ayahnya. Biarlah ayahnya menjadi kenangan kecil dihatinya, yang hanya di milikinya. Setelah memutuskan untuk ikut papanya pulang, ia meminta papanya untuk mendirikan sekolah yang layak dipanti itu. Ia ingin, semua anak panti memiliki pendidikan yang layak, dan langsung disetujui papanya. Ia juga mengatakan bahwa ia akan kembali kepanti, bila ada orang yang tidak terima kepulangnya, dan langsung disanggupi papanya. Karna papanya yakin, bahwa semua orang yang berada di rumah sangat mengharapkan dirinya kembali, dan Ella yakin itu benar. Mobil yang mereka tumpangi mulai bergerak perlahan memasuki sebuah gerbang hitam yang tinggi. Perkarangan yang luas, serta taman bunga langsung terlihat begitu mereka masuk kedalam gerbang itu. Dan di hadapan dirinya, ada sebuah rumah mewah 4 lantai yang bewarna putih berdiri kokoh. Papanya membukan pintunya, mempersilahkan dirinya untuk keluar. Thomas masih setia memegang erat tangan putrinya, dan sekali-kali meremasnya. Ia masih meyakinkan dirinya, bahwa saat ini mereka sudah di pertemukan kembali. Thomas membimbing Ella masuk kedalam rumah mereka. Disana sudah banyak para pelayan yang berbaris untuk menyambut nona mereka. "Anakku!" seru seseorang dari ujung ruangan. Ella melihat seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik, berlari kearahnya. Wanita itu adalah Gisel Kylie, yang merupakan mama kandung Ella. Gisel memeluk putrinya erat, dan melayangkan kecupan-kecupan di kening gadisnya itu. Ia bersyukur, sangat bersyukur malah, karena masih di berikan kesempatan untuk bertemu dengan putrinya. "Putriku sayang" Gisel menjauhkan kepalanya, namun masih memeluk Ella. Ia melihat putrinya, dan memperhatikan keseluruhan tampilan putrinya. Ia bersyukur karena putrinya tampak sangat sehat dan baik-baik saja. Ella, putrinya tumbuh dengan sehat. Ia benar-benar ibu yang gagal jika mendapati putrinya dengan tampilan yang tidak baik. Gisel merangkul pundak Ella, meremas tangan putrinya itu pelan. Ia tersenyum bahagia memandang wajah putrinya, yang terlihat beberapa kemiripan dengan anak keduanya. "Sayang, ini mama nak" ucap Gisel meneteskan air matanya. Sedangkan Ella memandang Gisel dengan mata berkaca-kaca. Apakah hari ini penderitaannya selama ini selesai. Apakah dikehidupannya yang baru dirinya akan benar-benar bisa menjadi seperti layaknya remaja yang lain. Gisel mengajak Ella duduk disalah satu sofa yang berada diruangan tamu tersebut. Tangan Gisel masih setia mengusap rambut panjang putrinya, serta tangan yang satunya lagi masih meremas tangan putrinya. Ia tidak bisa berkata-kata, matanya masih memandang putrinya, yang ditatap balik oleh Ella. Mereka seakan berbicara menggunakan tatapan mata antara ibu dan anak, hingga Ella mengambil inisiatif memeluk mamanya. "Mama" ucap Ella menumpahkan air mata. "Iya nak, ini mama sayang" Gisel membalas pelukan putrinya tidak kalah erat. Thomas serta beberapa pelayan yang memandang itu juga ikut menangis, terharu dengan adegan antara ibu dan anak itu. Thomas bersyukur, karena masih diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengan putrinya yang telah lama hilang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD