Brother

1591 Words
  Seorang gadis mungil tampak terlihat damai di tidur siangnya. Gadis itu masih setia memeluk guling pink sambil bergelung nyaman diantara selimutnya. Gadis itu adalah Ella. Ella tidak menyadari ada seseorang yang duduk diujung tempat tidurnya, sambil memandangi dirinya. Dirinya terlalu lelah, sehingga tidak memikirkan sekelilingnya. 30 menit kemudian, Ella terbangun dari tidur siangnya. Ia teringat seketika bahwa ia harus bekerja. Matanya terbuka secara perlahan, mengerjap kecil untuk memperjelas penglihatannya. Ia memandang sekitarannya, dan sekilas kejadian-kejadian kemarin berputar begitu saja di ingatannya. Ella pikir, kejadian semalam hanyalah mimpi. Dan, tidak ada lagi bekerja. Ia sudah tidak memiliki tanggung jawab. Ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan menikmati hari-harinya lagi. Ella bangun dari tidurnya, kemudian pergi bergegas membersihkan wajahnya. Tidak ingin membuang waktu, Ella memilih untuk pergi keluar dan melihat kondisi rumah yang di tempati nya saat ini. Tadi pagi, saat ia baru saja menginjakan kakinya dirumah ini, dia tidak punya waktu untuk memelihat sekelilingnya, karena ia terlalu terpesona dengan wajah mamanya. Ella menyunggingkan senyum pendek mengingat bahwa ia kini punya mama dan papa. Ia punya keluarga yang akan melindunginya. Sekarang dirinya sudah tidak sendirian lagi. Selama di panti, Ella hanya mendapatkan sedikit perhatian Ibu Ayu. Dan Ella sadar, dirinya yang lebih tua harus mengalah kepada anak-anak panti yang lainnya. Ella berjalan perlahan, membuka pintu kamarnya. Kamarnya berada di lantai 3, dan ada beberapa pintu diruangan yang sama dengan kamarnya. Kamarnya bahkan sebesar 1 panti tempat ia tinggal kemarin. Ella baru menyadari bahwa rumah ini bahkan memiliki lift. Gadis itu berdecak kagum, sungguh indah pikirnya. Kakinya melangkah pelan menuruni tangga menuju lantai dua, yang kata ayahnya adalah tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama. Lantai 2 juga tempat dimana kamar orangtuanya berada. Sedangkan lantai 3 dikhusukan untuk kamar anak-anaknya. Lantai paling atas diisi dengan tempat ngegym, perpustakaan serta ruang belajar, dan bioskop kecil. Lantai 1 adalah tempat para tamu, serta kamar kosong untuk tamu. Keluarga Kylie memang membatasi wilayah pribadi dengan umum, sehingga tamu yang sekiranya tidak terlalu akrab, hanya akan bisa sampai lantai 1. Sedangkan seperti teman-teman papanya atau mamanya, bisa memasuki lantai 2. Kini Ella berada dilantai 2, dimana ruangan keluarga berada. Matanya memandang sekeliling, dan terlihat ada seorang yang saat ini sedang menonton tv disalah satu sofa panjang. Ella masih terdiam ditempatnya, sampai orang tersebut melirik kearahnya. Kennan, laki-laki itu membulatkan matanya melihat seorang gadis berada di ruangan keluarga mereka. Ingatan-ingatan kecil tentang perkataan papa dan mamanya mulai bertebaran di pikirannya. Tidak mungkin! Ucapnya pelan. Kennan berdiri, dan berjalan kearah gadis itu. Matanya membulat setelah melihat lebih jelas. Benar. Ucapnya kembali dengan suara pelan. Kennan kemudian memeluk tubuh gadis yang berada di hadapanya itu, Ella. Ella menegang mendapati perlakuan seperti itu. Apa yang harus di lakukannya sekarang? "Karinku!!" ucap pria itu yang masih setia memeluk dirinya. Kennan menundukkan wajahnya bermaksud untuk melihat lebih jelas wajah adiknya, tanpa melepaskan pelukannya. Adiknya, Ella melihat dirinya dengan bingung. "Aku bukan Karin!" ucap Ella pelan. "Kamu Karina Putri Kylie, sayang!!" ngotot Kennan. Ella yang semakin bingung hanya bisa menggarukkan kepalanya. Tidak ingin membuat adiknya semakin bingung, Kennan menyeret Ella menuju salah satu meja yang menampilkan beberapa foto keluarga mereka. Kennan menujuk salah satu foto bayi merah yang terpampang besar dihadapannya. "Kamu Karina Putri Kylie, anaknya bapak Thomas Kylie dan ibu Gisel Kylie. Karin adiknya Kakak Kennan Putra Kylie" jelas Kennan sambil menujukan foto bayi Karina, yang merupakan foto Ella sewaktu baru lahir. "Namaku Ella Melodina" ucap Ella masih kekeuh. "No Baby, kamu Karina, adiknya kakak" debat Kennan. "Ak__" perkataan Ella terhenti karena melihat kedatangan mamanya. "Sayang! Sudah bangun" ucap Gisel sumeringah menghampiri kedua anaknya. Gisel langsung memeluk putrinya, setelah sampai di hadapan Ella. "Lapar tidak?" belum lagi Ella membalas pertanyaan mamanya, Gisel langsung memberikan pertanyaan tanpa menunggu jawabannya. "Mahhh!!" Kennan merengek di belakang Gisel, karena mamanya itu baru saja menggangu waktu kebersamaan mereka. "Oh, ada anak mama yang lain toh disini!" cengir Gisel, yang dibalas tatapan kesal Kennan. "Sayang, kenalin nih, kakak ketiga kamu, namanya Kennan. Kakak kamu ini sekarang lagi sibuk kuliah. Dia ambil jurusan kedokteran" ucap Gisel bangga merangkul bahu Kennan. "Ken, udah lihatkan adik kamu. Namanya saat ini Ella. Nanti saja kita ganti" jelas mamanya, Gisel. Ella hanya mengangguk-anggukan kepala mendengar penuturan dari mamanya. "Welcome home, My Baby!!" ucap Kennan, kemudian merentangkan tangganya, untuk memeluk Ella. Ella yang tidak ingin Kennan kecewa pun membalas pelukan pria itu, ya walaupun dia merasa sedikit canggung. Kennan memeluk erat adiknya itu, dan sesekali mengecup kening Ella. Ia bahagia, tentu saja. "Maaaaaa!!" teriakan membahana itu memenuhi seluruh rumah. Siapa lagi kalau bukan Kenzo yang jadi tersangkanya. Kenzo berlari menaiki tangga. Ia berhenti diundakan tangga terakhir, dan melihat kearah Ella yang saat ini masih dipeluk oleh Kennan. "Karinnnnn!!" Kenzo kembali berteriak. Laki-laki itu langsung berlari menuju orang yang sedari tadi pagi menjadi pikirananya. Tanpa menunggu Kennan melepaskan adiknya, Kenzo dengan seenak jidatnya langsung menarik Ella kedalam pelukannya. Ia memeluk Ella erat, sampai Ella kesusahan bernafas. Tidak hanya itu saja, Kenzo bahkan menghujani Ella dengan kecupan di seluruh wajah adiknya itu. Gisel yang kasihan dengan Ella yang kesusahan bernafas langsung menarik Ella menjauh dari Kenzo, begitu juga Kennan yang ikut menarik Kenzo untuk menjauhi Ella. "Mama, jangan diambil! Aku masih kangen" rengek Kenzo. Lain hal dengan Ella yang mengerjabkan matanya pelan lantaran kecupan Kenzo sampai kemata gadis itu. "Kamu mau buat adik kamu sakit haa?" kesal Gisel. Tidak berhenti sampai disitu, Kenzo berusaha untuk melepaskan tangan Kennan dari tangannya. "Karin, ini kakak sayang. Ini kakak Kenzo!!" ucap Kenzo sambil merengek. Ella yang melihat tingkah Kenzo meringis kecil. Begini amat sifat kakaknya, pikirnya. "Udah ahk, Ella masih belum makan siang. Kita makan dulu ya nak!" ucap Gisel lembut sambil merangkul bahu putrinya itu. "Dan kamu!" tunjuk Gisel kearah Kenzo, "Cepat ganti baju sana, trus langsung turun, kita makan siang bersama dibawah" ucap Gisel, dan langsung membawa Ella turun kelantai bawah. ^^^ Setelah kejadian menjengkelkan yang di perbuat oleh Kenzo diruang keluarga tadi, kini mereka, Gisel, Ella, Kenzo dan Kennan berada dimeja makan. Gisel duduk ditengah, ditempat biasanya Thomas duduk, dan disamping kanannya ada Ella. Kennan datang dan langsung duduk disamping Ella tanpa permisi. "Ella mau apa sayang? Biar mama ambilkan" ujar Gisel. "Sayang, mau ini?" Kennan menyodorkan kepada Ella sebuah pasta. "Aku gak suka pasta kak" Terang Ella. "Eh benarkah? Mengapa? Inikan enak" ujar Kennan. "Aku gak biasa makan pasta kak" jelas Ella. Gisel dan Kennan yang mendengar itu langsung sedih. Mereka sedih karena selama ini mereka yakin bahwa Gisel memiliki kehidupan yang sulit. Bahkan makanan biasa seperti pasta ini saja, jarang dimakan oleh Ella. "Aku mau ini aja ya Ma!" ujar Ella mengambil salah satu ayam goreng. Gisel mengiyakan dan tersenyum lembut, namun wajahnya memancarkan kesedihan. "Jangan tatap aku begitu Ma!" tegur Ella yang masih sibuk dengan lauk yang diambilnya. Ia bahkan tidak melihat secara langsung tatapan mamanya tersebut. "Maafin mama nak" ucap Gisel sesegukan. "Mama gak salah. Enggak ada yang salah disini. Dulu aku memang punya kehidupan yang susah, tapi aku bahagia ma" jelas Ella yang kini menghadapkan wajahnya kedepan Gisel. Kennan yang mendengar perkataan adiknya itu hanya bisa meremas pelan tangan adiknya itu dari bawah meja. Ella itu memang siswa ternakal disekolahnya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berbolos dari pada mengikuti pelajaran. Sudah banyak juga guru-guru yang ikut berlari mengejarnya karena ketahuan bolos. Walaupun begitu, Ella memang benar, sesusah apapun hidupnya dulu, ia masih bahagia. "Aku mau duduk disamping Karin dong!!" suasana canggung itu langsung terpecah setelah kedatangan Kenzo yang mulai membuat suasana gaduh seperti biasa. Gisel, yang tidak ingin ada keributan dimeja makannya, lantas menyuruh Kennan untuk berpindah kesamping, dan membiarkan Ella untuk duduk ditengah-tengan Kenzo dan Kennan. Biarlah kali ini dirinya mengalah untuk putra-putranya. Karena Gisel yakin, mereka semua memiliki perasaan sayang yang sama terhadap Ella. Mereka mulai makan dengan tentram, begitu juga dengan Kenzo yang terbiasa selalu ribut. Kali ini, focus Kenzo adalah memberikan semua makanan yang dia suka kepada Ella, sehingga dirinya tidak punya waktu untuk merecoki Kennan serta Gisel, mamanya. "Ini enak banget loh Sayang. Coba ya! Ini makanan kesukaan kakak" lagi-lagi Kenzo menyodorkan makanan kepiring Ella. Ella meringis pelan, kemudian memandang Kenzo tidak enak "Tapi nanti kalau ini enggak habis, gimana? Ini terlalu banyak kak!" ujar Ella merasa bersalah. "Gak kenapa-napa sayang. Nanti kalau ada sisahnya, kakak yang habiskan!" ucap Kenzo semangat. Kennan dan Gisel langsung saling berpandangan mendengar perkataan Kenzo. Baru kali ini mereka melihat Kenzo punya sikap dewasa. Kemarin-kemarin saja, dirinya tidak akan mau makan, kalau makanan yang dihidangkan sudah dingin, apalagi memakan makanan sisah begitu. Kenzo itu memiliki sikap manja yang menyebalkan. Sifatnya yang begitu mungkin karena dia merasa anak bungsu. Namun saat ini, Kenzo harus merelakan posisi anak yang dimanja itu kepada Ella. Dia tidak mungkin egois, karena adik satu-satunya itu belum pernah merasakan kasih sayang keluarga. "Karin sayangnya kakak suka makan apa? Biar nanti kakak traktir" Tanya Kenzo yang masih dalam cari perhatian mode on kepada Ella. "Yakin mau ditraktir? Aku makannya banyak loh kak!" jawab Ella santai. "Yakinlah. Buat adeknya kakak, apasih yang enggak. Kalau uang kita kurang, nanti tinggal telp bang Khafi atau bang Kalvin" ucap Kenzo enteng. "Bang Khafi dan bang Kalvin?" Tanya Ella bingung. Dia tidak mengenal kedua nama itu. "Oh iya, Mama belum kenalin kamu sama abang-abang yang lain ya! Khafi Putra Kylie itu abang pertama kamu sayang. Sekarang lagi diluar negeri karena ada rapat. Tapi nanti dia sudah pulang, karena gak sabar ketemu kamu. Trus, Kalvin itu abang kedua kamu sayang. Abang Kalvin yang sekarang lagi bantu-bantu papa di kantor. Ya itung-itung buat belajar untuk masa depannya" jelas Gisel. Ella mengagguk-anggukan kepalanya tanda ia mengerti. Oh gitu toh, kami ada 5 bersaudara, batinnya dan kembali dirinya mengangguk-anggukan kepala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD