Part 6

1202 Words
Perkuliahan sudah dimulai. Tak terasa Meyra sudah menetap bersama Gilbert dan Nathan selama satu bulan. Meskipun dalam waktu itu ia hanya bertemu beberapa kali dengan Nathan. Dan itu pun tak pernah berlangsung lebih dari lima menit dan hanya berupa sapaan sekedar basa-basi pemilik rumah pada tamunya. Meyra sibuk dengan dunia barunya. Menambah teman dan bergaul dengan teman sebayanya. Gilbert membantunya. Mahasiswa tingkat tiga itu mengenalkannya pada sekumpulan mahasiswa asal Indonesia dan juga teman-temannya yang lain yang ternyata mulai Meyra sukai. Sementara Nathaniel? Ia tahu pria itu mencoba menghindarinya. Saat ia ada di rumah, pria itu lebih memilih untuk mengurung dirinya di ruang kerjanya, atau memilih untuk keluar dari rumah dan kembali pada tengah malam. Meyra tidak ingin mengira-ngira apa yang pria itu lakukan diluar sana. Meskipun Gilbert sering memanas-manasinya tentang wanita yang mungkin saja menghabiskan waktunya dengan Nathan. Dan jelas, ia dan Gilbert tahu bahwa Nathan pria normal. Dan itu berarti tidak mungkin bagi Nathan pergi bersama perempuan dan hanya berpegangan tangan. Meyra bukan gadis polos. Meskipun ia menjaga dirinya supaya tidak tersentuh, bukan berarti ia tidak tahu apa itu 'permainan' laki-laki dan perempuan. Malam itu, Meyra yang tertidur lebih awal terbangun di tengah malam. Ia melirik jam digital di ponselnya. Pukul satu lebih tujuh menit. Ia melihat ke arah balkon yang gordennya tidak ia tutup dan melihat langit malam yang gelap. Perutnya berbunyi. Ia lupa tadi malam tidur jam berapa, yang jelas ia melewatkan jam makan malamnya. Dan karena Gilbert tidak ada di rumah karena ada acara bersama teman-temannya, maka tidak ada yang membangunkannya untuk makan. Meyra meraih sandal kamarnya dan turun dari tempat tidur. Semoga saja Aunt Jody membuatkan sesuatu yang bisa ia hangatkan. Meyra turun ke dapur dan membuka lemari makanan. Namun isinya kosong. Ia lalu melihat lemari es dan sadar bahwa ada note kecil menempel disana. Aunt Jody membuatkan schootel makaroni untuknya. Tiba-tiba saja perutnya bernyanyi keras. Meyra terkekeh geli karena kelakuannya sendiri dan meraih mangkuk kaca tahan panas itu dan memasukkannya kedalam microwave. Cukup lima menit. Gumamnya dalam hati. Dan sementara itu ia akan membuat minuman sebagai teman makan. Meyra kembali membuka pintu lemari es dan mencari lemon yang telah ia beli di supermarket tempo hari saat Gilbert membeli bahan makanan yang diminta Aunt Jody. Dia mencari alat pemeras jeruk, gelas dan gula sementara menunggu air yang di panaskannya mendidih. Meyra bersenandung seraya memeras jeruk dan memekik sendiri saat lemon yang diperasnya malah terlempar karena pegangannya yang terlalu kuat, sementara tangannya licin. Saat hendak menuangkan air panas dalam gelas berisi gula, microwave berdenting. Meyra mengeluarkan schootel nya dan meletakkannya di atas meja bar sebelum melanjutkan kegiatannya melarutkan gula di dalam gelas. Selanjutnya ia menuangkan sedikit air dingin ke dalam gelas berisi gula, dilanjut lemon dan terakhir es batu sampai memenuhi seluruh gelas. Wangi lemon bercampur gula membuat air liurnya semakin banyak. Ia tersenyum. Meyra mencuci alat perasan jeruk lalu mengambil nampan di laci terbawah. Sebulan tinggal di sana ia sudah merasa tinggal di rumah sendiri. Bahkan ia tahu dimana letak alat-alat dapur dan bumbu masakan berada. Ya, ia seringkali membantu aunt Jody saat ia senggang. Dan memang sejak dulu ia senang memasak. Meyra meletakkan mangkuk kaca, piring kecil, pisau, garpu, saus sambal dan gelas minumannya ke atas nampan dan kemudian berjalan menuju halaman belakang. Ayunan kayu yang tadinya ada di teras rumah, sudah dipindahkan olehnya dan Gilbert ke halaman belakang atas permintaannya. Itu karena Meyra lebih senang menikmati harinya untuk duduk disana. Hanya berbaring atau sekedar membaca dan sesekali mengobrol ditemani aunt Jody atau Gilbert. Ya, meskipun ia sudah punya teman sekarang, namun ia belum berani mengajak mereka main kemari. Karena betapa nyamanpun ia tinggal disini, tetap saja ia hanya menumpang, bukan tuan rumah. Meyra meraih ponsel yang sejak tadi tersimpan di balik celana pendek setengah paha yang dikenakannya. Ia mengusap layar dan mulai memainkan film yang baru saja di downloadnya dan menyalakannya dalam volume maksimal. Ia tidak menyadari bahwa sejak tadi ada orang yang memerhatikannya. ****** Nathan mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup pelan. Keheningan di rumah itu membuatnya bisa mendengar dengan sangat jelas. Suara langkah kaki yang berat terdengar menggesek lantai kayu di atas. Ia bisa menduga siapa pemilik langkah itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah Meyra. Karena ia tahu kalau Gilbert tidak ada di rumah. Nathan melangkah menuju pintu ruang kerjanya yang memang tak tertutup rapat. Dari sana ia bisa melihat langkah terseok Meyra. Gadis itu mengenakan kaos lengan panjang kebesaran yang hampir menutupi pahanya. Sementara leher kaos itu tampak lebar dan memperlihatkan leher jenjang dan sebagian bahunya. Seketika tubuh Nathan menegang. Mata Nathan memicing, ia tidak melihat tali tipis yang biasanya ada di bahu wanita. Apa gadis itu tidak mengenakan bra? Pemikirannya terbukti ketika gadis itu mengangkat rambut panjangnya dan menggelungnya sederhana dengan mengenakan sumpit yang ada di dekatnya. Demi Tuhan, apa yang ada di pikiran gadis itu? Apa ia berniat menggodanya? Denyutan diantara selangkangannya semakin menjadi. Ia merasa geram sendiri. Tidak. Gadis itu tidak berniat menggodanya. Gadis itu tentu tahu bahwa Gilbert tidak ada di rumah dan dia pasti mengira kalau Nathan juga tidak ada di rumah. Atau, sekalipun gadis itu mengira kalau Nathan ada di rumah, gadis itu pasti tau bahwa ia tidak akan memedulikannya. Seperti biasa. Ia juga memerhatikan bagian bawah gadis itu. Menilik apakah gadis itu juga tidak mengenakan celana hanya karena kaos panjang yang dikenakannya bisa menutup sebagian besar pahanya. Namun saat melihat gadis itu berjinjit mencari sesuatu di bagian atas lemari, Nathan bisa melihat celana pendek berwarna hitam yang juga hanya bisa menutupi sebagian pahanya. Ya Tuhan, tangannya begitu gatal ingin merasakan mulusnya paha itu. Ia kembali menggeram. Sepertinya malam ini ia harus mandi air dingin. Namun meskipun otaknya menyuruh demikian. Tubuhnya masih terpaku di tempat. Ia seperti bocah m***m yang sedang mengintip. Melihat Meyra bekerja di dapurnya entah bagaimana membuatnya merasakan getaran yang aneh. Saat gadis itu berusaha sekuat tenaga memeras lemon, ia membayangkan bahwa dirinya berada di belakang gadis itu. Tubuhnya yang kecil pasti hanya sebatas d**a Nathan. Ia bisa dengan mudah membantu gadis itu memeras lemon meskipun mungkin tangannya bis meraba ke tempat lain sementara bibirnya bisa bergerilya menyetuh lekukan leher dan bahu gadis itu. Oh my God, pikiran kotor apalagi itu. Nathan mencoba menjernihkan pikirannya dengan menggelengkan kepala. Ia benar-benar harus mandi air dingin. Nathan kembali masuk ke ruang kerjanya. Ia ingin menjernihkan pikiran. Ia tidak mungkin berlari ke kamarnya sementara gadis itu masih berdiri di dapur dan bisa menyadari keberadaannya. Nathan memilih berjalan ke pintu geser yang ada di ruangannya. Pintu itu langsung menembus ke halaman belakang. Tepat dimana kolam renangnya berada. Jika ia tidak bisa mandi air dingin. Maka ia akan memilih berenang untuk mengurangi gairahnya. Memikirkan tentang gairahnya membuat pikirannya kembali pada Meyra. Apa gadis itu masih di dapur? Atau sudah kembali ke kamarnya. Mengingat keberadaan gadis itu di dapur membuatnya membayangkan bagaimana rasanya jika ia mengangkat tubuh mungil itu, menelanjanginya lalu membenamkan tubuhnya pada tubuh gadis itu. Saling bergerak bersamaan sampai mendapat pelepasan dan kelelahan. Damn! Nathan sudah tidak waras. Benar-benar tidak waras. Ia harus menenggelamkan tubuhnya dalam air dingin Dengan segera ia melepas kaus dan celana panjangnya hingga menyisakan celana dalam yang membungkus ketat kejantanannya. Ia berjalan menuju kolam dan memilih untuk menenggelamkan tubuhnya di bagian paling dalam. Ya. Ia harus melakukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD