BAB 11 BEKERJA SAMBIL MENGURUS ANAK

1138 Words
"Ingat, ya! duit Mas Riko sekarang juga duitku! karena sekarang aku istrinya dan kau bukan siapa-siapanya lagi!" "Aku tidak perduli dengan uang kalian, tapi jika Mas Riko tidak bertanggung jawab menafkahi putranya itu baru menjadi urusanku!" "Jangan naif Nabila, banyak pasanga suami istri yang sudah berpisah dan mereka gak ngerecokin lagi rumah tangga mantan suaminya, gak kayak kalian yang mau terus jadi benalu!" "Jaga ucapanmu!" Moy yang baru muncul dengan menggendong Bagas langsung ikut menyela. Tentu Novie juga kenal dengan pemilik salon langgananya itu. "Karyawanmu yang memulai lebih dulu!" Novie menunjuk Nabila untuk melempar kesalahan. "Jangan pikir aku tidak tahu kau hanya wanita pelakor yang telah merebut suami Nabila dan sekarang masih berani bicara tidak tahu diri!" Novi luar biasa syok mendapatkan balasan seperti itu dari orang yang dia pikir akan membelanya atau mungkin memecat Nabila. "Pergi dari sini karena aku juga bisa membayar mulut w************n sepertimu!" Keributan mulai terjadi karena Moy jelas bisa lebih garang dari Nabila yang kehilangan suami. Lagi pula sudah sejak kemarin-kemarin Moy ingin mencakar mulut perempuan tidak tahu malu itu. "Aku akan menuntut salon ini karena perlakuan tidak menyenangkan!" tunjuk Novie pada Moy. "Silahkan mereng dulu minta uang pada suamimu untuk membayar pengacara!" Hidung Novie langsung berdengus panas dan kulit kepalanya ikut meregang kaku. Novie hanya berpaling kasar ke pada Nabila sebelum kemudian buru-buru pergi karena merasa sangat dihina. "Kau tidak boleh diam saja pada wanita macam itu!" Moy menghampiri Nabila yang juga masih syok dengan tindakan Moy yang benar-benar mengusir pelanggan salonnya. "Jika tahu perempuan itu yang merebut suamimu pasti sudah kukasih racun dari dulu!" Novie sudah lama menjadi pelanggan di salon milik Moy, bahkan sejak dia masih menjadi asisten Riko. "Pantas, sepertinya aku ngerasa tidak asing waktu ketemu mantan suamimu, karena seingatku dia pernah beberapa kali menjemput perempuan murahan itu ke salon." "Sudah jangan ingat-ingat lagi." Nabila juga sudah tidak mau mengingat-ingat pengkhianatan Riko. Moy menurunkan Bagas dari gendonganya untuk berlari ke pelukan Nabila. Karena Moy belum memiliki anak jadi dia suka Nabila membawa putranya bekerja karena Moy bisa membawa anak laki-laki ganteng itu ke mana-mana. "Jangan nakal kalau ikut Tante Moy." Nabila menyentuh hidung putranya yang sedang menjilati lolypop. "Bunda lagi kerja, Bagas yang pinter, ya?" Anak laki-laki itu mengangguk dan Moy selalu akan ikut terharu melihat kegigihan Nabila. Ketika Nabila berusaha menjadi istri yang baik, suaminya malah sibuk ngantar jemput gadis muda ke salon. Sekarang Nabila juga harus bekerja sambil mengurus anaknya. "Bagaimana perkembangan hubunganmu denag Sunan?" tiba-tiba Moy bertanya. "Kami baru mulai mengobrol." "Sunan pria yang baik Nabila, beri dia kesempatan." Nabila cuma mengangguk meski tidak juga menjanjikan apa-apa karena ternayta Nabila juga masih kesulitan membayangkan dirinya harus memulai lagi sementara kali ini ia masih merasa berantakan. Sunan sepertinya memerlukan wanita yang juga sudah mapan secara emosional untuk ikut membesarkan anak-anaknya, bukan Nabila yang sebenarnya masih labil dengan kondisinya sendiri. "Kapan kalian akan ketemuan?" "Aku belum berpikir sampai ke sana." "Oh, ayolah Nabila, temui dia karena aku tahu Sunan juga sudah sangat ingin bertemu denganmu." Nabila langsung menatap Moy dengan curiga."Jangan bilang dia juga selalu bercerita padamu!" jelas itu tuduhan bukan pertanyaan. "Sebenarnya aku yang penasaran." Moy mengakui jika dirinya yang sering menghubungi Sunan untuk menanyakan perkembangan PDKT-nya pada Nabila. "Sungguh Moy, kami bukan remaja lagi. Terlalu banyak pertimbangan, tidak bisa asal memutuskan sesuatu." "Justru karena kalian sudah sama-sama dewasa kalian tidak perlu basa-basi. Sunan butuh pendamping dan kau juga memerlukan suami yang bertanggung jawab, jadi apa lagi yang kalian tunggu?" "Aku belum siap." Masih saja jawaban yang sama dari Nabila. "Sampai kapan? sapai Bagas besar dan kau benar-benar jadi janda keriput!" Moy mulai mendesiskan bibirnya yang gemas. "Sunan sudah beberapa tahun menduda pasti dia juga sudah kebelet pingin cepet bisa ngapa-ngapai kamu." "Hustt!" Nabila juga balas mendesiskan bibirnya agar Moy berhenti melantur. "Bahkan kami belum pernah bertemu jadi jangan bicara macam-macam dulu!" "Maaf Nabila." Moy tersenyum jahil. "Sebenarnya aku sudah ngasih foto kamu sama Sunan." "Oh, Tuhan!" Nabila masih Syok sampai lupa cara menggeleng karena tiba-tiba lehernya terasa ikut kaku. "Sunan benar-benar menyukaimu." Moy masih tega untuk terus tersenyum jahil. "Percayalah Nabila meski hampir empat puluh tahun tapi Sunan masih gagah, dan bugar. Masih kuat ngajakin kamu main empat ronde di atas ranjang." Moy tidak membual karena dia juga bisa menilai pria dari postur tubuh dan agresifitasnya mendekati wanita. "Yang bikin laki-laki tambah gagah dan ganteng tetu juga duitnya, Sunan tajir gak kaleng-kaleng. Jika Sunan menikahimu kau bahkan bisa beli itu mulut pelakor tidak tahu diri!" Jika ingat Novie, Moy pasti ingin kembali mencakar mulutnya. Kesesalan Moy memang tidak salah karena bergitu pulang ke rumah Novie langsung menelpon Riko dengan dramanya yang penuh airmata. "Kenapa kau menangis?" tanya Riko langsung khawatir karena medengar suara Novie yang terisak-isak. "Tadi aku gak sengaja ketemu Nabila di salon, dan Nabila ngajakin teman-temanya untuk ikut ngeroyokin aku." Novie terus terisak. "Mereka menyebutku sebagai pelakor di depan semua orang, Nabila mempermalukanku Mas. Padahal aku tidak pernah mengganggunya. Bukankah dia sendiri yang minta cerai dari Mas Riko, lalu apa salah jika sekarang Mas Riko nikahin aku?" Novie memang pandai menciptakan drama untuk mendapatkan perhatian dan menjelek-jelekkan image Nabila."Nabila dan teman-temannya berteriak mengusirku dari salon." Riko masih menyimak karena Nabila yang dia kenal seharusnya tidak berbuat seperti itu. Tapi kecemburuan wanita memang sering tidak terduga, buktinya waktu itu Nabila juga tega membuang kunci kamar dan pakaiannya dari jendela. "Nabila pasti iri karena aku bisa pergi ke salon tapi dia harus bekerja sebagai kasir. Nabila akan selalu membenciku Mas, dia juga cemburu denga kehamilanku. Tadi Nabila mendorongku sampai hampir terjatuh, bagaimana jika bayi kita sampai kenapa-napa? Sekarang saja perutku masih kram." "Nanti kita ke dokter untuk memastikan kondisinya." Riko cuma bisa mengucapkan itu untuk menenangkan Novie karena ternyata dia juga tidak siap dengan masalah rumit seperti ini. Riko tidak menyangka Nabila masih akan sagat marah dan cemburu. "Mas juga harus ingatin mantan istri Mas itu!" "Ya, nanati aku akan bicara dengan Nabila." Setelah Novie menutup teleponnya Riko juga segera mengirim pesan ke pada Nabila. [Apa tadi kau bertemu Novie?] tanya Riko dalam pesannya. [Ya Mas] Pesan Riko langsung Nabila jawab karena kebetulan dia sedang tidak melayani customer. [Tolong jangan membuat keributan Nabila, ingat Novie sedang hamil anakku juga.] Nabila langsung paham tujuan Riko dan tahu jika istri muda mantan suaminya memang suka membuat drama serta mengadu. [Bukan aku yang mulai Mas! Atau lain kali ikutin aja kemana istri Mas pergi biar gak ada yang nyengol kulit mulusnya!] Nabila juga langsung ikut kesal dan bodo amat dengan pikiran Riko mengenai dirinya, Nabila sudah tidak perduli. Tiba-tiba Riko menelpon tapi sengaja tidak Nabila jawab. Riko menelpon beberapa kali tetap Nabila abaikan. [Angkat teleponku] pesan dari Riko. [Bagas sedang rewel, Mas jangan ikut-ikutan rewel seperti istri baru Mas Riko yang manja, di sini aku juga masih harus bekerja sambil ngejagain anak!] Nabila langsung mematikan ponselnya dari pada jengkel. Memang tahu apa laki-laki dengan kerepotan perempuan seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD