"Kamu kenapa?" tanya Pak Michael yang melihatku bengong di depan jemuran dalaman bersejarah itu. "Anu ... itu ...." Telunjukku mengarah ke jemuran dalaman yang sedang melambai-lambai dengan indah. Dalaman bertali yang Riaz berikan padaku. Pak Michael membelalakkan matanya, "Bukannya ini yang semalam ...." Aku mengangguk lesu. "Iya, itu punyaku." "Wah, bagus dong! Tinggal ambil aja, gampang kan?" Tangan Pak Michael sudah bergerak hendak mengambil dalaman yang sedang dijemur itu. Tapi aku segera mencegahnya. "Ish, jangan, Mas!" ucapku. "Lho, kenapa? Ini kan punyamu?" tanya Pak Michael dengan raut heran. "Bi Marni nemu itu di depan pintu ruang televisi," jawabku lesu. "Ya walau nemu juga kan itu jelas punya kamu!" "Justru itu, Mas. Kalau Marni tahu itu punyaku, apa yang akan ia pik